Ana *POV*
"Kak Dareson?" Kataku tak percaya saat tau pria yang tadi memelukku tadi adalah kakakku. Dareson.
"Terkejut hmm?"
Dasar idiot, Tentu saja aku terkejut. Bagaimana bisa dia ada di London? Diakan ada di Indonesia.
"Bagaimana bisa kau di London kak?"
"Aku kesini untuk menjengukmu lah" katanya sambil menjitak kepalaku.
"Awwww" ringisku kesakitan.
"Uhhh sorry sorry aku tidak bermaksud"
"Iya iya, eh tapi kak ngapain ngejenguk aku? Aku kan baru beberapa hari disini? Bahkan satu minggu saja belum"
"Apakah tidak boleh seorang kakak menjenguk adiknya yang sedang berada di negri orang?" Katanya murung.
"Bukan maksudku seperti itu kak, oia tapi aku kan baik-baik saja"
"Baik-baik saja katamu?" Tanyanya meyakinkan.
"Mmm.. yeah kau bisa lihat, aku sehat"
"Tapi perasaanmu? Aku yakin tidak sehat kan?"
"Maksud kakak?"
"Kamu ini masih aja kayak anak kecil ya padahal kamu udah kuliah sekarang di Oxford lagi"
"Kakakkk!" Kataku kesal.
"Oke oke kembali ke topik, maksud kakak tadi itu..."
"Apa??"
"Aduh kakak lupa" katanya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
"Gak usah pura pura" jawabku malas.
"Hehe, ya maaf.. Kakak tau kok kamu lagi patah hati" katanya sambil meminum minumanku.
"Hah? Maksud kakak apa sih?" Kataku polos ups maksudku pura pura polos, ya karna aku tau apa yang di maksud kakakku ini. Niall.
"Ya kamu lagi patah hatikan? Sama Niall?"
"Kakak?" Kini air mataku mulai mengalir.
"Uhhh maaf Ana aku tidak bermaksud" katanya sambil memelukku lagi.
"Kakak jahat!" Kataku sambil memukul mukul punggungnya lemah masih dengan isak tangis.
"Maaf Ana aku tidak bermaksud sayang" katanya lembut dan penuh sesal.
"Sekarang kita ke apartement kamu aja ya? Kamu bisa cerita di sana" usulnya.
Ya dia benar, lagi pula aku malu terus berdiam disini karena dari tadi aku diperhatikan oleh orang orang yang berada disini ya mungkin karena dari tadi yang aku lakukan hanya menangis.
"Baiklah kak"
Kami pun langsung menuju apartementku yang ke betulan tidak jauh dari sini.
.
.
.
Niall *POV*Saat aku sampai di Starbucks aku langsung mencari Ana dan aku melihat Ana sedang berbicara dengan seorang pria.
"Apa itu Austin?" Kataku dalam hati.
Tak lama lelaki itu memeluk Ana dan Ana menangis, Kenapa dia? Aneh, saat melihat Ana menangis untuk yang ke dua kalinya hatiku terasa disayat oleh puluhan pisau tajam.
Lalu beberapa saat kemudian mereka pergi dari sini dan saat aku melihat ternyata lelaki itu bukan Austin.
"Jika bukan Austin, lalu siapa dia?"
(Kalian jangan heran kenapa si Ana gak ngeliat Niall pas keluar, jadi ceritanya si Ana sama Dareson itu keluar lewat pintu samping sedangkan Niall masih ada di deket pintu depan. Oke you know what i mean yeah?)
*****
~Base camp~
"Kau sudah pulang Niall" kata Louis yang masih fokus pada PlayStationnya.
"Dari mana saja kau?" Tambah Harry yang juga masih asik dengan PlayStation. (Harry sama Louis lagi adu PlayStation ceritanya)
"Yesss gue menang! Wuhuuu" teriak Louis sambil menari nari.
"Kau hanya sedang beruntung Lou!" Kata Harry yang masih kesal karena kalah.
"Sudah beres urusannya Niall?" Kini Liam yang angkat bicara.
"Sebenarnya tadi aku tidak bicara dengan Ana" jelasku, tiba tiba Louis berhenti menari dan kini menatapku tajam.
"Ada apa Lou?" Tanyaku binggung.
"Kau belum meminta maaf?" Tanya Harry yang kini duduk disebelahku.
"Liam?" Kataku malas.
"Mereka yang memaksa"
"Ohh jadi kau tidak percaya pada kami? Dan hanya percaya pada Liam?"
"Bukan begitu maksudku Hazz"
"Sudah jangan bertengkar, jadi kamu dari mana saja Niall?" Tanya Liam.
"Aku tadi memang bertemu Ana ehh ralat maksudku melihat Ana, tapi dia tidak sendiri dia sedang bersama seorang pria aku pikir dia Austin teman Ana ya kira kira begitu tapi ternyata bukan, tapi tiba tiba saja pria itu memeluk Ana dan aku melihat Ana menangis di dalam pelukkan pria itu, tak lama mereka pun pergi" jelasku panjang lebar.
"Jadi?"
"Jadi apa?"
"Jadi kamu tidak berani menghampiri Ana? Hanya karna dia sedang bersama seorang pria yang entah siapa dia?"
"Bukan begitu Harry"
"Lalu?"
"Aku pun tak tau Lou"
"Apakah kamu tak takut jika pria itu ternyata orang jahat?" Tanya Louis lagi.
"Benar juga" kataku sambil beranjak pergi.
"Mau kemana?" Tanya Liam.
"Mencari Ana dan memastikan dia baik baik saja"
"Tenanglah dan buka twittermu!" Perintah Liam.
"Ada apa di twitter? Apa ada berita tentang aku dan Selena lagi? Atau kini dengan Ana?"
"Jangan banyak tanya, dan bukalah"
Aku pun menuruti apa kata Liam.
"Buka twitter Ana!" Perintahnya lagi, ada apa sih dengan twitter Ana.
'10 minute ago
Thanks Dareson, udah ngejenguk gue ke London dan mau denger semua cerita gue selama disini
Love you my big Bro :) x'"So?" Tanyaku meyakinkan.
"Pria itu adalah kakaknya bodoh!" Kata Liam sambil menjitak kepalaku.
"Awwww sakit Payno!"
"Hahaha" mereka pun tertawa renyah karena tingkah konyolku.
"Huffttt menyebalkan!" Kataku lalu pergi meninggalkan mereka yang masih tertawa.
*****
____________________________________Haha hayoo siapa yang nyangka itu Austin? Hayoo ngaku! :p
Jangan lupa Vote and Comment guys kalo kalian suka sama cerita ini
Kritik dan Saran masih gue terima kok :D
Oke deh Thanks for you're attention guys :) x
KAMU SEDANG MEMBACA
Started From The Fans
FanfictionAku hanyalah sekedar Fans. Aku juga mengenalnya, huh tentu saja. Dan dia tidak mengenalku. Tapi, semua berubah saat kita tak sengaja bertemu.