Part 17a - Perang

748 32 4
                                    

Part 17a - Perang

    Suara rintihan Amrald di kamarnya membuat Ewkha waspada. Kemarin saja ia tertipu mentah-mentah karena mendengar Amrald mengigau mengucapkan kata ‘Mommy’ , ‘Daddy’, dan ‘Ame’. Sampai dimana Ewkha memeluk Amrald dengan lerat dan mengusap puncak kepalanya dengan lembut, namun sedetik kemudian Ewkha dapat merasakan sinar dari kedua mata ungu pekat Amrald membakar dada hingga menembus ke paru-parunya.

   Malahan Amrald dengan cerdik memanipulasi pikirannya hingga ia berhalusinasi bahwa Amrald adalah kekasihnya yang ingin pulang ke rumahnya. Ewkha tersenyum kala itu, sambil menggenggam tangan kanan Amrald ia menunjukkan pintu keluar yang telah di mantrai oleh Admika. Sampai dimana geraman tidak suka dari Admika terdengar di kedua teliganya sehingga membuat Ewkha kembali pada kenyataan. Ewkha hampir berhasil membuat Amrald keluar dari Kastil Osmond dalam satu sentuhan yang membuat pintu tersebut terbuka lebar.

    “Dasar anak sialan!” maki Admika seraya menyusul Amrald yang sudah berlari melintasi hutan dengan kecepatan Vampirenya.

   Seolah tersindir oleh perkataan Tommy, Ewkha langsung berlari mengejar Amrald dan membuat tanda pentagram yang ia ukir di udara, tanda yang sama saat dirinya mengukir kaki Amrald saat terlelap.

    “Argh... brengsek! Pa... da... dal... sedikit lagi!” suara Amrald sekitar satu kilometer di hadapannya membuat Ewkha langsung berlari dan menghampiri Amrald yang sedang menggelepar layaknya ikan.

   “Cih, kau menyusahkanku saja.” Sindir Ewkha sambil berjongkok dan menatap mata ungu pekat Amrald yang menatapnya tak suka.

   “Kau yang menyusahkanku sialan! Bawa aku pulang, please. Aku akan memastikan kau mempunyai nama keluarga yang kau ingini.” Lirih Amrald sambil menggenggam tangan kiri Ewkha yang mengepal.

  Kenapa dia bisa tahu?

  Sialan!

  “Kau bisa bergabung dengan Keluargaku, kau tinggal memilih mau menjadi bagian Keluarga Osric atau Orlin. Kau bebas memil... argghh...”

   Sebuah tangan besar mencekik Amrad dengan erat, hendak meremukkan lehernya. Ia benar-benar merasa di ujung tanduk tatkala suara Admika lah yang menyelamatkan dirinya.

   “Jangan seperti itu Nak, bawa saja dia ke kamarmu. Dan  beri dia sedikit hukuman.”

    “Aku tidak ingin nama Osric berada di belakangku Ayah.”

   “Itu tiidak akan pernah terjadi. Jika kau mendengarkan perintahku!” seru Admika memberi perintah mutlak pada Ewkha.

   Mengingat hal tersebut, Ewkha mati-matian menahan tubuhnya untuk tidak pergi dan mencincang tubuh Amrald karena selalu mengganggu waktu membacanya. Dengan mata kuning berkilat marah, Ewkha membuka pelan halaman berikutnya dan membacanya dengan perlahan.

  Seluruh tubuhku meremang tatkala mata ungu itu menatapku dengan pancaran tidak rela, aku terpaksa melakukan semua ini karena aku ingin menyelamatkan dunia dengan kedua tanganku. Kehadiranku yang tidak pernah di inginkan oleh siapapun itu, membuatku hidup laksana iblis yang selalu meneror siapapun itu, termasuk gadis yang sangat aku cintai. Yang sekarang tengah memandangku dengan kudapan bening di kedua mata indahnya.

    Membuatku ingin memeluknya...

    Membuatku ingin bercinta dengannya...

  Dalam satu hentakkan nafas, Ewkha menutup buku yang sedang ia baca. Entah mengapa pompaan di jantungnya seolah  meningkat sepuluh kali lipat. Ada perasaan berdesir aneh saat ia membaca cerita tadi. Mata ungu, adalah mata yang langka di miliki oleh seluruh makhluk yang berada di dunia ini. Baik immortal maupun mortal.

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang