Epilog - HUTAN

23.7K 1.7K 365
                                    

            Di sebuah padang rumput yang luas, Ijen dan Wilis duduk berdua. Ada banyak tumbuhan di sana. Mulai dari rumput hingga pohon jati. Angin berhembus lembut, sejuk sekali. Lu berlarian ke sana ke mari dengan wajah riang, memetik ilalang, membuat rangkaian bunga sendirian. Ijen dan Wilis saling menatap dengan penuh cinta. Mereka memperhatikan Lu sesekali, yang sepertinya sedang menikmati dunianya sendiri.

"Apa kamu menyesal tinggal bersamaku?" Ijen bertanya lembut ke arah Wilis.

"Nggak. Kamu?"

"Aku mencintaimu..."

"Aku membuat salah satu keluargamu mati, Ijen..."

"Aku bahkan sanggup menceburkan diriku sendiri pada kematian kalau kamu pergi lebih dulu..." Ijen mengecup bibir Wilis. "Aku nggak sanggup untuk hidup sendirian tanpamu! Seperti kisah kakek moyang kita..."

"Maaf..."

"Minta maaflah selalu untukku. Tanggung rasa itu, hingga kamu nggak sanggup meninggalkanku lagi!"

"Apa itu permintaan?"

"Itu perintah!"

"Kita harus berterimakasih pada bocah tengil itu..."

"Dia luar biasa!"

Mereka berdua tertawa, saling berpelukan. Akhir yang bahagia? Ketika kehidupan yang menyakitkan nggak akan sebanding dengan kematian yang bahagia... Itulah yang takdir yang mengatasnamakan pengorbanan. Ini kisah fiksi, kisah di hutan. Berawal dari ketidakmungkinan, berawal dari sebuah takdir, hingga sampai pada sebuah akhir. Bahkan cinta bisa muncul di manapun, pada siapapun. Mind to mind, then? ---- gaachan ----

The end of END

Terimakasih. Kata ini nggak akan pernah lupa aku katakan. Maaf. Kata ini mengikuti di belakangnya, untuk mengingatkan berapa banyak khilaf yang sering kali muncul. Baik dari ceritaku yang kadang punya makna ironi dan juga dari catatan yang aku tinggalkan, dari balasan komentar ke kalian juga. Yang baca lebih banyak dari followers. Nggak apa, nggak usah follow demi baca ceritaku. Mungkin ceritaku emang abal-abal, jadi kalian nggak sudi lihat notif alayku di notif kalian. *buat yang baca tapi nggak minat follow – kata mbak2 fujo kenalanku bilang : sekali-kali egois, lah bikin yang privasi gitu! – Udah, kok! Saya akan memperbanyak cerita yang privasi. Hanya buat yang follow aja! Lalalaa... jadi peran antagonis alay dulu, ah! Oh, iya.. ada kisah baru yang agak abstrak.. absurd.. genre homo komedi lagi. Judulnya, "NIH, UPIL!" Menceritakan tentang dua sejoli (?) yang sahabatan sejak orok hingga akhirnya mengerti apa itu Upil. Eh? Selamat datang di dunia Pambudi dan Ucil... ! Bahasanya juga pake diksi alay lagi... *kapan ente gak alay, woy?* Monggo...

Lumajang, 24 Desember 2015

01.09 WIB

NP : Josh Groban – If I Walk Away

Love In The JungleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang