Jarak, Benci, dan Malu

1.8K 102 3
                                    

Setelah pertemuan 5 hari lalu dengan Rey, Ailin tidak pernah lagi keluar rumah. Rey pun tidak pernah lagi memberi kabar. Pasalnya Zahrin melarang Ailin berhubungan dengan orang luar karena sebentar lagi Ailin akan menikah.

Malam hari, setelah makan malam Susan menghampiri Ailin di dalam kamarnya. Ailin duduk di pinggir ranjang, meringkuk, membenamkan wajahnya dilekukan lulutnya. Ada terbesit rasa perih di hati Susan, ia tidak menyangka semua nya berakhir seperti ini. Ya, Susan sudah tau tentang Azzam yg sudah mengetahui siapa sebenarnya Ailin.

Karena, tanpa sepengetahuan siapa pun. Susan sebenarnya selalu menyuruh orang kepercayaannya untuk mengikuti kemanapun Ailin pergi. Susan khawatir dengan putri kecilnya itu. Jadi, Susan sudah tau tentang Azzam yg mengetahui siapa sebenarnya Ailin. Dia juga tau kedekatan Ailin dengan Rey tapi, susan masih bungkam. Ia menyimpan semuanya rapi. Ia ingin melihat sejauh mana suami nya bertindak.

Susan duduk disamping Ailin sambil merangkul pundak putrinya. Ailin yg terkejut segera menoleh.

"Ma..mami?" Buru-buru Ailin menghapus air mata nya.

Susan tersenyum "Maafkan mami sayang.." lirih Susan.

"Ma..maaf? Kenapa mami minta maaf? Mami tidak punya salahsalah dengan Ai.."

Susan kembali tersenyum getir "kalau kamu mau menangis, menangislah dipelukan Mami. Apa kamu tidak mau membagi beban dipundakmu dengan Mami? Apa kamu lebih merasa nyaman berbagi cerita dengan pria itu?"

"Pri..pria itu? Maksud mami bang Rey? Ma..mami tau dari mana?"

"Sayang, aku ini mami kamu, ibu mana yg tidak tau dan tidak mau tau dengan segala urusan putrinya? Mami minta maaf karena selama kamu disini mami tidak pernah ada untukmu. Mami sayang kamu tapi..tapi mami tidak bisa berbuat apa-apa..hiks..hiks.." susan terisak.

"Mi..jangan sedih ya. Ai akan kuat.
Apapun yg terjadi pada Ai, bukanlah salah mami. Ini sudah jalan hidup Ai. Ai hanya perlu menjalani. Mungkin ini jalan yg membawa Ai pada akhir yg..Happy?"

"Tapi sayang, mami tidak ingin membuat kamu lebih sakit"

"Tidak mi, Ai ikhlas. Ai akan lakukan apapun agar Papi dan Mami bahagia. Mungkin dengan mengikuti keinginan Papi, Ai akan mendapatkan maaf dari Papi. Dan itu merupakan kebahagiaan yg sangat Ai inginkan"

"Terimakasih ya Mi, mami masih mau menyayangi Ai sepenuh hati, meskipun Ai bukan anak yg mami rawat selama ini"

"Ai, walaupun kamu jauh dari mami. Tahukah kamu, tidak pernah sekalipun namamu terlewat di setiap doa dalam sujud Mami. Kalian berdua adalah kado terindah untuk Mami"

"Ai juga minta maaf kalau Ai tidak bisa berbuat banyak, andaikan saat itu Ai turuti keinginan papi, mungkin sekarang Rin masih disini"

"Ai, tidak boleh kita berandai-andai. Takdir Allah itu lebih indah. Allah itu maha Adil, yg mengetahui mana yg baik dan buruk untuk kita. Apapun pilihamu saat itu mami tetap akan kehilangan salah satu dari kalian. Jadi jangan pernah merasa bersalah lagi"

"Sekarang kamu jangan menangis lagi ya sayang, ayo kita tidur. Mami mau tidur disini denganmu"

"Sayang, kalau setelah ini ada yg membuatmu terluka, tolong tetap sabar ya. Mami akan selalu mendoakan kebahagian untukmu. Tetaplah jadi Ai yg mami kenal, Ai yg manja, berani, dan ceria" susan mengecup puncak kepala Ailin lalu kemudian tidur sambil memeluk putrinya erat-erat.

"Terimakasih Mami" ucap Ailin dalam hatinya, ia tersenyum begitu hangat.

***

Drrtt Drrtt

Hp Ailin bergetar. Ai tengah mematut dirinya didepan cermin. Kebaya putih beserta hijab berwarna senada dengan make up tipis menghiasi wajahnya. Satu kata. Manis.

aku dan masa laluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang