Part 18 - Heartbeart

782 31 19
                                    

 Mata perak Ewkha langsung berubah menjadi kuning sambil memincing tak suka pada Lisgiza. Hatinya berdenyut nyeri karena masa lalu yang tersimpan rapat-rapat diketahui oleh Vampire perempuan yang masih bau kencur. Dia bersumpah akan mengantarkan Vampire perempuan itu ke dasar neraka.

   Sialan! Vampire ini belum tahu bagaimana rasanya kesakitan huh! umpat Ewkha kuat-kuat di dalam hatinya.

  "Hey, jaga matamu itu anak muda." Amethyst mendelik sinis tatkala Ewkha menatapnya dengan penuh kebencian.

  "Kau benar-benar makhluk menyebalkan ya? Tidakah kau pikir dengan pengorbananmu yang sia-sia. Kau tahu apa yang akan kau dapatkan nantinya? Kau menginginkan jantung kedua anak tercintaku untuk ritual menjijikan seperti ini? Dimana semua bangsa datang dan menginginkan perdamaian? Siapa kau ini? Tuhan? Aku bahkan tak tahu kau ini makhluk macam apa. Aku pikir kau Werewolf atau Lycan karena matamu berwarna kuning. Demi apa kau ini berjuang sampai menentang kami?" Amethsyt menggelengkan kepalanya kemudian mendesah pelan.

  "Admika... kau adalah lelaki yang aku cintai." Ronald yang mendengarnya langsung terbeliak dan hendak protes, "Tapi itu dulu. Sekarang segenap hati dan jiwaku hanya mencintai Ronald dan kedua anakku saja. Tak ada lagi tempat bagimu. Aku mohon, hentikanlah. Jangan ada dendam diantara kita. Aku lelah..." Amethyst menggenggam panahnya dengan erat. Berharap ia bisa meremukan Admika jika melakukannya.

 Ternyata di lantai dua dari kastil keluarga Osmond, Admika berdiri sambil memangku tubuh Amrald dengan erat. Admika bahkan tidak habis pikir, bagaimana dirinya bisa ragu untuk meneruskan niatnya. Rasanya Admika ingin membenturkan kepalanya ke batu terbesar dan menyumpahi Amethsyt dengan kosa kata terkasar. Sayangnya Ametyst adalah sosok yang selalu ia damba dan inginkan.

  "Amethyst." Admika memanggil dengan wajah datar, terbalik dengan hatinya yang berdentam-dentam karena merindukannya.

  "Serahkan Amrald! Aku mohon! Aku tidak ingin Amrald mati karena ramalan tak berguna yang telah kau dengar. Jangan mendengar orang sinting itu!" Amethyst melayangkan tatapan menghardik pada Robert, sedangkan Robert hanya mengangkat kedua tangannya sambil memasang wajah bodoh.

  "Apa urusannya denganku?" tanya Robert sambil mengedipkan kedua matanya berkali-kali.

  "Kau benar-benar memuakkan!" teriak Ronald.

   Kali ini Ronald tidak bisa menahan murkanya lebih lama lagi, ia langsung bergerak cepat dan sudah berada di hadapan Robert sambil mencekiknya. Ewkha yang melihatnya langsung melemparkan tubuh Ronald ke arah timur dan memapah tubuh Robert sambil memberikan seulas senyum.

  "Kau tak apa?" tanya Ewkha sambil memeriksa keadaan Robert.

  Robert mendengus dan langsung menyentakkan rangkulan Ewkha. Dirinya begitu tidak menyukai Ewkha karena jenisnya yang tidak jelas. Apalagi, Ewkha hanyalah berfungsi sebagai senjata pembunuh. Bukan sebagai sanak keluarga.

  "Enyahlah!" maki Robert sambil mengelus bekas cekikan dari Ronald, "Kau benar-benar cucu yang menyebalkan, Tuan Muda Maynard! Like your Daddy."

  Margalo langsung murka mendengarnya. Telinganya benar-benar begitu sensitif jika mendengar siapapun itu menghina orang-orang yang ia cintai.

  "Kau ini ex-human terkutuk yang pernah aku temui!" dengus Marligo sambil menggemerletukan jari-jarinya, "Tadinya aku pikir, aku akan membunuh semua umat manusia." semua mata yang berada di pihak Amethyst langsung melotot mendengarnya,  "Sayangnya, Amethyst begitu berbeda. Dia bisa memperlihatkan sifat dan sikap tenggang rasa kepada kami, musuhnya. Itulah yang membuatku benar-benar ragu untuk membumi-hanguskan Aleptipia."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang