Happy Reading
Ai Ai calling....
Itu yg tertera diponsel Rey, tanpa pikir panjang, berhubung ia juga tengah istirahat makan siang, diangkatnya panggilan tersebut. Sudah dua minggu semenjak pesan terakhirnya pada Ailin, dia mendapat kabar dari perempuan kecil yg sudah dianggap sebagai adiknya sendiri itu.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam..tumben nelpon Ai, ada apa?"
"Ga boleh nih?"
"Boleh kok..aku juga lagi lunch"
"Bang, tau ga..sepertinya Ai punya kesempatan buka pintu"
"Yakin? Kok bisa?"
"Abang inget ga, abang pernah bilang. Cemburu tanda cinta?"
"Ingeeett...ooppss...jangan bilang suamimu mulai cemburu?"
"Hehe..sayangnya itu benar..kenapa ga dari dulu sih. Ai capek nungguin depan pintu"
"Hussh..kamu ini. Cemburu memang tanda cinta tapi cemburu itu menyiksa tau..pasti dia tersiksa karna kamu"
"Huh biarin..Ai selama ini juga tersiksa"
"Eh, ga bileh bicara begitu. Ingat dia itu suamimu. Aku ga mau dengar kamu bicara seperti itu lagi"
"Iya deh iya..belum selesai pekerjaan disana? Kapan balik? Ai udah ga sabar pingin ketemu calonnya abang..hihi"
"Kamu sabar dong, dua minggu lagi aku..." suara Rey terputus karena tiba-tiba....
Azzam merebut ponsel Ailin dan menekan tombol endcall diponsel Ailin.
"Eh..??" Ailin terkejut dan terdiam melihat Azzam sudah berada dibelangnya dan merebut ponselnya.
***
Azzam pov
Hari ini pekerjaanku tidak banyak. Aku rasa sebaiknya aku pulang, apa menu yg dimasak perempuan itu dirumah? Apa dia memasak lebih untukku? Pasti iya, karena aku tau meski aku jarang pulang makan siang di rumah tapi dia akan selalu memasak makan pagi, siang dan malam untukku.
Jujur, sebenarnya masakannya itu tidak ada yg buruk. Hanya saat awal-awal pernikahan saja. Tapi satu minggu setelahnya masakannya mulai membaik bahkan lebih baik dari chef direstoran. Membuat aku ingin terus dan terus memakan masakannya. Aku heran dari mana ia belajar masak? Kalau dilihat dari masa lalu nya yg hanya terima beres. Hanya saja aku malas mengakuinya. Alhasil, aku hanya bisa menyidir masakannya sebagai alibi agar dia mau tetap mencoba memasak untukku.
Sudah dua minggu sejak kejadian 'sms' waktu itu, aku jarang berkomunikasi dengannya. Aku menyuruhnya kembali kekamarnya, aku meminimalisir waktu bertemu dengannya. Jujur, aku malu. Aku malu karna sikapku saat itu telah membuka aib bahwa aku cwmburu.
Ya, aku memang cemburu. Coba kalian diposisiku, pasti kalian akan bersikap sama denganku. Sebenci apapun kalian pada perempuan yg notabenenya 'istri' yg berarti juga hak milik kalian sepenuhnya secara sah dan halal, kalian juga pasti cemburu jika ia malah lebih dekat dengan lelaki lain kan?.
Waktu itu mama batal menginap dirumahku karena mama memilih ikut dengan papa.
Akhirnya aku sampai dirumah, aku membuka pintu dengan kunci cadangan yg kumiliki. Karna aku tau pasti Ailin tidak akan mendengar panggilanku. Aku ingat hari ini adalah jadwalnya membersihkan halaman belakang. Sebenarnya aku tidak tega melihatnya melakukan itu, meskipun aku benci tapi aku tau dia perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
aku dan masa lalu
General Fiction"aku..aku tau ini tidaklah mudah..tapi aku harus bisa". "Ailin Dawailin Z. Aku tidak pernah tau apa arti Z di ujung namaku bahkan nenek yg selama ini mengasuhku pun tidak tau. ayah dan ibu bekerja dikota sebagai asissten rumah tangga dengan majikan...