Ali
Gue khawatir, sampe jam 9 malem gini Prilly belum pulang. Diluar hujan gede banget lagi. Gue coba sms Raka.
Ka... Prilly sama Lo kan?
Aduh Li, Sorry gue lupa gak ngasih tahu Prilly lo pulang duluan tadi, gue lagi OTW Makassar.
Gue semakin khawatir, ini semua salah gue.
Suara ketukan pintu membuat gue buru buru bukain pintu. Prilly basah kuyup, gue pura pura gak peduli. Gue gak bisa liat dia, gue rindu lo Prill.
Gue lihat Prilly berjalan gontai memasuki kamarnya. Rasanya gue pengen peluk dia menyalurkan kehangatan untuknya. Gue terlalu berharap lo balas cinta gue, gue akuin gue egois.
Sebelum kekamar gue ngedenger suara kegaduhan di kamar Prilly, mungkin dia lagi mandi atau apalah. Lagi pula gue ngantuk.
Rasa khawatir menyerang gue, perasaan tak enak akan terjadi apa apa sama Prilly buat gue gak tenang. Gue berniat kekamarnya melihat keadaannya.
Ceklek
Gue memutar knop pintu Prilly pelan. Gue mengedarkan ke setiap sudut kamar Prilly, kosong. Kemana Prilly?
Suara air terdengar. Mana mungkin Prilly mandi berjam jam. Gue membuka kamar mandi Prilly. Dia terkapar, gue segera mematikan showernya. Menggendong Prilly, gue bawa dia kesoffa. Wajahnya pucat, suhu badannya tinggi.
Gue mencoba menepuk nepuk pipinya. Dia masih tak sadarkan diri. Gue mencoba mengambil kayu putih yang ada di nakas.
Membalurkannya di bagian bawah hidung. Gue gak ngerti apa yang terjadi dengan Prilly.
"A...li..."
"Prill, lo udah siuman?"
Dia tersenyum lemah, terlihat matanya lelah. "Lo ganti baju dulu, gue bawain makanan buat lo dulu!"
Gue bantuin dia duduk. Gue segera membawa makanan yang dipesan tadi siang dan segelas susu putih hangat.
Sesampai dikamar Prilly, gue lihat dia seperti tak enak tidur.
"Makan dulu."
Dia cuman liatin gue, terlihat sorot kesedihan. "Nih makan, kalo lo sampe sakit. Ngeropotin gue tahu."
"Maaf ngeropotin." Lirih dia, apa gue salah ngomong? Sebenarnya gue gak tega liat dia sakit kayak gini. Dia ngambil alih piring, dia memakannya tanpa napsu, matanya mengeluarkan air. Kenapa dia nangis?
Gue mengambil alih piringnya, menghapus air matanya. Begitu lembut pipinya. Gue CINTA lo Prill. CINTA.
Gue menyuapinya, dia tak menangis lagi. Senyuman dari bibir yang terlihat pucat melengkung indah, masih terlihat cantik. Gue membalas senyumannya. Setelah habis makanannya, gue kasih segelas susu untuknya.
"Gue takut gendut." Ucapnya yang bikin gue terkekeah. "Biarin, biar tambah lucu. Pipinya tambah chubby." Ucap gue, dia mengerucutkan bibirnya dan memandang segelas susu itu bingung.
"Udah minum aja. Gak bakalan gendut. Baru kali ini kan?" Ucap gue lembut. Dia meminum susunya sampai habis. Dasar.
"Yaudah tidur. Udah malem, gue juga mau tidur."
"Kalo lagi sakit gini, biasanya bunda nemenin."
Gue mengeryitkan dahi. Terus gue harus bawa bundanya kesini gitu?
"Trus, gue harus bawa bunda buat nemenin lo tidur gitu?"
Dia menggeleng. "Lo temenin gue yah." Gue terdiam, kasian juga lagi sakit tidur sendiri. Gue ngangguk dan berpindah kesampingnya, setelah ia terbaring gue ikut terbaring. Dia meluk gue dan gue balas memeluknya. Gue kangen lo Prill.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah KITA
FanfictionGue gak pernah ngenal Pacaran. Langsung kawin, mainstreem hidup gue. Karena konfliknya PERJODOHAN. ~Ali Defandra Wijaya~ Cinta pernah, pacaran belum pernah. GENGSI buat deketin dulunya. Lulus kuliah langsung di JODOHIN. Gak berpengalaman banget hidu...