#20

24 7 0
                                    

Salahnya gue selalu memaafkan orang yang setiap harinya menyakiti gue. Salahnya? Terhitung tanpa jari lagi. Dan pasti selalu saja ada gadis itu yang membantu untuk membuat kesalahan. Senyuman gue atas kesalahannya itu hanya sekedar karena faktor sayang.

"Kamu ke sekolah pake dress bebas, emang ada acara?" Tanya papah gue yang lagi baca koran di teras depan.

"Iyaa pah, ada demo ekskul hari ini, makannya aku berangkat agak siangan." Gue duduk disamping rangkulan papah gue.

"Mau kemana lo? Tumben amat cakep?" Kakak gue muncul tiba tiba, membuat gue mengangakan mulut gue.

"Lo kalo liat adek lo cakep tuh dipuji! Jangan banyak cincong kek!" Gue memprotes tajam dan duduk semakin manja sama papah.

"Kalian tuh kenapa sih, sehari aja tanpa ribut. Pusing papah denger kalian adu mulut terus." Papah gue menyela.

"Kita selalu akur kok pah, papahnya aja yang ga tau." Gue dan kak Elvo mulai mendekatkan diri sambil saling merangkul.

Tanpa sadar papah gue memanggil suatu nama. "Aska sini nak." Segeranya Aska menghampiri kami bertiga yang masih di teras depan.

"Hai om, kak! Rash udah siap kan? Ayoo jalan." Ajakannya membuat Arrash terpaku melihat kegantengan Aska saat itu. Gue emang akuin kalo Aska itu super gantengnya.

"Hemm. Ohh oke. Gue ambil tas dulu." Kita langsung cuzz pergi ke sekolah menggunakan moge kesayangan Aska.

***

Suasana ramai sudah mulai terasa di lapangan basket yang menjadi tempat acaranya dan semua peserta sudah bersiap di backstage dan semua penonton masih terpencar pencar.

Arrash tidak mempunyai niat sedikit pun untuk mencari Kevin saat itu, karena Arrash tau kalau Kevin dan Mirella sedang berdua. Sebabnya itu Aska memilihkan tempat duduk untuk mereka duduki sambil menunggu acaranya dimulai.

"Kita panggilkan pendemo selanjutnya dari ekskul vocal dan music. Kevin Dirmaga dan Mirella Aleandra Kaif." Sambutan itu tertuju untuk mereka berdua yang sudah berada di atas panggung.

"Kevin tuh Rash. Lo ga mau kedepan." Tanya Aska yang menyudut ke gue.

"Nggak ahh. Males. Panas." Penolakan gue itu sangat menunjukan kalau gue bener bener tidak menginginkannya.

Satu lagu yang mereka nyanyikan itu sangat mendeskripsikan perasaan gue saat ini, karena itu gue jadi melamun dengan tatapan kosong. Tapi gue yakin kalo mereka pasti dapet banget kemistrinya di panggung, the best couple lha pokoknya.

"Ehh tadi keren lo berdua." Sambut Aska, yang melihat mereka mendekati bangku kami.

"Makasih Ka." Mirella memberikan senyuman terbaiknya. "Rash kok lo bengong? Awas kesambet setan pohon toge." Mirella melambaikan tangannya tepat di depan wajah gue.

"Ck, hah iyaaaa. Ehh selamat yaa kalian keren banget tadi." Gue bersalaman tangan dengan Mirella dan Kevin yang masih terdiam di samping Aska. Betapa fakenya gue? My god.

"Semangat banget lo, tadi bengong aja." Aksa meledek gue kasar.

"Jadi lo ga marah sama gue selama ini? Aduh lega gue." Kevin menyambar.

"Gue ga marah kali Vin." Kevin menggandeng tangan gue yang membuat gue semakin membohongi perasaan gue sendiri, darah gue serasa berdesir saat dia menyentuh tangan gue.

"Yaudah ayoo jalan sama gue yuk." Kevin mengajak gue berjalan di sekeliling sekolah.

"Gue ikut yaaa." Sambaran Mirella itu membuat Aska menarik tangannya untuk memberi tanda agar dia tidak boleh mengganggu Kevin dan Arrash.

'Gue sakit, bukan berarti gue mau ngeliat lo lebih sakit dari pada gue.' Gumam Aska yang mulai menatap kepergian mereka.

"Lo kenapa sih? Kok ngelarang gue ikut mereka? Gue kan pengen tau apa yang mereka lakuin." Mirella terduduk kesal dan memperjelas perkatannya.

"Yaa gapapa, emang lo siapanya Kevin? Sampe semua kegiatan dia lo wajib tau." Aska mentap Mirella tajam.

"Dia emang bukan siapa siapa gue, tapi gue tau kalo dia itu suka sama gue."

"Halah pede banget lo." ASKA ketus banget ngomongnya.

***

Gandengan Kevin masih tergenggam hangat di tangan Arrash. Seperti biasa bibir Arrash terlipat rapih sambil menundukan wajahnya.

Sesampainya mereka di suatu tempat jauh dari keramaian, yaitu di depan toilet. "Ngapain lo ngajakin gue kesini? Kurang kerjaan banget berhenti di depan toilet!"

"Kata lo Mirella itu orangnya gimana?" Kevin dengan to the pointnya mengatakan hal itu.

"Lo kalo mau nanya hal kayak gitu, cari tempat yang bagusan dikit kek." Gue mengajaknya meninggalkan dari tempat awal dan berlari menuju ke taman, yaa tepatnya di bawah pohon." Nah kalo disini kan jadi lebih formal gitu." Jawab gue cengengesan. "Ayoo lanjutin pertanyaan lo."

"Ini lho, lo kan agak deket sama Mirella, kata lo Mirella itu orangnya kayak gimana?"

"Mirella? Dia baik, cantik, smart girl, good girl, hampir mendekati perfect lha." Gue menjawab itu dengan percaya dirinya. Gue untuk kali ini bener bener gak mau selalu lari dari setiap pertanyaan yang menjurus ke Mirella.

"Iyaa sihh, itu juga yang gue liat. Kata lo dia cocok gak sama gue?" Gue tau Kevin menanyakan hal yang membuatnya ragu.

"Cocok banget! Lo nya ganteng, terus dia juga cantik. Lengkap udah." Fake membuat senyuman dibibir gue bergetar.

"Beneran? Aduh makasih Rash. gue jadi semakin yakin sama perasaan gue." Pelukannya serasa bahwa itu pelukan yang menusuk di hati Arrash, air matanya ingin menetes bahkan deras, tapi ini bukan saatnya untuk menangis dihadapan Kevin.

Masalah ini gue sembunyiin dari Aska atau siapapun.

***

End Of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang