Klimaks Ketujuh Belas: Oak

19.5K 1.8K 307
                                    

Oak – tua berarti tau, sepuh tak berarti rapuh.

When the vision around you...

Bring tears to your eyes...

And all that surround you...

Are secret and lies...

I'll be your strength...

I'll give you hope...

-This I Promise – N Sync-

Wilis celingukan. Ini hari kedua dia memberikan waktu pada Ijen. Wilis sedang mencari seseorang. Lu dan anak-anak lainnya. Wilis rindu sekali dengan mereka. Akhir-akhir ini mereka sering menghilang, nggak berkumpul di sekitarnya lagi. Wilis benar-benar merasa kehilangan. Wilis begitu naif. Bagaimana dia bisa meninggalkan mereka, sebentar saja mereka menghilang Wilis sudah kelimpungan begini.

Wilis menoleh ke arah rimbunan pohon dan mendapati anak-anak itu sedang duduk melingkar. Wilis cengengesan. Ingin sekali dia menggoda mereka. Sekali saja!

"Jadiiii... kalian lagi ngomongin apa?" Kepala Wilis melongok di antara mereka. Mereka melongo karena kaget. Lu berdehem. Mereka semua bergeser, memberikan akses bagi Wilis untuk duduk. Gila, bocah tengil itu keren sekali! Dia bisa mengatur teman-temannya yang lain. Sepertinya Ijen punya saingan di sini.

"Wilis duduk saja, kita bahas penting!"

Wilis ngakak dalam hati, tapi menurut saja saat Lu mengatakan itu. Dia duduk dan mendengarkan pengumuman yang Lu sampaikan.

"Sekarang Ijen sudah setuju..." Lu berdehem sekilas, lalu menatap Wilis dengan raut senang. Wilis melongo. Tunggu! Kenapa Wilis nggak paham apa yang bocah ini sampaikan? Setuju untuk apa?

"Setuju apaan, Lu?" Wilis menatap Lu. Lu menaikkan bahunya, tersenyum.

"Setuju Wilis tinggal di sini. Dia juga sayang dengan Wilis..."

Wilis mengerjap polos. Bahkan ekspresinya sudah jadi bodoh begitu. Wilis nggak paham apa yang bocah ini maksud dengan sayang padanya.

"Apanya yang sayang Wilis?" Wilis takut kalau dia salah dengar. Wilis sudah lebih dulu menemukan makna Ijen baginya, jadi dia nggak akan pernah menyangkal perasaan sayang itu. Namun bagaimana dengan Ijen? Ijen sama sekali nggak sadar soal itu!

"Tadi Lu tanya, Ijen jawab begitu..." Kim menggenggam jemari Wilis. Wilis bengong. Dia nggak mau salah paham dan makin berharap.

"Lu tanya apa? Kalian tanya apa?"

"Ijen yang tanya, Wilis!" Lu menjawab datar.

"Dia tanya apa?"

"Tanya perasaan kami pada Wilis. Kami mengatakan kalau kami sayang Wilis. Lalu kami juga tanya dia. Dia juga bilang kalau sayang Wilis lebih dari apapun di dunia ini..." Lu mengangguk paham. Wilis melongo. Apa ini tandanya Ijen sudah mengerti arti hadir Wilis baginya di pulau ini?

"Lalu setelah itu apa?"

"Nggak ada apa-apa! Setelah itu, Ijen pergi."

"God..." Wilis mengusap kasar wajahnya. Lu menatap mata Wilis. Wilis tahu kalau bocah itu berbeda dari bocah-bocah lainnya. Terutama soal old soul dari jiwa tengil anak itu.

"Ijen mengatakan kalau Wilis adalah orang yang sangat dia sayangi. Ijen nggak akan pernah melepaskan Wilis. Kami juga nggak akan. Karena itu, kalau Wilis berniat melarikan diri dari hutan ini.. kami akan mengurung Wilis selamanya!"

Wilis merinding mendengar ucapan bocah itu. Bagaimana bisa Lu yang kemarin masih menangis padanya, memohon agar dia nggak pergi... sekarang sudah berubah jadi Lu yang tegas dan kejam begini? Apa mungkin karena anak di hutan ini cepat tumbuh karena alam?

Love In The JungleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang