LimaBelas

6.1K 251 7
                                    

"Kalian pikirin baik baik dulu, jangan kebawa emosi."

Mama Ali menasehati, hanya mama Ali yang tahu karena sebisa mungkin jangan sampai bocor kepada orang tua Prilly. "Prilly yang mau mah."

"Iyalah, wanita mana yang enggak sakit hati suaminya dengan wanita lain. Inget Li mamah juga wanita!"

"Mamah kasih waktu buat kalian berpikir kembali! Kalau emang Ali gak berubah, Prilly gugat saja."

Prilly mengangguk, rasanya sesak napas pun terasa berat.

Mama Ali pulang, kini hanya tinggal Ali dan Prilly keduanya bungkam tak ada yang memulai bicara. Hening.

Prilly berlalu memasuki kamarnya. Sampai di kamar, ia bernapas tak beraturan matanya sedikit sembab. Hatinya masih terasa ngilu.

"Oke Prill, sekarang Lo jalanin hidup Lo! Lo harus bisa ngelakuin apapun tanpa Ali!" Ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

Ali menatap photo pernikahannya dengan Prilly, ia teringat hari hari lalu tentang hubungannya dengan Prilly yang membaik. Erin. Wanita yang sudah menyita perhatiannya, ia merasa begitu peduli dengan wanita itu, menyukainya ? Tidak, hatinya menolak itu. Mungkin rasa kasihan sebenarnya.

Erin. Di kepalanya berputar nama itu, ia akan menemuinya. Disambarnya kunci mobil dan dengan segera menemui Erin.

***

"Ali... makasih udah nemenin aku control."

Ali mengangguk.
"Em, Li. Hubungan kamu sama Prilly gimana?"

"Gimana apanya?"

"Ah.... gak jadi deh!"

Erin terlihat gelisah, Ali melihat dengan ekor matanya.

"Kenapa?"

"Aku... em aku suka sama kamu!"

CIIIT...

Suara decitan ban karena ngerem mendadak.
"Lo suka Gue?" Ali mengernyit.
"Iyah... Gue tahu lo juga suka kan?"

Ali tersenyum manis pada Erin. Erin membalas senyuman itu.

"Lo salah paham Rin, selama ini gue cuman mau bantu Lo bangkit gak lebih. Sorry kalo udah buat Lo baper, Gue punya Istri mana mungkin suka wanita lain ? Sorry juga Lo bukan tipe gue."

Erin menganga tak percaya, ia mengedipkan matanya beberapa kali, mendengar ucapan Ali.

"Gue beda jauh kali sama Prilly! Kalo ngomong level dia di bawah gue!"

Ali membuang napas kasar, telinga, hati, otaknya tak menerima ucapan Erin yang merendahkan Prilly.

"Kelakuan plua hati lo beda jauh sama Prilly, gue udah tahu semuanya Lo ngebodohin Gue, soal penyakit Lo itu, sebenernya bohong. Jangan pikir gue bodo banget ya Rin. Dokter Evan, dia sodara gue. Oh ya Lo bisa turun disini, gue mau pulang dan jangan ganggu gue lagi!"

Wajah Erin merah padam, antara marah dan malu, ia segera keluar dari mobil Ali.

Saat membuka pintu mobil Ali berucap lagi, "ngomongin level yah Lo berada di bawah Prilly apalagi liat wajah kayak langit sama bumi."

BRUK

Erin membanting pintu mobil Ali. Tak masalah bagi Ali, ia bisa membeli mobil baru lagi kalau rusak. Ia tersadar, dan kali ini iya akan memperjuangkan Prilly, meskipun ia belum yakin mencintai Prilly. Antara mengubah rasa suka menjadi cinta atau rasa cinta lebih dari cinta. Itu project Ali dalam rumah tangganya, dan satu lagi membuat Prilly jatuh cinta padanya tanpa sakit namun dengan bahagia.

Kisah KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang