Antiklimaks Kedelapan Belas: Apel

20.6K 1.7K 120
                                    

Apel – ketika kau mengatakan aku kenyang dibanding aku baik-baik saja.

Ada banyak cara Tuhan menciptakan cinta...

Mungkin engkau adalah salah satunya...

Namun engkau datang di saat yang tidak tepat...

Cintaku tlah dimiliki...

-Memilih Setia – Fatin-

Alasan hidup Ijen bertambah saat ini. Karena Wilis. Wili adalah salah satu alasan atau mungkin satu-satunya alasan bagi Ijen untuk hidup. Ini bukan tentang bagaimana Ijen harus meninggalkan dunia ini dan memilih mati. Lebih sensitif daripada itu.

"Wilis..." Bocah-bocah itu kembali berteriak. Ijen menoleh spontan. Entah kenapa tiap kali mendengar nama itu, kepalanya seolah bergerak untuk mencari keberadaan si pemilik nama.

"Ratu Lu berkhianat!" Lu menunjuk wajah Wilis dengan geram. Wilis melongo. Ijen ingin sekali tertawa melihat ekspresi itu. Nini sudah bercerita padanya kalau Lu juga punya kemampuan melihat masa depan seperti Nini. Ijen jadi takut sekarang kalau bocah tengil itu mengetahui semuanya.

"Aku ngapain, lho?" Wilis gelagapan. Ijen masih sibuk mengulum senyum.

"Kamu memilih Ijen daripada aku!" Lu berteriak kencang. Ijen tersedak. Dia melongo dan menoleh ke arah bocah tengil itu. Lu tahu? Ah, Lu punya kemampuan itu!

"Kamu masih kecil, Lu!" Wilis tertawa geli. Ijen menatapnya dengan raut kesal. Kenapa Wilis menjawab seperti itu? Kenapa Wilis nggak menjawab kalau Ijen yang dia cinta? Kenapa? Ijen kesal walau hanya mendengar itu. Sekarang Ijen jadi egois, mementingkan kebahagiaannya sendiri. Iya, dulu dia nggak pernah begini! Ini saatnya balas dendam, kan? Dia akan bahagia sebanyak mungkin. Dia akan memiliki Wilis untuk dirinya sendiri!

"Bagus, anak-anak! Kalian sudah tahu!" Ijen menghampiri mereka dengan raut bangga. Ijen mengangguk senang. Lu mengernyit, lalu menunjuk wajah Ijen.

"Kalian berdua..."

Bocah itu mundur perlahan.

"Ini rahasia, ya Lu!" Wilis berbisik.

"Aku benci kalian berduaaaa!!" Lu menjerit tertahan, setelah itu dia memeluk Wilis erat. Ijen kesal. Cemburu. Marah.

"Apa yang kamu lakukan, bocah? Kamu benci pada kami, tapi kamu memeluknya?" Ijen mengerut gemas. Mendengar omelan Ijen, Lu malah makin mengeratkan pelukannya pada Wilis. Ijen tambah geram.

"Aku hanya nggak suka kalian bersama!" Lu menjerit kencang. Tangannya bahkan sudah mendekap erat perut Wilis. Ijen masih geram. Kalau bisa, Ijen ingin sekali mengikat Lu di pohon. Dia nggak akan melepaskan Lu. Dia kesal sekali pada bocah itu, yang seenaknya menyentuh Wilis. Wilis sendiri juga tenang-tenang saja saat bocah itu menempel seperti lintah padanya. Sedangkan Ijen nggak punya kesempatan seperti itu. Wilis selalu menolaknya.

"Kenapa? Karena ratu Lu berubah jadi ratu Ijen?" Ijen mendengus nggak terima. Wilis terkekeh geli.

"Sebentar lagi... ketua suku akan bangun..." Lu berbisik, lalu menenggelamkan wajahnya di pinggang Wilis. Ijen dengar itu. Pendengaran Ijen sangat baik. Dia mendengar apa yang Lu katakan tadi. Kalau memang benar apa yang Lu katakan, maka semuanya akan kembali pada yang semestinya. Dia akan kembali seperti semula. Menjadi Ijen yang bebas tanpa ikatan Rinjani. Ijen akan menjadi milik Wilis sepenuhnya!

"Ijeeen...! Ijeeeen....! Ketua suku sadar...!!" Bromo berteriak, berlari ke arahnya dengan tergopoh-gopoh. Ijen menatap Lu lagi. Ternyata memang Nini sudah mewariskan ilmunya pada Lu. Lu kembali mengusapkan hidungnya di pinggang Wilis. Bocah tengil ini manja sekali, ah! Ijen nggak suka. Nggak suka karena tubuh Wilis itu miliknya, juga Wilis nggak pernah mengizinkannya begitu!

Love In The JungleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang