Sepuluh

6.5K 359 3
                                    

Prilly

Pelukan yang memberi kehangatan semalaman, ternyata Ali masih nemenin gue tidur. Gue beranjak, mengangkat tangan Ali yang memeluk gue dengan hati hati tanpa berniat membangunkannya.

Sekarang agak baikan tinggal lemesnya doang. Gue rasa gue tersiksa karena sikap gue juga. Mungkin gue harus bersikap sebiasanya kayak dulu.

Gue bertekad mempertahankan rumah tangga gue, meskipun gue yang harus mempertahankannya. Kalau emang Ali jodoh gue, gue dan dia bakalan selamanya bersama.

Gue segera nyiapin sarapan buat dia. Dan gue putusin gue gak bakalan kerja lagi.

Gue liat Ali berjalan ke meja makan, dia enggak menggunakan seragam kantornya, cuman pake kaos putih dan celana selutut? Dia gak kerja?

Hanya keheningan, gue enggan memulai pembicaraan. Rasanya canggung. Dia bersikap dingin terus. Gue benci situasi kayak gini. Mana Ali yang dulu suka ngegoda gue, marah marah gak jelas!

"Lo gak nanya kenapa gue gak kerja?"

"Kenapa Lo gak kerja?"

"Em... pengen mesra mesraan sama lo!"

Ali kembali? Dia tersenyum sama ngegoda gue, ini gak mimpikan? Oh tuhan. Baru aja gue nanyain Ali yang dulu.

"Apaan sih, oh ya gue gak kerja lagi yah! Dirumah aja, dikantor serasa kebakar gue." Sindir gue, sebisa mungkin gue sama dia kayak dulu lagi. Berusaha.

"Bagus, biar gue bisa bebas."

Tuk...

"Gue gak mau jadi istri tiri!" Ucap gue.

"Durhaka lo sama suami! Gue laporin lo KDRT, mau lo?"

"Jangan bang, hayati lelah... wle..."

Gue lega, sekarang kita udah baikan. Setelah sarapan selesei gue beresin makanannya. Dan Ali berlalu entah kemana.

Setelah mencuci piring selesai, gue duduk di sofa nyalain tv dan makan semangkok ice cream rasa strawberry.

"Ssst... hey, bagi dong neng!"

Gue mengerutkan dahi, "nih...!" Ucap gue sambil ngasih ice creamnya.

"Aaaaa... "

"Gak mau? Yaudah..."

"Suapin kali Prill!" Gue nyuapin dia, "enak banget yah disuapin kayak gini!"

"Li..."

"Hem..."

"Lo inget gak, masa masa waktu SD ?"

Gue menggigit bibir bawah gue, bingung harus di mulai dari mana. "Em, inget lah! Kenapa emang?"

Gue menghela napas, gimana ngomongnya yah? Gue memberikan ice cream itu ke Ali. Dan berlalu, gue gugup buat ngomongnya.

Gue melihat bayangan gue di air, gue mencelupkan kaki ke kolam hanya sebatas betis.

Byur....

Cipratan air mengenai gue, sedikit membasahi baju gue.

"Lo kenapa sih?"

Ali kini berada di depan gue. Posisnya gue duduk di pinggir kolam dan Ali berada di kolam menghadap gue. "Gue alumni SD bangsa, musuh bebuyutan SD Pancasila."

"Waw, serius lo?"

"Dulu lo pernah taruhan sama temen lo, buat cium cewek kan?"
Dia mengerutkan dahinya, mungkin sedang berpikir.

"Ah iyah, ko lo tahu? Cewek chubby yang ngegemesin itu. Lo temen dia?"

Gue geleng kepala. "Trus apa masalahnya sih? Atau lo dari dulu suka sama gue, cemburu liat gue cium tuh cewek, iya kan?"

"Cewek yang lo cium itu gue." Dengan keberanian gue, gue ngomong kedia. "Se...serius lo?"
Gue ngangguk, "dan waktu terakhir ketemu itu gue ngajak lo ketaman terus bilang gue suka tapi setelah itu gue nampar lo sampe idung lo berdarah, sorry yah!"

Ali menatap tajam gue, dan...

Byur...

Gue ditarik dia masuk kekolam, sumpah nih anak. Gue pegangan kedia. Ini kolam dalem banget.

"Li ini dalem, gue gak bisa berenang."

"Ini hukuman lo karena lo waktu itu nampar gue didepan temen temen lo itu!"

Gila ni anak, posisi gue saat ini pegangan keleher dia, gue tahu dia modus. Tapi apa yang bisa gue lakuin? Gue sama dia berada ditengah kolam ini. Gue takut si Ali nenggelemin gue. Huaaaa

Kisah KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang