Gue lagi akrab sama kakak gue. Kita duduk berdua di ayunan belakang rumah, kakak gue memainkan gitarnya dan gue nyanyi.
Dipertengahan lagu. "Ehh stop dulu! Ada telfon masuk." Gue menjauh dari kak Elvo, supaya si anak satu itu nggak nguping.
"Iyaa Vin? Ada apa?"
"Rash lo bisa ga ke tempat biasa sekarang? Gue tunggu lo disana yaa nanti."
"Mau ngapain coba kesana?"
"Ngapain aja kek?! Yang penting gue ketemu lo dulu. Tapi sorry gue ga bissa jemput lo yaa." Kevin menutup telfonnya.
"Kebiasaan banget ihh, mutus pembicaraan terus." Gerutu gue sambil melihat layar touchscreen hp gue. "Kak, gue kedalem dulu yaa." Gue mengahampiri kakak gue yang sedang memetik gitar. Tapi, kakak gue malah ngacuhin gue. Bodo ahh.
Gue langsung tancap dandan and than ganti baju yang lebih rapih. Gue memilih menggerai rambut gue, soalnya katanya Kevin lebih suka kalo rambut gue digerai lepas.
"Mau kemana lo dek? Rapih banget?!"
"Gue mau pergi bentar, nanti bilangin mamah sama papah kalo gue keluar oke!" Gue mencium pipi kanan Kak Elvo "Bhay jelek."
"Jangan lupa bawa makanan dek!!" Gue membulatkan jari menandakan 'okay'
***
"Rash!! Arrash." Kevin melambaikan tangannya ke gue.
"Ada apaan Vin?" Gue mengambil tempat disamping Kevin.
"Ehh Rash!! udah dateng lo?" Gue terkejut melihat Mirella yang sudah berada disamping gue sacara tiba tiba. Dan menyebalkannya, rambut Mirella juga digerai panjang. Sama kayak gue.
"Lo disini juga? Kalian dateng berdua?" Gue memincingkan mata, bertanya sinis kepada mereka.
"Iyaa kita bareng, soalnya tadi kita juga abis dari mall." Mirella menjawab pertanyaan gue kemudian duduk di sebelah Kevin.
"Yeah thats true!!" Kevin menyambarnya dengan cepat.
"Terus maksud kalian ngundang gue kesini itu apa yaa?"
"Ga ada apa apa si sebenernya." Mirella menjawab enteng.
Arrash teramat sangat kesal dengan perlakuan dua manusia yang berada didepannya yang saat ini sedang asik bercanda gurau. Apalagi gue juga melihat mereka saling melemparkan tatapan matanya. Kalau kalian tau rasanya????? Hati gue kayak ditusuk ribuan pisau, sakit banget.
Gue disini lho guys? Apa gue gak terlihat sama sekali? Apa lo berdua gak ngehargain kedatangan gue? Gue tepat didepan kalian!!
"Gue pulang aja!!" Gue merangkulkan tas gue dan sedikit membanting bangku yang gue duduki dan gue gak peduli sama respond mereka saat itu.
"Arrash." Kevin memanggil gue yang sudah menjauh dari mereka. "Arrash!! Lo mau kemana?!!" Kevin terbangun dan menyingkirkan bangkunya, tapi Mirella tiba tiba menyangkal tangan Kevin yang menyuruhnya untuk duduk kembali.
"Jangan!! Mood dia lagi jelek, jangan diganggu dulu Vin." Dia mengelus punggung tangan Kevin. Tapi kenapa Kevin nurut aja sama si Mirella sih?!
Gue keluar dari cafe dengan wajah garang, gue juga jalan tergesa gesa. Air mata gue rasanya mau mengalir deras di pipi gue, gue menahan air mata ini dalam dalam sampai saja gue menggigit bibir bawah gue dan memejamkan mata gue menahan rasa sakit.
Gue melirik ke dalam jendela cafe dari sebrang jalan, gue melihat mereka yang semakin seru dengan topik pembicaraan yang beragam, mereka kayak merasa ga bersalah banget. 'My god'. Selang berapa waktu ada taxi lewat, gue memutuskan untuk pulang naik taxi. Untuk terakhir kalinya gue melirik jendela itu lagi sebelum gue pergi dan beruntungnya Kevin membalas lirikan gue dari dalam. Dia melihat gue dengan wajah prihatin ke gue, karena dia lihat gue mengusap air mata dari daerah pipi.
Di dalam taxi. "Freak!" Gue mencabik cabik tas gue dengan air mata yang semakin deras. 'Lo sama sekali ga ngehargai gue yang udah susah payah dateng buat lo.' Gerutu gue sambil menguncir rambut yang tergerai.
"Kenapa neng? Baru putus atau gimana?" Pak supir yang bertanya penasaran. "Sabar neng, mungkin bukan jodohnya."
"Putus? Jodoh? Php! Itu baru bener!!" Gue menarik napas dalam dalam dan menjawab pertanyaannya.
Keluguan supir taxi itu membuat tangis gue sedikit berubah menjadi senyum, tapi sayang banget waktunya gak pas banget. "Makasih yaa pak! Semoga bisa ketemu lagi yaa pak."
Gue memasuki rumah. "Dek makannya mana?" Kak Elvo yang merangkul. Gue hanya menaikan kedua pundak gue sebagai jawaban."Ini mata lo sembab? Abis nangis lo?" Kakak gue memegang dagu gue dan memalingkan ke wajahnya.
Gue melepaskan tangan kakak gue dari dagu secara kencang dan meninggalkannya."Lha gue malah dikacangin! Heh!."
***
Belum ada ujungnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of First Love
Teen FictionGue lebih baik tidak mengenalnya, dari pada gue ngerasain sakit karena cintanya tak berbalas. Cinta pertama yang bener bener buruk banget. Cinta yang membuat gue berubah sama pola pikiran gue. Nyesel banget deh gue punya rasa kayak gini sama dia. Ap...