Part 6 - The Way

2.2K 46 10
                                    

Part 6 - The Way

Amethyst menerjap-ngerjapkan matanya. Ada tangan kekar yang melingkar erat di pinggangnya.

Ronald !

Ya, nama itulah yang selalu hadir di hari-harinya.

Ronald, wajah tampan dan sangat rupawan. Amethyst tidak bisa menghilangkan keterpesonaannya kepada mahluk yang menyanderanya ini. Entah harus bagaimana lagi? Amethyst bersikap. Agar dia bisa kembali ke pelukkan Admika atau ke Aleptipia.

Satu bulir terjatuh bebas dari matanya. Amethyst merasa sakit. Rasa sakitnya menyesakkan. Seakan hatinya terkoyak tanpa henti.

"Untuk apa kamu memandangiku apabila kamu malah menangis !" Ronald membentak Amethyst dengn mata tertutup. Suara serak khas bangun tidur yang terdengar oleh Amethyst memberinya gelenyar yang aneh. Seakan membangkitkan alam liarnya untuk membungkam bibir merah merona milik Ronald.

Dengan sekuat tenaga Amethyst membuka pelukkan Ronald. Namun usahanya sia-sia. Seakan Ronald tidak mengijinkan Amethyst untuk pergi darinya.

"Lepaskan !"

"Aku tidak mau."

"Lepaskan ! Sikapmu benar-benar membuat aku muak !" Amethyst menggigit tangan Ronald.

"Aww... astaga. apa yang terjadi denganmu?" Ronald melepaskan pelukkannya. Amethyst langsung beranjak pergi saat ada kesempatan.

"Aku benci kamu Ronald Osric Maynard !" Raung Amethyst sambil menjauh dari ranjang.

"Aku akan membuatmu menyesal telah membangunkanku."

Mata Ronald berubah menjadi merah, seketika lutut Amethyst terasa lemas. Melangkahpun ia tidak bisa. Taring Ronald muncul diiringi dengan tatapan tajam darinya.

"Dasar iblis !" Amethyst berteriak.

"Memangnya mantan kekasihmu itu apa My Lady?"

"Maksudmu?"

"Mantan kekasihmu Admika Osmond Tooqshue itu sebangsa denganku !" Ronald menyeringai diiringi dengan tatapan kasihan.

"Apa maksudmu?" Amethyst memandang bingung ke arah Ronald yang sekarang berada tepat dihadapan wajahnya.

"Mantan kekasihmu itu adalah vampire."

Seakan dihujani batu beribu-ribu ton, badan Amethyst terjatuh di lantai. Admika yang selama ini ia sayangi dan cintai dengan sepenuh hati. Adalah... mahluk mengerikan yang terbungkus oleh wajah malaikat.

Amethyst menangis sarat akan kesedihannya.

Kesedihan akan dibohongi.

Kesedihan akan sosok Admika yang ia pikir adalah sama dengannya.

Manusia.

Ya Amethyst hanya memandang pilu ke arah Ronald.

"Admika, membohongiku?" Cicit Amethyst tidak percaya.

"Begitulah My Lady." Ronald tersenyum simpul sambil membantu Amethyst berdiri.

Seakan tidak bertenaga Amethyst terjatuh lagi. Dengan sigap Ronald memeluk erat Amethyst. Ditatapnya mata ungu yang indah milik Amethyst. Seakan terhipnotis akan kekosongan dari mata itu. Ronald mendekatkan wajahnya.

Amethyst sudah tidak mempunyai harapan hidup lagi. Bulir-bulir bening jatuh terus menerus di pelupuk matanya. Ibu jari Ronald menghapus setiap jejak bulir-bulir tersebut.

Amethyst mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibir mungilnya kearah bibir Ronald. Ronald tersentak. Karena mengetahui sisi liar Amethyst yang telah ia tunjukkan. Sisi liar yang hilang kendali saat merasakan kesakitan dan kekecewaan.

Ronalpun mengimbangi ciuman Amethyst yang terkesan menuntut dan panas. Ronald menggigit bibir bawah Amethyst. Amethyst melengguh. Karena ia baru merasakan kenikmatan yang membakar sisi liarnya. Amethyst kehausan. Haus akan dahaga yang ia inginkan. Entah dahaga apa, yang ia inginkan hanya satu. Terpuaskan.

Ronald menggendong Amethyst ala bridal. Lalu membaringkan tubuh ramping Amethyst tanpa melepaskan pautan ciuman mereka. Dengan perlahan Ronald membuka resleting yang berada di belakang gaun Amethyst. Seakan mengerti Amethyst membantu usaha Ronald dan memberi izin dan memeluk Ronald.

Ronald yang tidak menyia-nyikan kesempatan tersebut, dengan gerakan cepat Ronald langsung menanggalkan pakaian Amethyst. Terpampanglah tubuh putih mulus tanpa noda sedikitpun milik Amethyst. Amethyst yang menggunakan pakaian dalam berwarna merah nyala membuat mata Ronald menjadi lapar. Seakan menggoda untuk di nikmati inchi per inchi setiap tubuh Amethyst.

Tidak lama kemudian Amethyst dan Ronald pun sama-sama sudah tidak berbusana. Ronald tahu Amethyst sudah tidak sabar ingin mendaki kepuasan dan ingin menikmati dengan perlahan. Ronald dengan sabar menahan hasrat yang menggebu-ngebu untuk menerjang Amethyst secepatnya.

Ronald menciumi leher Amethyst dengan perlahan dan menunjukkan betapa sangat ia mencintai Amethyst. Amethyst hanya melengguh saat merasakan bibir Ronald menciumi lehernya tanpa ampun. Ronald menatap mata ungu Amethyst seakan mengatakan semua akan baik-baik saja. Saat melakukkan penyatuan, Amethyst membelalakkan matanya dan berteriak kencang. Tercium bau familiar di hidung Ronald. Darah. Ya, Jadi...

"My Lady, kamu... kamu masih perawan?" Tanya Ronald dengan kaget meskipun dalam hatinya ia sangat behagia menjadi yang pertama untuk orang yang ia cintai.

"Memangnya... kamu pikir aku perempuan macam apa?" Amethyst mengigit bibir bawahnya menahan sakit.

"Sssttt... tenanglah, ada aku." Ronald mencium lembut bibir Amethyst yang tampak bengkak akibat ciuman panas mereka.

"Aku tidak tahu harus bagaimana. Mungkin kamu tahu, karena kamu berpengalaman." Amethyst melingkarkan kedua tangannya di leher Ronald. Ronald hanya terkekeh geli.

"Aku baru tahu vampire diktator sepertimu bisa terkekeh dengan tampannya seperti itu."

"Kamu bilang aku tampan?"

"Lupakan. Jadi, mengapa kamu terkekeh tadi?" Tanya Amethyst penasaran.

"Ini adalah hal pertama yang aku lakukan."

"HAH? serius?" Amethyst mengaga tidak percaya. Melihat Amethyst memberikan ekspresi lucu seperti itu Ronald melumat lembut bibir Amethyst.

"Aku bukan tukang bohong My Lady."

"Senang jadi yang pertama untukmu." Amethyst tersenyum lalu memejamkan matanya menikmati penyatuan tubuh mereka.

"Yang pasti aku juga senang bisa menjadi yang pertama untukmu juga." Ronald menatap wajah cantik milik Amethyst yang sangat menggoda.

Seakan diiberi izin kembali, Ronald menggerakan badannya. Ia ingin membawa Amethyst merasakan kenikmatan. Ronald tahu Amethyst menginginkan ini. Keringat membanjiri dahi Amethyst dan itu membuatnya terlihat semakin sexy di mata Ronald.

Setelah mereka mencapai kepuasan bersama Ronald memeluk tubuh ramping Amethyst. Dan Ronald membalikkan badan Amethyst menjadi berhadapan dengannya.

"Tidurlah seperti ini. Aku menyukai posisi seperti ini." Pinta Ronald dengan lembut.

Amethyst yang sangat lelah hanya bisa mengangguk lemah. Tenaganya seakan habis. Perlahan Amethyst menutup matanya. Berharap mimpi indah akan datang kepadanya.

***

Foto disamping adalah foto Farel Osmond Tooqshue alias ayahnya Admika...

Awwww... ayah sama anak sama-sama bad boy yaaa >,< Hahahahaah....

/ngakak guling-guling/

Oke, gimme ypur comment and vote ^^

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang