EnamBelas

8.3K 313 27
                                    

Ali

Oke, sekarang gue mau bahagian Prilly, gak bakalan nyakitin dia lagi. Gue bakal bikin dia jatuh cinta sama gue.

Tok...Tok...Tok

Gue ngetuk pintu kamar Prilly.
"Prill... keluar dong gue mau ngomong sama Lo."

Gue ketuk lagi pintunya. Dan gue lihat Prilly, kayaknya udah nangis deh, mata nya sembab dan hidungnya merah.

"Apa ?" Ketusnya, "nih.." gue menyodorkan sebucket bunga buat dia. Dia ambil bunganya, oke gue senyum kedia. Tapi...
Dia buang bunganya ke tong sampah yang berada di luar kamar pinggir pintu.

"Kok dibuang ?"

"Terserah gue dong. Lagian gue gak butuh kayak gituan!"

Blam

Pintu kamar di tutup dengan bantingannya. Sabar Li...

Gak kerasa udah malem. Dan kini gue cuman ngeliatin Prilly makan. Sebenernya gue laper, tapi kalo minta sama Prilly kayaknya gak bakalan di kasih.

Kruyuk...

Kruyuk...

Gue pegang perut gue. Dan gue lihat ke arah Prilly.

"Yang... minta dong!" Gue beraniin diri buat ngomong.

"Lo mau?" Gue ngangguk. "Gue kirain udah diluar, biasanya kan..." gue langsung cium bibirnya, gue tahu dia ngomong arahnya kemana. Dan gue langsung ambil makanan dia dan memakannya.

"Lo apa apaan sih? Nyium sembarangan!"

"Kita udah muhrim ini Yang, gak bakalan dosa!" Dengan santainya gue sambil nyuap ke mulut.

"Yang yang... pala lo peang!"

"Pengennya di panggil apa? Mama? Bunda? Ibu? Beb? Mau apa? Ngomong aja gak usah sungkan!"

"Apaan sih? Gak jelas banget!" Oceh dia sambil berlalu pergi.

***

Prilly

Oh My God... Gue cewek normal kali. Udara mana udara? Ali gimana gue mau marah sama Lo, kalo Lo berubah jadi kayak gitu. Bibir gue OMG.

Tapi gue mau kasih pelajaran sama dia. Gue gak boleh baper duluan. Nanti jatuhnya sakit lagi.

"Yang... buka dong! Mau tidur ngantuk nih!"

Gue denger suara dia dari luar sambil ngetuk ngetuk pintu.

"Apaan sih, manggil manggil gue Yang?"

"Biarin, terserah gue!"

Ali udah berbaring di ranjang.
"Sini Yang... bobo! Udah malem!"

Deg...Deg...Deg...
Gak tahu apa kalo di panggil 'yang' ada aura aneh. Merinding, jantung berdetak gak normal dan apalagi hati.

Gue berjalan kearah ranjang. "Awas gak boleh ngelewatin batas ini!" Ucap gue sambil ngebenahin guling di simpen di tengah tengah antara gue dan Ali.

***

Author

Ketika adzan berkumandang, Ali mengguliat. Ia mengucek matanya. Masih terlihat samar, di pinggangnya melingkar indah tangan Prilly, kepala Prilly meringkuk di ketiak Ali.

Ali tersenyum, "yang ngebatasin siapa yang ngelanggar siapa!" Gumam Ali. "Yang, subuh sholat yuk!"

"Emmmhhhh," Prilly mengguliat ia semakin menyusupkan kepalanya ke ketiak Ali.

Prilly perlahan membuka matanya.

"What?" Teriaknya, Ali langsung menutup kupingnya.

"Jangan teriak teriak Yang malu sama tetangga!"

"Apa apan si Lo? Meluk meluk gue ? Nyari kesempatan dalam kesempitan!"

"Gak salah ngomong yang? Semalem nyimpen gulingnya dimana ? Lahan tidur aku segini loh!"

Prilly bungkam, ia menyadari bahwa dirinya lah yang menggeser ketempat Ali. "Gue.. lagi gak sholat! Lo sholat aja gue mau nyiapin sarapan!"

"Oh pantes, sensian!"

"Eh emang lo mau sarapan di rumah?"

"Mau gue cium lagi yah?"

"Kok jadi cium?"

"Jangan bahas bahas masalah itu yang. Yah gue minta maaf yang, belum jadi imam yang baik. Tapi akan usaha kok!"

Prilly menghela napas dan berlalu memasuki kamar mandi.

***

Kisah KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang