Tujuh Belas

2.3K 78 5
                                    

Gue Prilly, gue manusia. Gue juga bisa kecewa, bahkan sakit hati. Apa salah gue belum bisa maafin Ali?

Gue emang kangen Ali, kangen banget. Ada beberapa hal yang kita gak sadarin. Bahkan gue baru sadar sekarang-sekarang.

Zaman SMP. Zaman di mana Cinta Monyet meraja lela saat itu. Gue dengan cinta pertama saat SD.

Gue ini orangnya mudah lupa dengan kejadian beberapa tahun lalu, kecuali ada fhoto ataupun barang yang bisa ngingetin gue.

Saat ini gue sedang menatap fhoto zaman SMP, Cinta Pertama gue.

***
Matahari yang sedang panas-panasnya timbul di saat jam olahraga itu sangat-sangat menyebalkan. Namun senengnya ketika guru nya gak ada, jadi bisa di kelas buat ngadem.

"Prill, ada pertandingan futsal nanti pulang sekolah. Ikut Gak Lo?"

"Yang main emang siapa? Cowok Lo?"

"Iya... Mewakili kelas kita. Sekolah cowok yang pernah lo injek kakinya itu loh!"

"Ada dia? Enggak ah, malu gue sama dia."

"Yaelah, dijadiin gebetan Prill, cowok cakep kayak gitu. Lo jomblo mulu perasaan."

Gue dengan kebiasaan gue, memutar bola mata dan akhirnya setuju ikut.

Singkat cerita, gue sampai di tempat futsal, duduk di kursi penonton. Bersama sahabat gue, namanya Resa.

Sorak para cewek-cewek bersahutan mengumandangkan nama Defandra. Iya cowok yang gue injek itu. Gue gak tahu kenapa saat dia berhasil ngegolin, dia natap gue sambil senyum.

Meleleh gak tuh? Sangat meleleh. Gue cuman nunduk senyum mesem-mesem saat itu. Cowok yang di kagumi banyak cewek itu, memperhatikan ke gue aja saat main. Special dong gue?

Sampai permainan selesai gue ikut Resa beli minuman juga, gue di suruh dia bawa minuman. Entah buat apa waktu itu padahal gue bawa minum di tas.

Gue kelapangan ngikut Resa buat ngasih minum ke cowoknya namanya Adnan. Dan Resa malah ngedorong gue, dia bilang kasih minumannya ke Defandra. Iyah untuk Defandra, semenjak itu Defandra minta nomer handphone gue.

Bodohnya gue, gue nunggu-nunggu dia buat chat gue, akhirnya gue kecewa sendiri. Dia gak hubungin gue sama sekali.

Besoknya disekolah gue di kasih tahu Resa kalau Defandra suka sama gue.

"Prill, Defandra suka sama Lo! Dia ngomong sama Adnan buat bisa deket sama Lo."

"Ngarang Lo!"

"Serius!"

Ternyata bener, saat ada pertandingan futsal kembali gue ikut Resa lagi. Dan ada Defandra kembali. Lo tahu? Gue di tembak di tengah lapangan di saksikan sama seluruh penonton dan pemain.

Gue malu setengah mati, saat itu nama gue di panggil Zaskya, karena memang nama terkenal gue Zaskya. Yang panggil gue Prilly cuma Resa.

Gue turun kebawah dengan gemeteran menghampiri Defandra. Saat itu Defandra ngasih gue kalung dengan inisial nama 'DZ' kalung itu masih ada, bahkan saat ini gue genggam.

Gue pun terima. Dan hari itu resmi kita berpacaran.

Seminggu kemudian gue nangis senangis nangisnya. Gue gak pernah lagi datang ke tempat futsal biadab itu. Untuk pertama kalinya gue bahagia dan kecewa di tempat itu.

Gue bermusuhan dengan Resa bahkan gue pindah bangku. Gue ngehindar dari dia, waktu itu gue pernah ngatain dia temen bangsat.

Kalian pikir aja, mana ada dia gak tahu kalau gue di jadiin taruhan. Dan gue gak tahu kenapa Defandra ngelakuin itu ke gue, sampai saat ini gue yang udah jadi istrinya Ali pun gue gak tahu alasannya.

Gue pernah bilang ke Ali waktu dia cium gue, itu first kiss gue. Nyatanya bukan, saat kelas satu SMA dulu gue ketemu lagi Defandra saat pulang sekolah.

Kejadiannya begini.

Waktu itu gue lagi nunggu Bunda jemput dan ada yang duduk di halte, bapak-bapak dengan wajah serem dan terus ngedeket ke gue. Otomatis gue kabur dari sana, sampai-sampai gue masuk gang yang gak tahu kemana arahnya, gue berusaha ngehindar dari bapak-bapak itu dengan rasa takutnya.

Sampai di gang gue ketemu Defandra. Gue ditariknya dan di ajak bersembunyi di balik tembok.

"Lo kenapa?"

"Ada yang ngikutin gue Def, bapak-bapak. Gue...gue takut."

"Lo aman sama gue."

Gue natap mata hitam legamnya, wajahnya terus mendekat ke arah gue dan...

"Dan Gue cium Lo waktu itu sampe-sampe lo nutup mata, nikmatin ciuman itu."

Wait...

Gue membalikan badan dan natap Ali, dan menutup laptop yang gue pake nulis.

"Masih nyimpen kalung nya Yang?"

"Lo cowok brengsek yang pernah gue kenal."

"Dan cowok brengsek itu jadi suami Lo!"

Yah Defandra itu Ali. Ali Defandra Wijaya dan Zaskya itu Gue. Prilly Zaskya Latuconsina.

"Kenapa Lo jadiin gue taruhan?"

"Karena Lo pernah nampar gue sampe berdarah di depan teman-teman gue saat SD. Kita ini memang jodoh Prill."

Gue meninggalkan Ali yang sedang berdiri di dekat meja tadi, gue duduk di kasur sambil ngeliatin liontin itu.

"Itu asli Prill."

"Tapi sayang, cinta Lo gak asli Li."

"Asli, dari dulu gue suka sama Lo. Yah Lo nya aja yang kayak gitu sama gue."

"Tapi Lo nya malu-maluin gue di depan umum. Mutusin nya kayak gitu."

"Yaudah lah itukan masa lalu. Yang harus kita pikirin sekarang bagaimana caranya kita punya anak sampe bisa buat club sepak bola."

"Gila kamu! Enggak dua anak aja udah cukup."

"Okelah berapa-berapa juga gak papa. Tapi percuma yang, mau punya anak berapapun kalo gak dibikin gak bakal ada tuh anak."

"Gue...gue." Iyah gue gugup, apalagi saat dia mendekatkan wajahnya seperti dulu yang dia mau cium gue.

Pada akhirnya begitulah kita.

Gue mau ngasih tahu, kenapa gue sampe-sampe gak ngenalin Ali dulu. Ali dulu rambutnya sedikit gondrong gak serapih ini, badannya juga gak setinggi ini dulu. Badan kurus nya beda dengan sekarang badan berisi dengan perut kotak-kotak dan dada bidang.

Kisah KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang