Maaf kalau masih banyak typo bertebaran
Happy Reading
Azzam pov
Aku baru tiba dari Jerman 2 hari lalu. Setelah 5 tahun belajar dan bekerja disana akhirnya aku bisa kembali menginjakkan kaki di Indonesia.
Negeri dimana aku dilahirkan, tumbuh, dan bertemu cinta pertamaku.
Dia. Gadis dengan senyum ramah sejuta watt, matanya sebening embun, suaranya bahkan tawanya selembut hembusan angin, sikapnya yg manja membuatku ingin selalu dekat dan melindunginya.
Dia juga yg membuatku rela berjauhan dengannya demi meraih sukses. Aku berjanji akan menjadikannya miliku, aku ingin membuatnya bahagia denganku tanpa ada kekurangan. Sekarang, aku kembali. Akan aku penuhi janjiku.
Malam ini, keluargaku akan makan malam bersama keluarganya. Sungguh ini mendebarkan, biarlah orang akan mengatakan aku payah karna gugup bertemu dengan dia.
Kami sudah sampai direstoran 10 menit lalu. Hanya tinggal menunggu kedatangan keluarganya.
Selang beberapa menit, orang yg kami tunggu pun datang. Aku melihat Om Zahrin dan tante Susan berjalan mendekat ke arah meja kami, saat mereka semakin dekat tampaklah seorang gadis mungil dibalik tubuh mereka.
Gadis itu. Mengenakan...hijab?. Mm..aku sudah tidak bertemu dengannya hampir 5 tahun. Jadi pasti banyak perubahan yg terjadi padanya. Termasuk merubah cara berpakaiannya bukan?
Dia tersenyum lembut dan ramah saat saling bersalaman dan berkenalan dengan orang tuaku. Dan saat berkenalan denganku dia tersenyum yg sedikit kaku?. Itu menurutku.
Aku tau, kedua belah pihak keluarga memang sudah mengetahui tentang perjodohan ini. Tapi aku tidak tahu apakah dia menyetujuinya. Tapi, sudah pasti dia setuju kan? Kalau tidak, mana mungkin dia akan ikut kesini.
Akhirnya papa memulai pembicaraan inti dari perjamuan malam ini, yaitu mengenai perjodohanku dengan dia. Aku sangat gugup, jantungku seolah ingin bersiap-siap melompat dan meluncur indah dari mulutku. Aku ragu, apakah suaranya bisa didengar oleh seluruh pengunjung disini?. Jika iya, pasti aku sangat malu. Aku Azzam Hanif, gugup hanya karena seorang wanita dihadapannya. Tapi kalian juga pasti akan gugup kan, bertemu dengan pujaan hati kalian yg sudah bertahun-tahun kalian nantikan dan sekarang ada dihadapan kalian dengan senyum yg mempesona.
Pertama papa menanyakan kesedianku, aku menekan segala kegugupanku sekuat mungkin dan aku jawab dengan setegas mungkin -aku tidak boleh lemah didepan wanita pujaanku kan-, aku menerima semua keputusan orang tuaku. Dan sekarang giliran papa menanyakan kesediannya, dia terlihat sangat terkejut sejak tadi papa mengatakan perjodohan.
Apakah dia belum mengetahuinya?
Bukannya menjawab pertanyaan papa dia malah melirik ke arahku, jelaslah aku membalas dengan menampilkan senyum termanisku. Tapi responnya sangat jauh dari yg aku bayangkan. Dia bukannya balik tersenyum padaku dan menjawab iya, melainkan dia langsung menundukkan wajahnya. Ooh, mungkin itu karna dia sudah mengenakan hijab, menjaga pandangan itu wajib kan? Aku meyakinkan hatiku. Tapi, tapi, dan tapi..dia sepertinya bukan menjaga pandangan melainkan menjaga bendungan air mata karena beberapa detik kemudian dia bangkit dan langsung berlari kearah pintu keluar. Bahkan dia tidak ada niatan berbalik badan ataupun berhenti ketika Mami nya memanggil namanya. Aneh.
"Duh, maafkan Ai, dia memang sering seperti itu. Mungkin karena malu" ucap tante Susan pada mama ku.
"Tapi, sebaiknya kamu kejar dia Zam, bahaya kalo dia berjalan keluar sendiri" mama menyentuh pundakku dan menturuhku menyusulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
aku dan masa lalu
General Fiction"aku..aku tau ini tidaklah mudah..tapi aku harus bisa". "Ailin Dawailin Z. Aku tidak pernah tau apa arti Z di ujung namaku bahkan nenek yg selama ini mengasuhku pun tidak tau. ayah dan ibu bekerja dikota sebagai asissten rumah tangga dengan majikan...