Part 15b - In Osmond Castle

823 40 4
                                    

Part 15b - In Osmond Castle

Kesialan Amrald tidak sampai disitu saja. Buktinya ia melototkan kedua mata ungu pekatnya saat menatap sosok dingin yang berada di belakang Admika, sosok yang begitu Mommynya benci. Sosok yang telah membuat Mommynya tersakiti untuk waktu yang relatif lama.

Dan itu tidak bisa terobati hingga sekarang. Ia benar-benar akan membuatnya menderita, sosok yang berambut perak dan bermata hitam itu menatap Amrald dengan wajah angkuhnya. Angkuh mendapatkan tubuh abadi setelah ia menggadaikan jiwanya pada iblis yang haus darah.

"Terkutuklah kau Robert Orlin Austicila!" Amrald menjerit histeris, ia benar-benar akan memenggal leher manusia bukan maksudnya Vampire itu!

Di tempatnya Robert melihat Amrald dengan wajah berbinar bahagia, ia begitu takjub dengan keturunannya. Amrald memilik wajah seperti boneka, kulitnya yang putih seperti salju, matanya yang berwarna ungu pekat, tulang hidungnya yang lurus, bentuk wajah yang mungil dan badan yang ramping kecil. Seperti boneka hidup. Lebih tepatnya Robert merasa, cicitnya itu adalah replika dari cucunya. Cantik dan mematikan. Sehingga ia tidak menggubris ancaman Amrald, karena ia terlalu terpesona.

"Jangan menatapku dengan mata mesummu itu sialan! Aku bersumpah akan memenggal kepalamu dengan tanganku juga!" Amrald berlari melesat pada Robert dengan kecepatan jet. Membuat mata kuning Ewkha menganga tidak percaya.

Siapa kau sebenarnya Amrald?

Ewkha tidak pernah melihat ada Vampire yang berlari begitu cepat, menurut perhirungannya Amrald berlari kurang dari 1 detik. Terlalu cepat. Sehingga mata kuningnya menatap Amrald dengan wajah pucat pasi, aku tidak akan membiarkan perempuan itu kemana-kemana! Aku harus memilikinya dan menyiksa perempuan tua yang bernama Amethyst. Bathinnya berkata.

Krakkk.

Mendengar suara berderak mengilukan, Ewkha langsung tersadar dan ia melihat Amrald di cekik oleh Admika. Seolah tidak ada rasa iba saat Admika melakukannya. Malahan Admika terkikik geli karena Amrald begitu rapuh dan lemah, Admika begitu tidak menginginkan makhluk-makhluk yang tidak berguna.

"Akan lebih mudah, jika aku menyingkirkanmu terlebih dahulu." Suara lembut Admika membuat Amrald ingin protes, namun lehernya seolah remuk dan tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun. Amrald yakin pita suaranya telas putus akibat cekikan tangan besar Admika.

"Khau... brengh... shek!"

Hati kecil Ewkha mendadak ngilu, melihat Amrald seperti itu. Sesungguhnya ia ingin sekali membawa Amrald pergi ke tempat yang sangat jauh dan mengobati lehernya. Nampaknya ia mengerti mengapa Ayahnya di sebut dengan Pangeran Kegelapan. Menurut penilaiannya, Ayahnya tidak akan segan-segan menyingkirkan mahluk apapun yang menghalangi tujuannya.

"Aku brengsek? Sepertinya yang brengsek itu adalah Ayahmu. Mengapa ia merebut Sayangku dengan menidurinya terlebih dahulu? Padahal ia sudah tahu bahwa Sayangku adalah pacarku. Apakah Ayahmu itu tidak punya hati dan perasaan? Sekalipun aku tahu, bahwa Vampire itu tidak mempunyai organ yang hidup alias mati. Bagaimana jika ia nanti merasakan hal yang sama? Orang-orang tersayangnya di rebut dariku? Apakah ia bisa hidup dengan tenang?"

***

 Keluarga Osric  panik. Ronald sebagai kepala keluarga tidak henti-hentinya mengumpat dan menyumpah bocah ingusan yang bernama Ewkha tersebut, di depannya Anak dan Istrinya terduduk dengan raut wajah begitu cemas. Amethro menggertakkan giginya, sesekali ia merasa bingung karena lidah dan bagian dalam mulutnya berdarah karena giginya. Padahal ia belum menjadi Vampire dewasa? Sehingga tak ayal bau amis  dari robekan giginya membuat dia linglung sendiri. Ingin menghisap dan membuang darah tersebut.

"Hentikan anakku." Pinta Amethyst.

Amethro merasakan kedamaian saat kehangatan kedua tangan Amethyst melingkar di tubuhnya. Pikirannya yang begitu gelap dan kalap seolah menguap begitu saja, ia malah terisak karena merasa bersalah tidak bisa melindungi kembarannya.

"Bisakah kalian jangan menganggu konsentrasiku?" Ronald yang dari tadi diam angkat bicara, ucapannya itu membuat Istri cantiknya mendelik garang ke arahnya.

Mau tak mau Ronald langsung membungkam bibirnya dan berjalan kesana kemari seperti tadi.

"Ronald Osric Maynard! Tolong jaga intonasi suaramu! Amethro sedang bersedih dan kau malah membentak kami berdua. Tidak ada jatah malam ini!" Dengus Ametsyt.

Ronald terkejut mendengarnya, "oh tidak My Lady. Jangan membuatku semakin tidak konsentrasi dengan kasus Amrald, kau tahu kan? Aku tidak bisa kekurangan seks?" Jelas Ronald dengan polos dan vulgar.

Nampaknya ia tidak peduli dengan mata Amethro dan Amethyst melebar atas ucapannya. Bagi Amethro, Ayahnya tidak lebih dari om-om mesum yang menghadiahkan seuntai kalung berlian pada gadis polos yang tidak tahu tentang seks. Apalagi ucapan Ayahnya benar-benar membuat belakang lehernya merinding.

Sedangkan bagi Amethyst, Suaminya sudah positif sinting dan bertambah kadar kemesumannya. Sungguh ia heran, mengapa ia bisa jatuh cinta pada Vampire tertampan yang berada di hadapannya. Seharusnya dulu ia tidak memilih satu pun, sehingga tidak akan menyakiti salah satu dari lelaki yang singgah dan menetap di hatinya.

"Aku pikir, mulut mesummu itu perlu ku gunting." Dengan nada datar, Amethyst mengatakan ancamannya.

Ronald menggeleng, ia tidak setuju. Ia dengan terang-terangan mengabaikan Amethro yang sedang menatap penasaran padanya. Ronald akan menunjukan siapa Tuan Muda Osric yang selalu di gilai oleh kaum hawa dan dari mahluk manapun, ia tidak ingin di cap lemah sebagai kepala keluarga Osric.

"Jika kau menggunting mulutku ini, aku jamin para penggemar beratku akan mencarimu dan melakukan hal yang serupa. Bahkan... paling parahnya, mereka bisa saja menjadikanmu santapan mereka."

"Ehem."

Marligo yang dari tadi melihat pertengkaran Anak dan Menantunya akhirnya turun tangan, ia mencoba sedikit mengusili mereka. Dengan wajah hangatnya, ia menaikkan alis kirinya ke atas sebagai bentuk peringatan.

"Ayah!" Amethyst dan Ronald memanggil bersamaan.

"Sepertinya kalian selalu saja membuat aku merasa tua 1000 tahun dan bertengkar seperti kucing dan anjing seperti itu. Padahal ada anak kalian di situ!"

"Granpa!"

Marligo langsung memasang wajah seriusnya, mata hitamnya berubah menjadi merah. Sebagai Ketua dari persekutuan Klan terbesar ia merasa di rendahkan oleh Vampire tengik yang menculik cucu tercantiknya.

"Amethro. Sebaiknya kau ceritakan semuanya dengan lengkap." Ucap Marligo dengan tegas.

Amethyst yang merasa atmosfir ruangan ini berubah menjadi mencekam langsung berdiri dan menangis. Ia merasa tidak mampu lagi menutupi kegundahan hatinya di depan sang Ayah mertua. Aku harus melakukannya lagi! tekadnya membara dalam hati.

"Ayah, tolong izinkan aku untuk memanah kembali."

Amethro terkejut mendengarnya, "Mommy bisa memanah? Sejak kapan?" Tanya Amethro bertubi-tubi.

"Sejak umur 4 tahun lebih tepatnya."

Ronald, Marligo dan Amethro menganga takjub mendengarnya.

"Korban pertamaku adalah Ruppert sang Vampire pemangsa."

Bukan bermaksud sombong. Amethyst saat ini ingin sekali memanah mahluk brengsek yang terang-terangan membunyikan genderang perang terhadapnya. Ia sebagai cucu dari Robert Orlin Austicila tidak pernah mengabaikan siapapun dan mahluk apapun yang mengusiknya dan orang-orang terdekatnya. Apalagi Putri kandungnya yang menjadi taruhannya.

"Pantas saja, aku selalu melihat bayangang Ruppert jika aku bersamamu Istriku." Desah Ronald sambil memijit pelipisnya, merasa pusing yang tiada kentara menerpanya.

***

Votentar guys~ :3

Next part adalah part yang penuh dengan darah dan akan banyak yang menjadi korban :((

Aku sampai sedih tatkala menulisnya :((

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang