rumah baru

7.4K 241 6
                                    

Sepi. Itu satu kata yang bisa aku ungkapkan untuk tempat ini. Sekarang aku berada di ruang tamu sebuah rumah mewah bernuansa coklat. Aah, coklat sesuai dengan apa yang aku suka, ya i love chocolate. Tapi bukan berarti aku suka tempat ini, karena aku tau disini aku akan menghabiskan sisa hidupku yang...indah?. Ooh andai saja. Ingin rasanya aku segera keluar dari tempat ini tapi itu bukan hal mudah.

Perkenalkan namaku Ailin Dawailin Z. Aku tidak pernah tau apa arti Z di ujung namaku bahkan nenek yg selama ini mengasuhku pun tidak tau. Tentang identitas kelahiranku, nenek hanya bilang, aku lahir di aceh, bulan januari tahun 1995. Untuk tanggalnya, nenek bilang aku boleh pilih sendiri jadi aku memilih tanggal 1. Biar angka cantik. Aku hanya lulusan SMA dan tidak berniat kuliah. Bukan karena aku bodoh, hanya saja ada alasan yang membuat aku tidak ingin.

Oke cukup tentang diriku, kembali lagi kekeadaan saat ini. Aku melangkahkan kaki ke lantai 2 rumah ini. Dan kalian tau? Sejak tadi aku perhatikan decorasi rumah ini benar-benar mengagumkan. Sepertinya semua isinya mahal. Sekarang aku memasuki kamar yang didepan pintunya tertulis namaku "ai ai" itu nama panggilanku dari nenek.

Kamar ini tidak jauh berbeda dengan kamarku dirumah nenek. Hey, jangan kalian pikir aku hidup sengsara didesa. Meskipun yang aku tau orang tuaku bekerja sebagai asisten rumah tangga dikota dan aku hanya tinggal berdua dengan nenek. Tapi aku punya selusin pelayan dirumah yang siap sedia melayaniku dan menyiapkan segala kebutuhanku setiap saat. Aku juga bertanya-tanya bagaimana ayah dan ibu yang hanya seorang asisten rumah tangga bisa menggaji selusin pelayan dirumah nenek. Dan jawabannya sudah 2 tahun ini aku dapatkan.

"Gimana ai..suka ga sama kamarnya?" Tanya mami Susan, yg ternyata dialah ibu biologisku. Perempuan yang melahirkanku dengan pertaruhan hidup matinya.
"Mm...suka mi, bagus" jawabku.
"Kalau ada yang mau kamu ubah, bilang aja ya sayang" itu papi Zahrin, suami mami Susan, yang juga ternyata ayah biologisku berarti dia ayah kandungku.
"Iya pi, ini udah cukup bagus" aku tersenyum kaku. Jujur hari ini adalah pertemuan pertamaku dengan orang tuaku setelah 19 tahun yg lalu. Baiklah, itu bukan aku yg ingat, tapi nenek yg bilang.

"Ayo ai, kita turun..kita makan siang dulu, biar barang-barang kamu bik inah yg bereskan" ucap mami sambil merangkul tanganku dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum kaku. Ooh..lembut sekali tangannya.

Andaii..tangan ini yg selalu memegangku sejak dulu, bukan tangan para pelayan itu. Mungkin keadaan akan berbeda.

aku dan masa laluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang