Part 15a - In Osmond Castle

983 43 28
                                    

Part 15a - In Osmond Castle

Derap langkah anggun yang menuju ruang besar berwarna merah darah tersebut sontak memecahkan percakapan mereka yang sedang berdebat di dalamnya. Semuanya menahan nafas, tatkala pintu terbuka dan tampillah sosok tampan yang melangkah dengan wajah datar, sarat akan keangkuhan.

Serempak, semuanya langsung berdiri dari duduk mereka lalu membungkuk, menandakan mereka benar-benar menghormati sosok tampan yang sedang berjalan menuju tempat duduknya.

Sunggingan puas bertengger begitu saja pada sosok yang mirip sekali dengannya, tanpa ada perbedaan sama sekali. Hanya umur merekalah yang berbeda, yang menjadi penghalangnya.

"Baiklah, sepertinya kita bisa memulai kembali." Ujar salah sosok suara yang membuat semua mata menatapnya.

Sosok tersebut tersenyum tipis, kacamata baca menghias hidung mancungnya sehingga ia tampak begitu bijaksana dan rendah hati.

"Ewkha, duduklah di tempatmu." Ewkha yang berdiri tepat di gerbang pintu akhirnya melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya. Tepat di sisi sosok tampan tadi.

"Aku sudah membawanya, Ayah." Bisik Ewkha kemudian, membuat Admika melengkungkan bibirnya.

Rapat di mulai. Seketika ruangan tersebut menjadi sunyi semenjak kedatangan Ewkha. Padahal mereka para pengikut keluarga Osmond sedang memperbincangkan kemampuan Ewkha, meskipun Ewkha tidak pernah gagal dalam menjalankan misi yang di berikan padanya. Namun, semua itu belum bisa membuktikan kelayakannya menjadi penerus Keluarga Osmond.

***

 Saat ini Admika dan Ewkha sedang duduk sambil menikmati indahnya langit senja di taman belakang. Merasa canggung dengan suasana yang begini kaku, Ewkha berinisiatif untuk mengusir suasana yang menurutnya begitu tidak nyaman.

"Ayah."

"Ewkha."

Ternyata, Admika dan Ewkha bersamaan dalam memulai percakapan di antara mereka berdua. Akhirnya, Ewkha tergelak renyah karena merasa begitu bahagia. Sekarang, Ayahnya tidak lagi kaku seperti dahulu.

Akhirnya Ewkha berdiri lalu membungkukkan badannya, membuat Admika menghentikan kegiatannya yang sedang menyesap teh. Membuat kepulan asap panas tersebut melayang menjauh, seolah takut dengan aura yang menguar dari tubuh  Admika. Tentunya Admika sudah mengerti pembahasan 'apa' yang akan Ewkha sampaikan.

"Apakah Ayah tidak akan memberikan nama keluarga Ayah untukku? Aku sudah melakukan apa yang Ayah suruh." Ewkha menyuarakan pikirannya.

Admika tersenyum tipis, senyum palsu. "Sebelum aku memiliki Amethystku, aku tidak akan pernah menyerahkan nama keluarga padamu Ewkha. Aku mengandalkanmu. Tolong, jangan buat aku dan keluarga besar kita kecewa. Khususnya diriku sebagai Ayahmu."

Ewkha mengkeret mundur perlahan, kedua tangannya bergetar hebat akibat penolakan gamblang dari Admika. Meskipun ini bukan pertama kalinya Admika menolaknya.

Ya tuhan... Aku harus melakukan apa lagi? Agar Ayah menatap dan mengakuiku sebagai anaknya. Ewkha membathin,  "Tapi, Ayah Admika. Aku ingin menyandang nama keluarga kita." Ewkha tersenyum pahit, dalam hatinya ia begitu kesal dengan Admika yang selalu saja mementingkan Vampire perempuan yang begitu ia cintai, ia bahkan memilih berkutat dengan buku-buku tebal dan usang. Memilih untuk belajar dan menunjukkan bahwa Admikalah yang tepat sebagai pendamping Vampire perempuan yang bernama Amethyst.

Menundukan kepalanya, Ewkha langsung meninggalkan Admika dengan perasaan berkecamuk. Ia benar-benar sudah tidak tahan karena tidak pernah di anggap oleh Admika.

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang