Delapan Belas

1.4K 56 5
                                    

Happy Reading guys, aku lagi kangen cerita ini jadi lanjutin.

***
Author POV

Bibir itu saling menempel, suasana romantis dikala musim salju mendominasinya. Atmosfer seolah-olah berubah seketika. Sayang sekali si wanita tidak bisa melihat si laki-lakinya. Mungkin terlalu bahaya jika wanita itu mengetahui siapa yang menciumnya.

"Romantis banget," ucap Prilly sambil mengamati layar laptopnya, yah dia sedang menonton drama korea.

"Aku bisa lebih romantis dari itu, lagian mereka bukan muhrim cium-cium gitu. Mending kita yang udah muhrim, mau lakuin apa aja bebas," ucap Ali yang masih fokus dengan ponselnya.

"Romantis apaan, kamu main ponsel mulu," ucap Prilly.

"Oh kode nih," ucap Ali, dia menyimpan ponselnya lalu melihat Prilly dengan tatapan nakalnya.

"Ma...maksud aku, itu apa, kamu romantis kok," ucap Prilly gelagapan.

"Aku kangen sih sama kamu, tapi liat kamu kesakitan kayak waktu itu, aku kasian liatnya," ucap Ali.

Wajah Prilly sudah memerah, ia sangat menghindari obrolan seperti ini.

"Mending kita tidur yuk, udah malem," ucap Prilly, dia mematikan laptopnya.

Ali mengangguk, dia baru saja mendapat pesan dari seseorang. Yang tidak diketahui Prilly.

Prilly pun menaikan selimutnya untuk menutupi tubuhnya. Karena Ali lebih suka suhu dingin kamar, dan Prilly tidak masalah karena ia bisa menggunakan selimut.

Ali memeluk Prilly dari belakang, "kamu sayang gak sama aku?" tanya Ali.

"Kok nanya gitu?" Prilly belum membalikan tubuhnya, ia masih dalam posisinya.

"Kamu jawab aja," ucap Ali.

"Kamu harusnya udah tahu dong jawabannya," ucap Prilly.

"Kalo misalkan aku menikah lagi, apa respon kamu?" suara Ali berubah serius. Mambuat Prilly takut, diapun membalikkan badannya menghadap Ali.

"Apa ada wanita lain?" tanya Prilly.

"Kamu jawab dulu, apa respon kamu jika aku menikah lagi?"

Mereka saling menatap di dalam kondisi kamar gelap dan hanya cahaya remang dari lampu tidur.

"Aku tahu aku gak bisa kayak cewek lain yang bisa layanin kamu dengan baik, aku juga sedang berusaha," ada sebuah penyesalan dan kecewa dari ucapan Prilly. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca. Namun tak terlihat dengan jelas.

"Kamu kok bilang kayak gitu?" tanya Ali.

"Aku baca dan aku lihat mengenai pernikahan. Dan salah satu penyebab cowok menikah lagi karena ceweknya  gak bisa layanin suami," jawab Prilly.

"Kamu akan marah kalo misalkan aku menikah diam-diam?"

"Mungkin aku sadar kalo aku gak bisa ngapa-ngapain. Tapi aku gak mau dimadu, jadi lebih baik gak bersama meskipun akunya cinta."

Ali tersenyum dan menyisir rambut Prilly yang menghalangi wajahnya.

"Kok basah? Kamu nangis?" tanya Ali, sedikit panik. Ia tak sadar kalau Prilly berpikir yang tidak-tidak.

"Kamu mau nikah lagi?" tanya Prilly.

Ali menggeleng, "temen aku nanya dan istrinya marah besar ketika ditanya seperti ini, eh kamu malah nangis."

"Jadi kamu enggak akan nikah lagi kan?"

"Tergantung," ucap Prilly.

"Tergantung apa?" Prilly sedikit menaikkan suaranya.

"Tergantung takdirnya aja. Tapi kalo aku sendiri gak ada niat, kamu aja enggak habis-habis," ucap Ali.

Prilly mengalungkan tangannya ke leher Ali.

"Serius?"

Ali mengangguk. Prilly menarik tengkuk Ali, ia mencium bibir Ali.

"Jangan mancing-mancing nanti aku gak kontrol nih..."

"Gak papa, kan kamu bilang kita mah muhrim," ucap Prilly.

"Aku gak maksa kamu," ucap Ali khawatir takutnya Prilly terpaksa.

Prilly bangun dari posisi tidurnya, ia duduk menghadap Ali.

Ali pun ikut duduk. Menanti apa yang akan diucapkan Prilly.

"Aku mau punya baby, kita udah nikah. Bahkan temen-temen aku, mereka udah punya baby, aku juga mau."

Ali tersenyum manis, mendengar ucapan Prilly.

***

Kisah KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang