semburan naga

4.7K 143 3
                                    

"Pagi sayaang..kamu sudah bangun? Kalau sudah kita sarapan dibawah ya sayang" mami mengetuk pintu kamar dan memanggilku penuh kelembutan. Aku memang sudah bangun sejak tadi, aku sudah terbiasa bangun saat adzan shubuh berkumandang. Ya Allah, kenapa tidak dari dulu suara lembut itu yg membangunkan aku?

Aku bergegas turun dari tempat tidur dan kukenakan jilbab. Aku turun menuju ruang makan. Sunguh, aku memang terbiasa makan makanan seperti menu diatas meja itu, tapi kali ini akan berbeda rasanya karna aku akan sarapan bersama orang tua ku. Ini berarti sudah tiga kali aku makan bersama mereka dan itu berarti sudah tiga kali juga aku makan sendiri, ya maksudku dengan sendok ditanganku. Sungguh, hidupku sepertinya akan sulit untuk kedepannya.

"Sayang, kamu beneran ga ingin melanjutkan kuliahmu? Papi akan daftarkan ke universitas terbaik di kota ini kalau kamu mau" ini sudah kesekian kalinya papi menawariku sejak kemarin.
"Ntahlah pi, sudah terlambatkan kalo kuliah sekarang" jawabku dengan suara pelan.
"Mm pi, begini saja pi. Bagaimana kalo Ai kerja saja di kantor papi. Ya setidaknya ada yg bisa kamu kerjakan jadi kamu tidak bosan dirumah. Lagian prestasi Ai tidaklah buruk" ucap mami memberi saran pada papi. Whaatt? Kerja? Nek, please..tolong aku. Apa mereka benar-benar tidak mengenalku? Ya, memang wajar kalau mengingat selama ini hanya nenek yg merawatku, tapi...hey, seharusnya mereka bertanya tentangku pada nenek kan?.
"Hmm..itu juga ide bagus mi, bagaimana sayang? Tenang papi tidak akan memberimu pekerjaan yg berat" tanya papi padaku dengan senyum lembutnya.
"Boleh mi, pi" what? Dasar mulut yg baik. Apa daya setidak sukanya aku, tapi itu tetaplah permintaan orang tua yg tidak baik untuk dibantah kan?.
"Baiklah, kalau begitu sekarang kamu ganti baju ya Ai, papi mau ajak kamu ke kantor papi. Kamu bisa sekalian jalan-jalan deh" ucap papi.
"Iya pi, Ai ganti baju dulu" ucapku sembari naik ke atas masuk kamarku. Tunggu..kok ngga ada baju diatas tempat tidur? Terus aku pake apa? Aku buka lemariku..subhanallah..ternyata aku punya baju sebanyak ini? Aku pilih yg mana? Kak tiaa...yahh andai ada kak tia disini pasti dia sudah menyiapkan semua perlengkapanku bahkan sebelum aku meminta.
"Sayang, kenapa kamu bengong didepan lemari?" Suara mami membuyarkan lamunanku.
"E..eh..mami..Ai cm bingung mau pakai baju yg seperti apa" jawabku dengan cengiran canggungku.
"Ooh, sini mami pilihkan" mami menghampiriku didepan lemari dengan senyum lembutnya.
"Kamu suka warna coklat kan sayang?" Tanya mami.
"Iya mi" jawabku sambil duduk di pinggiran tempat tidur.
"Bagaimana kalo bau ini sayang? Ini bagus, manis deh keliatannya" Mami memberikan baju terusan berwarna cream dengan blazer selutut berwarna coklat dipadu dengan belt kecil warna gold, serta jilbab plasmina berwarna senada.
"Boleh mi, ai suka. Ai pake dulu ya mi. Mami tunggu dibawah saja ya"
"Iya sayang, mami tunggu dibawah ya".

15 menit aku selesai berganti pakaian. Aku tidak memakai riasan apapun, jujur, biasanya kak tia yg membantuku bersiap-siap. Jilbab yg aku kenakan pun bukan jilbab plasmina yg mami pilihkan tadi, karna hampir sepuluh menit aku berkutat pada jilbab itu namun tidak berhasil aku kenakan. Akhirnya kuambil jilbab sifon cream segi empat digantungan. Kulipat dua menjadi bentuk segitiga kemudian kupakai dan kaitkan dengan bros kecil diatas meja rias. Kuambil flat shoes warna senada dengan bajuku. Lebih baik flat shoes daripada aku harus bersusah payah lagi untuk mengikat sepatu. Bisa tidak jadi berangkat.

"Papi, ayo kita berangkat. Ai sudah siap" ajakku pada papi.
"Loh ai, kok ga pake jilbab yg mami kasih td?" Tanya mami heran ketika melihat jilbab segitiga yg kukenakan.
"Oh, itu..mm..biar simple aja mi" jawabku gugup dengan cengiran yg aneh menurutku.
"Yasudah ayo.." ajak papi. Kami pun menaiki mobil papi yg dibelakang kemudinya sudah duduk seorang supir. Kira-kira 20 menit mobil berhenti didepan pintu sebuah mall besar. Yg setelahnya aku tau dari papi kalau mami punya sebuah butik di dalam mall. 10 menit kemudian aku sampai di depan kantor papi. Seorang security membukakan pintu mobil untuk kami.
"Ai, ayo masuk. Ai mau lihat keliling kantor dulu atau mau langsung keruang papi?"
"Nanti saja kelilingnya pi, keruangan papi saja dulu" sahutku.
"Baiklah, ayo sayang" papi merangkul pundakku dengan memamerkan senyum lembutnya.
Papi mengajakku menaiki lift khusus. Kata papi karyawan biasa naik lift yg lain. Wahh..memang ya kalau dikota itu perbedaan sosial begitu kentara. Eh? Memangnya didesa tidak? Tidak jarang, iya.
Ting...pintu lift terbuka dan aku sampai dilantai 35. Sedikit berbelok ke kanan dan aku sampai didepan pintu ruangan kerja papi. Seorang perempuan muda berparas cantik tersenyum lembut kearah kami atau lebih tepatnya papi sambil berucap "selamat pagi bapak Zahrin". Dari name tag nya tertulis nama Asfira Naya.
"Pagi Naya, tolong keruangan saya" jawab papi tegas. Kalo boleh aku sombong, aku akan dengan bangga perkenalkan papiku yg amat sangat teramat tampan diusianya yg mulai berkepala 4, Hans Daffa Zahrin salah satu pengusaha terkaya se-Asia suami dari Susan Wailina Zahrin seorang mantan model papan atas di eropa dan sekarang menjadi seorang desaigner tersohor dinegri ini. Dari nama mereka juga tercipta nama tengahku Dawailin.
"Kamu mau masuk atau mau tetap berdiri disitu nona?" Suara seorang perempuan bernada sinis membuyarkan bayangan sombongku.
"Eh, iya kak saya mau masuk" ternyata papi sudah masuk keruangannya tanpa aba-aba padaku.
"Kak, kak, emang saya kakak situ" sungutnya padaku. Judesnya perempuan ini.
"Maaf, saya biasa memanggil yg lebih tua dengan panggilan kak. Atau kakak mau saya panggil dengan sebutan lain?" Tanyaku hati-hati. Aku juga tidak mau terkena semburan api naga pagi-pagi didepan ruangan papi pula.
"Panggil saja Mbak Naya.. iya kan Nay? Kenalkan ini putri saya namanya Ailin..ayo mari masuk" tiba-tiba saja papi sudah membuka pintu dan memotong adegan semburan api Mbak Naga didepanku ini. Alhamdulillah ya Allah, ada papi yg menyelamatkanku.
"Ai, kamu tunggu disofa itu dulu ya. Papi mau urus pekerjaan papi sebentar" ucap papi sambil menunjuk sofa disebelah kanan ruangan. Sofa itu berhadapan langsung dengan diding kaca yg menampilkan view ibukota dipagi hari yang padat.
Lama papi berbicara dengan si perempuan semburan naga itu, ternyata dia tidak seburuk yg terlihat. Dia terlihat baik dan pintar saat dia menanggapi tugas dan saran dari papi. Sesekali dia mengangguk dan tampak berfikir. Sekitar satu jam berlalu papi terlihat merogoh saku celananya kemudian menghubungi seseorang. Setelah mengakhiri panggilan papi menoleh ke arahku.
"Ai, papi ada janji dengan client hari ini, dia sudah ada dilobi, jadi bagaimana kalau Naya yg akan antar kamu berkeliling kantor? Boleh sayang?" Tanya papi padaku sambil menunjuk Mbak Naga itu sesekali.
"Mm kalo Mbak Nay ga keberatan sih gapapa pi" jawabku pelan melirik perempuan yg jabatanya sekretaris papiku itu. Aku rasa panggilanku Mbak Naga itu bagus juga ya. Astghfirullah Ai, dosa kamu menghina orang. Sepertinya itu bisikan peri baju putih diotakku.
"Saya tidak keberatan pak. Dan ini semua berkas yg bapak perlukan. Ayo Ai, kita keluar" ucap si Mbak Naga dengan lembuh. Sepertinya saat ini Naga sedang menyemburkan es haha
Ceklek...belum sempat aku mencapai gagang pintu, pintu sudah terbuka dan dugh pas mengenai dahi mulusku. Aku sedikit meringis sambil memegang keningku.
"Ya ampun, Ai kamu tidak apa?" Papi buru-buru menghampiriku.
"Aduh pak, maaf, saya benar-benar minta maaf, saya tidak tahu kalau ada orang dibalik pintu" terdengar suara dengan nada bersalah dan prihartin seorang pria.
"Ah, tidak apa nak Rey, sepertinya bukan luka serius" ucap papa sambil memegang pundakku.
"Aku ga apa pi, aku pergi dulu ya, assalamu'alaikum" aku segera pamit tanpa menoleh pada pria di pintu, sehingga dia harus bergeser memberi jalan. Aku malu.

Kira-kira 2 jam lebih aku selesai berkeliling dengan Mbak Naya. Sungguh, kata don't jugde a book from the cover itu benar. Mbak Naya sungguh baik, dia dengan sabar menjelaskan semua seluk beluk tentang bangunan gedung mewah ini, aku dan Mbak Naya juga banyak bercerita tentang hal-hal pribadi wanita. Dari cerita Mbak Naya aku tau, dia sudah bekerja selama 9 tahun sejak dia masih kuliah dan sudah 5 tahun menjadi sekretaris papi. Dia juga sudah menikah 3 tahun lalu dengan seorang pria yg juga karyawan dikantor ini, aku sudah bertemu tadi diruangan suaminya. Untuk alasan dia menyemburku tadi pagi juga, itu dikarenakan tamu bulanannya dan juga ada problem dengan sahabatnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 12.30 aku meminta izin pada Mbak Naya untuk shalat Dhuhur dan aku memintanya untuk kembali keruangannya saja.


Tbc

Ini cerita perdana saya, mungkin sedikit absurb tp ini murni karya saya. Vote&coment please

aku dan masa laluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang