Part 1 - You're My Fate

8.5K 106 15
                                    

Part 1 - You're My Fate

   Gadis itu berjalan terseok-seok seakan takut di temukan oleh seseorang. Terlihat darah segar mengucur perlahan namun pasti di pergelangan kakinya, sambil menahan perih dan pegal yang terasa menusuk-nusuk. Sesekali dia menatap kebelakang, karena takut seseorang yang ia hindari telah berhasil mengejarnya.

   "Fuuhhh." Gadis itu membuang nafas lega seakan bebas dari cengkraman makhluk buas.

   Gadis itu memegang dada kirinya dan mencoba untuk mengatur nafas agar stabil. Dirinya bahkan tersenyum sendiri karena telah berhasil menjauh dan menghindar dari sosok yang sangat mengerikan yang selalu berhasil membuatnya mengigil hanya dengan menatapnya saja. Rambut hitamnya berkibar tatkala angin menyapu helai demi helai rambutnya dengan perlahan, serta mata ungunya menatap resah dengan berbagai emosi di dalamnya.

   Akhirnya dia jalan dengan perlahan kembali menginjakan kakinya yang telanjang. Bebatuan kecil, dedaunan yang berguguran dan ranting yang berserakan di tanah membuat dirinya sesekali mengaduh. Namun, napasnya tercekat saat mata ungunya melihat seseorang yang sedang mengejarnya telah berada di depannya.

   "Kau pikir kau bisa pergi dariku begitu saja? My Lady?" Seseorang yang dipikir oleh gadis itu tersenyum miring dan mata hitamnya menatap tajam pada sang gadis.

    Sang gadis hanya mematung takut melihat objek yang tengah berdiri kaku didepannya. Ia bahkan dapat merasakan sekujur tubuhnya bergetar karena ketakutan, bahkan terlalu takut untuk mengeluarkan suara.

   "K-kau... ba...bagaimana bisa..." Akhirnya sang gadis bisa mengatakan isi pikirannya walaupun dengan terbata dan dengan jeda yang panjang.

   Gadis itu berjalan mundur tertatih kebelakang.

  Tidak ada jawaban dari seseorang tersebut. Hanya tatapan mata hitam pekatnya yang mengandung perintah yang tidak bisa ditolak, terlihat sarat akan kemarahan yang ditahannya. Seketika mata itu berubah menjadi merah nyala.

   "TIDAKKK!!!"

   Teriakan frustasi bercampur dengan ketidakrelaan terlontar begitu saja dari mulut mungil sang gadis. Detik berikutnya gadis itu berlari terseok-seok karena luka di pergelangan kakinya merembes deras saat dia paksa untuk berlari. Mata ungunya memancarkan kengerian dan kebencian yang tidak terkira. Kombinasi yang sangat menyiksa bagi dirinya.

   Rasanya badannya terasa semakin remuk dan tidak bertenaga untuk meneruskan larinya. Mata ungunya sesekali melirik ke arah belakang, lalu menatap sendu kearah kakinya yang terluka.

   Srakkk.

   Gadis itu terjatuh karena akar pohon pinus yang mencuat keluar dari tanah, seolah akar tersebut memang sengaja menghentikan langkahnya. Sekarang dentuman demi dentuman dari jantungnya semakin menggila karena memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya.

   "Arrgghhh sakit."

   Setengah kesakitan dan merasa terancam, sang gadis menutup kelopak matanya. Dengan nafas tersengal, akhirnya gadis itu memegang pergelangan kakinya. Namun detik berikutnya kelopak matanya tiba-tiba terbuka lebar karena pergelangan kakinya terasa  disedot oleh sesuatu yang lembut namun dingin.

   Gadis itu menatap ngeri ke arah seseorang yang sedang menghisap darah yang berada di pergelangan kakinya dengan rakusnya. Seakan tidak ada yang minuman yang semanis darahnya. Seakan darahnya adalah nikotin yang tidak bisa seseorang itu tidak hisap sedikitpun.

   Wajah sang gadis langsung pucat seketika.

   "Hentikan!" Gadis itu membentak dengan sisa kekuatan yang ada. Dan menatap jijik kepada seseorang yang melihatnya dengan penuh minat.

   "Aku bilang hen..."

   "Ayo pulang!"

   Seseorang itu menatapnya sendu. Dimatanya tersirat rasa bersalah namun sarat dengan kerinduan yang ia lemparkan kepada gadis didepannya.

   "Ronald." Ucap gadis itu pelan tidak menyembunyikan kelelahannya.

   "Iya Amethyst."

   Seseorang yang bernama Ronald itu menatap kearah gadis yang baru saja ia sebutkan namanya. Rasanya sangat menggembirakan ketika namanya di panggil oleh Amethyst. Hatinya terasa hangat seketika.

   "Aku ingin pulang. Tolong lepaskan aku."

   Amethyst menatap penuh minta ke mata yang berwarna hitam pekat itu.

   "In your dream." Ronald menjawab dingin lalu memangku tubuh Amethyst dengan sangat cepat. Amethyst yang merasa diacuhkan oleh permintaannya berlonjak ingin turun dari pangkuan Ronald.

  "Aku tidak ingin melihatmu. Membunuh kaumku lagi Amethyst!"

   "..."

   Melihat keadaan Amethyst yang sudah kelelahan. Ronald pun mengeratkan pangkuannya. Seakan ia takut kehilangan lagi sosok Amethyst yang menjadi candunya. Yang menjadi alasan mengapa Ronald sampai turun tangan untuk mengejar Amethyst dengan gigihnya. Karena Ronald tahu, Amethyst adalah sosok yang selama 1000 tahun ini ia mimpikan dan tunggu kehadirannya.

***

Foto disamping adalah foto dari Amethyst.

Senyumnya gimana? Cantik sangat kan? Wkwkwkwk~

Oke, Gimme your comment and vote please >,<

-R

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang