#9

38 10 0
                                    

Aska telat jemput gue sekolah, tadinya sii gue mau jalan duluan tapi kan gue setia kawan. Apa sih bahasa gue. Pas banget Aska parkirin motornya, ternyata gerbang sekolah udah ditutup sama Pak satpam.

Untung aja gue liat temen sekelas gue."Fi! Fifi! Tolongin gue sama Aska dong! Please bukain gerbangnya, please please please!" Tolong gue yg sedikit memohon.

"Tapi nanti kalo ketauan sama Miss Lifa gimana? Dia sekarang lagi keliling sekolah jam segini Rash, Ka! Gue ngeri." Jawab Fifi dengan wajah agak ragu.

"Sepi kok Fi! Tolongin kita lahh ayooo! Temen kan lo?!" Celetuk Aska.

"Iyaa deh iyaa." Dengan segera Fifi mengambil kunci gerbang di dalam pos satpam dan memberikanya pada gue. Dia pun langsung kabur masuk kelas.

"Horeeee! Akhirnya kita bisa masuk juga, huh.." Gue dengan greget mencubit lengan Aska.

"Sakit ihh! Jangan berisik bisa kan? Nanti kalo ketauan miss Lifa gimana?!" Aska membekap mulut gue dengan salah satu tangannya.

Baru beberapa langkah kami berjalan, tanpa kita sadari Miss Lifa ada dibelakang gue dan Aska. Dia juga mendengar semua percakapan kami dari awal.

Dengan kagetnya, Miss Lifa menjewer kedua telinga kami "Hemm bagus yaa! Berani beraninya nyelinap masuk?! "

"Ampun Miss ampun! Sakit Miss!" Jerit gue kesakitan.

" Ya ampun Miss sakit miss! My god!" Sambar Aska dengan kencang.

Tanpa basa basi lagi, Miss lifa melempar tas mereka berdua ke ujung lapangan dan menyuruh kami hormat mengahadap tiang bendera sampai bel istirahat pertama berbunyi. Mana bel itu bunyinya jam 10. Belum sempat selesai hukumannya, Arrash merasakan pusing, penglihatannya berbayang, keringat dingin, badannya mulai lemas.

"Aduh gue kenapa? Pusing banget?! Kok lo ada dua si Ka??" Tanya gue menghadap Aska sambil memegang kepala dengan kencang.

"Lo kenapa?? Muka lo pucet banget sumpah! Mau istirahat dulu?? Please jangan pingsan Rash!" Aska sudah melihat perubahan dalam diri Arrash dari tadi,dia sudah meletakkan tangannya di belakang tubuh Arrash yang sebentar lagi mungkin akan pingsan.

Sebelum tubuh Arrash mengenai lantai lapangan, Aska sudah terlebih dahulu menangkap Arrash dengan sigap. Tanpa pikir panjang lagi Aska langsung mengangkat tubuh Arrash dengan kuat dan langsung berlari melewati panjangnya koridor untuk membawa Arrash ke uks.

Dengan perlahan Aska membaringkan Arrash diatas ranjang uks. Dia segera mencari minyak aromateraphy di dalam kotak p3k, dia mengoleskan minyak itu di tengah tulang hidung dan tidak lupa memijat pelipis Arrash dengan perlahan dan sabar.

Aska meilhat wajah Arrash yang masih belum terbangun dari pingsannya "Lo cantik banget kalo lagi tidur Rash! Sumpah lo cantik. Gue emang ga salah bisa suka sama lo! Sebesar apapun kekurangan lo, ga bakal terlihat di mata gue kok Rash! Youre my angel." Dengan matanya yang sayu, dia mengelus lembut rambut gue.

Beberapa menit setelah Aska mengatakan hal itu, gue mengedipkan mata gue beberapa kali secara perlahan." Kok gue ada disini? Bukannya--"

"Lo tadi pingsan tadi, muka lo pucet banget, jadi gue bawa lo kesini."

Gue sedikit duduk dihalangi bantal" Gue nyusain lo yaa?? Sorry, Ka!"

"Ngomong apa si lo?! Lo itu sahabat gue. Jadi gue bakal jagain lo sampai kapanpun." Jawabnya dengan pasti yang sesekali menghela nafas.

"Hehe, dramatis ahh lo! Tapi thanks yaa." Gue mengelus pipi kanan Aska.

'Lo nyentuh gue lagi lagi dan lagi, rasanya gue terbang ke langit ketujuh." Aska melipat bibirnya kedalam.

"Lo mau istirahat dulu atau mau masuk kelas?? Hukuman kita udah selesai nih."

"Gue masuk kelas aja deh, gue juga udah agak baikan kok Ka" Jawab gue, yang memegang punggung tangan Aska.

"Bener? Yaudah ayoo, tapi jalan lo gue bantuin." Kenapa Aska bisa sesabar ini sama gue? Dia menuntun gue pelan menuju kelas, selagi jalan melewati koridor sekolah. Gue ngeliat sosok cowo dari sebrang koridor yang berlari ke depan kita.

"Rash? You okay? Kok Aska nuntun lo jalan? Lo sakit lagi?" Pada saat itu Kevin sukses bikin gue sedikit semangat atas runtutan pertanyaannya itu.

"Hah?! Gue gapapa kok, Cuma agak pusing dikit doang." Gue mengelus kening gue.

"Tuh kan lo sakit. Ketauan dari raut muka lu Rash!" Kevin mendekati gue.

"Gue boleh gantiin posisi lo sekarang ga Ka?! Biar gue aja yang nemenin Arrash ke kelas, ayo lah bro boleh." Kevin membujuk keras Aska untuk melepaskan rangkulannya dari lengan gue dan diambil alih Kevin.

"Silahkan! Tapi jagain dia baik baik sampe ke kelas. Kalo sampe ada yang lecet sedikit aja, taruhannya nyawa lo!!" Jawab Aska mengalah, walaupun dia sakit dan harus mundur dari samping Arrash pada saat itu juga. Aska ngalah karena dia tau kalo gue suka sama Kevin.

"Aihh!! Pembunuh lo, ngeri gue." Kevin menoyor kepala Aska dan dengan segera Kevin merangkul punggung lengan Arrash dengan lembut.

"Udah sampe deh, lo baik baik yaa di kelas jangan kecapean yaa, please gue ga mau lo sakit Rash." Dia mengacak acak rambut gue, gila rambut gue tadi udah aur auran semakin berantakan karena ulah Kevin.

"Iya siap! Yaudah lo balik ke alam lo sana! Musnah lo dari kelas gue!" Gue melambaikan tangan gue mengusir Kevin dari kelas.

"Bukannya bilang makasih gitu yaa lo! Cewe macam apa tau lo?! Diusir gue" Gue tertawa saat dia ngomong. Lucu.

Selang dia berjalan keluar kelas, gue teriak "Thanks Vin!!" Lantang banget tuh suara gue, sampe semua anak anak kelas gue melirikan matanya ke gue. Tapi gue ga peduli, karena gue lagi seneng. Kalo aja kalian tau kalo sekarang gue lagi merasa ada hujan cinta. Apa sih bahasa gue.

Kevin juga mendengar teriakan gue, tapi dia tidak menoleh ke arah gue. Dia hanya membulatkan jari telunjuk dari ibu jari, yang artinya 'okay'. Itu sebagai jawaban dari teriakan gue.

***




End Of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang