Kamu Cemburu?

2K 117 1
                                    

Happy Reading

Malam ini Rima dan Handi meminta Ailin menginap dirumah mereka. 2 hari sebelum pernikahan, Azzam telah mengatakan pada mama dan papanya kalau ia ingin tinggal dirumah pribadinya. Jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumah orang tuanya.

Ailin gugup. Ini kali pertamanya ia akan hidup bersama orang lain, yg benar-benar tidak dikenal Ailin sebelumnya. Dia takut jika salah-salah sikapnya. Terlebih lagi orang tua Azzam masih menganggapnya sebagai Airin.

Ailin terduduk di tepi ranjang, dilihatnya sekeliling. Ruangan ini begitu luas. Dikamar ini juga ada sofa yg menghadap langsung ke diding kaca yg menampakkan gelapnya langit malam. Sudah pasti malam ini sofa itu juga menjadi tempat tidurnya.

Seusai shalat isya', diambilnya satu bantal dan guling serta selimut tebal kemudian dia beranjak menuju sofa.

"Tau diri juga kamu.." celetuk Azzam yg baru memasuki kamar. Sepertinya dia baru selesai wudhu, terlihat dia yg sedang membentangkan sajadah dan mengumandangkan takbir.

Suara nya begitu indah ditelinga Ailin, tapi sayang suara itu begitu pedas ketika berkata dengannya.

Ailin terbangun pukul 02.45, ia bergegas ke kamar mandi untuk wudhu. Malam ini dia ingin curhat dengan sang pemilik hati, ia ingin mencurahkan segala beban dihatinya. Hanya ini obat yg dapat membuatnya tenang.

***

"Rin, baik-baik ya dirumah. Kalo kamu ga sanggup, minta pekerjakan assisten rumah tangga saja. Jangan dipaksakan ya nak.." ucap Rima seraya mengusap kepala Ailin yg terbalut hijab.

Ailin hanya membalas dengan senyum yg dipaksakan seraya mengangguk. Yg dikhawatirkan ibu mertuanya bukanlah dia.

Tak sampai 15 menit Ailin sudah berada di depan rumah mewah 2 lantai dengan model minimalis dengan cat putih sedangkan tiang-tiang penyangga rumahnya berwarna abu-abu. Ada beberapa dinding kaca disisi rumah.

"Mau tetap berdiri disitu? Bawa tuh barang-barang kamu!!" Perintah Azzam.

Ailin hanya mengangguk dan menuju bagasi untuk mengambil koper barang bawaannya. Dilihatnya Azzam yg sama sekali tidak menoleh berniat membantunya. Ailin menghela nafas beras. Inilah permulaan deritanya.

"Kamu tidur dikamar itu dan aku disini. Aku tidak mau satu kamar bahkan satu ranjang denganmu lagi. Dan ingat! Jangan sampai ada yg tau kalau kita tidur berpisah!!" Ucap Azzam telak, tidak terima bantahan.

Ailin masuk ke kamarnya sambil menyeret koper barang yg beratnya melebihi berat badannya sendiri.

Sampainya dikamar direbahkan bandannya yg lelah. Lehah hati dan pikiran. Sepertinya dia butuh air wudhu. Ailin beranjak kekamar mandi dan mengambil wudhu sekaligus melaksanakan shalat dhuhur.

***

Sudah hampir tiga bulan Ailin tinggal bersama Azzam namun, sampai detik ini belum ada perubahan dari sikap Azzam. Kasar, kata-katanya menusuk, dingin, seolah-olah Ailin bukanlah istrinya, lebih parahnya lagi Ailin hanya bagaikan pembantu dirumah itu.

Azzam tidak mengizinkannya untuk bekerja. Setiap pagi Ailin memasak untuk sarapan meskipun sering kali masakannya hanya terkena hinaan.

"Cih..apa ini? Seperti ini kamu sebut makanan? Bahkan kucing saja tak mau memakannya!!"

Selepas Azzam pergi kekantor Ailin akan mencuci baju (tanpa mesin cuci, karena Azzam bilang dia tidak suka istri pemalas), menggosok, menyapu dan megepel seluruh lantai dirumah (Azzam tidak ingin ada debu saat dia melangkah) atau...

"Dasar pemalas, apa yg kamu kerjakan dirumah, heh? Bahkan lantai ini saja terasa sangat lengket, apa kamu tidak bisa menyapu dan mengepel? Dasar MANJA!!!"

aku dan masa laluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang