Part 4 - The Story About Osric, Osmond, And Orlin Family 1.

2.3K 48 4
                                    

Part 4 - The Story About Osric, Osmond, And Orlin Family 1

11 tahun yang lalu.

"Kita akan menjadi saudara."  Suara barithon itu berteriak sangat lantang. Wajahnya yang terlihat seperti pemuda berumur tiga puluh dua tahun itu, tidak henti-hentinya tersenyum.

"Pasti. Tentunya sangat senang sekali kita memengankan pertarugan kali ini." Kekeh seorang lelaki yang tampak berusia tiga puluh satu tahun itu.

"Ya, Adikku Farel Osmond Tooqshue."

"Kau ini bukan Kakakku Marligo Osric Maynard!" Terdengar nada skeptis yang di lontarkan oleh laki-laki yang bernama Farel Osmond Tooqshue itu.

"Ya, ampun. Kau tetap acuh seperti dulu ya." Kekeh laki-laki yang bernama Marligo Osric Maynard sambil menatap penuh kagum akan sifat saudaranya itu yang tetap pada pendiriannya. Selalu skeptis, sinis dan menyebalkan.

"Cih, Marligo sadarlah umurmu sudah 3673 tahun. Jangan berperilakuan seperti anak kecil." Rutuk Farel sambil meminum cairan yang berada di depannya.

"Dan kau sudah 3510 tahun." Kikiknya sambil minum.

"Kau tidak waras Marligo." Ejek Farel sambil menatap datar wajah Marligo.

Marligo hanya mengerling jahil, ia meneguk minuman yang ada di gelasnya dengan sekali tegukan lalu mengusap sisa cairan merah yang ada di sekitar bibir bawahnya.

"Wah, aku jadi semakin menyayangimu Adikku."  Marligo hanya mengulum senyum simpulnya.

"Hentikan rayuan setanmu itu. Tidak akan pernah mempan terhadapku."

"Oh ya?"

"Pasti."

"Cih, kau ini mengapa sifatmu itu sama persis dengan sifat anakku sih ? Jadinyakan aku selalu ingin menggodamu." Marligo terlihat seperti anak kecil yang direbut permennya itu membuat Farel jengah.

"Menjijikan sekali tingkah lakumu Marligo."  Farelpun hanya memandang datar saat terdengar gelak tawa yang membuncah yang terdengar dari Marligo.

Namun, tanpa mereka sadari mereka telah memakan umpan dari seseorang yang mengamati mereka dari jauh. Ia hanya menyeringai puas akan mangsanya yang memakan umpannya.

"Satu langkah lagi menuju kehancuran persaudaraan kalian." Gelak tawanyapun menggelegar tajam menakutkan. Siapapun yang mendengarnya akan langsung lari ketakutan.

 Dia adalah Robert Orlin Austicila. Seorang manusia yang terobsesi menjadi 'makhluk abadi'. Obsesinya menghalalkan segala cara. Termasuk mengirimkan nyawa pasukannya dengan rela dibunuh oleh kedua keluarga Vampire yang sangat di Agungkan dan di takuti oleh seantreo kaum Vampire yang lainnya di Ressold.

Robertpun bangkit dari ruangannya dengan  perlahan, menikmati satu langkah kemanangan pertamanya. Lalu berjalan santai ke arah gedung pelatihan. Ia ingin bertemu dengan sosok yang sangat ia rindukan selalu, cucunya yang bernama Amethyst

Robertpun mencari cucunya itu di berbagai pelosok gedung pelatihan ini. Habis sudah kesabaran Robert untuk bertemu dengannya, padahal ia akan melaksanakan langkah selanjutnya untuk menghancurkan Osric dan Osmond. Akhirnya Robert bergegas menuju ke ruang latihan memanah. Terlihat sebuah pintu  dari kayu nampak sangat kokoh dengan warna cokelat gelap, daun pintunya di ukir  seperti dua buah panah dan busur yang saling menghadap. Membuat keindahan dan nilai heseniannya semakin bertambah.

Dengan tangan kiri yang membuka pintu, Robert berjalan sambil mengedarkan pandangannya. Saat sosok gadis mungil yang terlihat dingin sambil menarik busur sambil mata terpejam. Rambut hitamnya yang cantik tergerai dimainkan oleh angin yang berada disekitarnya. Siapa saja akan mengagumi kecantikan gadis ini, bahkan sang angin.

Srattt.

Sebuah busur tertancap tepat di titik paling tengah diiringi dengan mata juri yang melotot takjub dan tidak percaya.

Gadis yang masih menutup matanya pun kembali mengambil salah satu busurnya dengan tangan kirinya. Ia merentangkan lagi busur yang berada di atas panahnya lalu melepaskannya lagi.

Srattt.

Busur kedua telah tertancap.

"Astaga!"

"Ya tuhan!"

"Hebat!"

Pekikak demi pekikan dari siswa, pelatih, dan warga pun memenuhi ruangan itu. Namun, gadis itu tetap menutup matanya. Seakan menikmati angin yang makin berhembus kencang ke arahnya. Robert yang melihat kemampuan gadis itu berdecak kagum tanpa ia sadari. Bibirnya melekung keatas, tersenyum bangga.

Dengan langkah berat, ia mendekati gadis itu dengan perasaan rindu ingin memeluknya. Namun, langkahnya terhenti karena suatu panggilan yang ia kenal. Robert membalikan badannya dan menatap kesal ke arah sang pemanggil.

"Tuan." Seorang lelaki tuan yang tegap dan gagah sambil menghampiri.

"Jacob. Ada apa?" Tanya Robert sambil menautkan alis sebelah kirinya.

"Kita kalah telak." Jacob berkata lemas diiringi dengan raut wajahnya yang sedih.

Robert hanya terdiam. Lalu meninggalkan ruangan itu pertanda Jacob harus mengikuti langkahnya, mengabaikan semua manusia yang sedang menatap ke arah mereka dengan tanda tanya besar di kepala masing-masing. Mengapa ketua datang dan pergi begitu saja? begitulah pikiran mereka.

"Kau tahu kan? Aku tidak suka kekalahan." Robert memecahkan keheningan antara mereka berdua saat telah sampai di ruangan pribadinya sambil duduk.

"Hamba sangat tahu."

"Dan bagaimana bisa kalian kalah dengan jumlah besar seperti itu!" Bentak Robert.

"Hamba akan menceritakannya Tuan."

***

Foto disamping adalah foto Robert Orlin Austicila alias kakeknya Amethyst.

Udah tua juga masih ganteng ya *Q* heheh

gimme your comment and vote >,<

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang