#22

26 6 0
                                    

Bersejarah banget hari ini. Hari terlahirnya kembali dua anak manusia rusuh. Yap. Hari ini Arrash sama Aska ulang tahun ke-17. Hehe, sweet seventeen gitu ceritanya. Dan sosmed gue jadi rame pada ngucapin birthday to me.

Tapi walaupun ini tanggal penting, Arrash maupun Kevin melakukan kesehariannya tanpa ada yang special. Apalagi untuk surprise jam 12, ga pernah sama sekali mereka rasakan.

"Adek. Bangun ehh. Mandi." Kak Elvo teriak dari luar kamar gue.

"Iyaa udah bawel." Seusai mandi, gue memilih untuk turun ke lantai satu rumah gue.

Pas gue turun melewati anak tangga ke lima, gue terpeleset kulit pisang yang membuat gue terguling sampai anak tangga terakhir. "Ini siapa yang buang kulit pisang di tangga. Kan jadi jatoh tau. Sakit nih badan." Gue mengomel kencang disaat keluarga gue lagi duduk di meja makan sambil menertawai gue.

"Itu kulit pisang gue, tadi gue sengaja biar lo jatoh." Kakak gue menjawab santai sambil cengengesan.

"Lo gila yaa? Mau ngebunuh adek sendiri lo?" Gue mendorong pundak kak elvo dari belakang.

"Sengaja gue, kan lo lagi ultah, jadi isengin dikit boleh lha." Kak elvo memeluk manja dari samping tempat duduknya gue sebagai permintaan maaf.

"Kalian ini yaa. Ampun deh mamah ngurusin kalian." Mamah gue mencengkram tangannya frustasi yang membuat gue, Kak elvo dan papah tertawa lepas.

"Biarin aja lha mah, ntar kalo dipisahin malah pada kangen kalo deket ribut terus." Papah gue mengelus punggung mamah gue.

"Hemm. Ehemm. Hemm. Batuk nih batuk" Kode gue kepada mereka.

"Bengek lo?" Sambar kakak gue.

"Ohh iyaa papah tau."

"Maaf sayang mamah baru engeh, happy birthday sayang, sweet seventeen yaa?"

"Anak papah yang satu ini lagi ulang tahun. Happy birthday." Papah gue mencium kepala gue dan mengelusnya.

"HBD jeleknya gue."

"Kamu mau apa di sweet seventeen ini nak? Nanti papah sama mamah pasti beliin." Ucap papah gue menyombongkan diri.

"Aku mau dinner kayak biasanya aja pah, udah lebih dari cukup."

***

Rasa bosan mengahampiri hari ini, akhirnya gue memilih untuk keluar rumah dengan meminta antaran dari Pak Santo, supir rumah gue.

Tidak tau mengapa pikiran gue saat itu terjutu dengan taman yang dulu pernah gue datangi sama Kevin, taman yang membuat kenangan gue sama Kevin terulang kembali. "Pak, anterin saya ke taman deket pertigaan diujung yaa."

Setibanya gue di taman itu, seketika memori gue keputar dengan serentaknya kenangan bersama Kevin. Gue juga menduduki bangku taman persis gue duduki dulu, sambil itu gue memasang earphone di telinga gue dan mulai mengeluarkan satu buku novel dari dalam tas. Hembusan angin yang terasa semakin membuat gue terbawa suasana menyatu dengan kenangan.

Disaat gue merundukan kepala, gue melihat ada orang yang berjalan di depan menghampiri gue. Mau tidak mau gue harus melihat siapa dia. Ternyata dia seseorang yang tampan dengan gagahnya mendekati tempat duduk gue bahkan dia berdiri tepat di depan gue. "Kevin?" Gue spontan melepaskan earphone dari telinga gue.

"Ngapain lo disini?" Gue melihat kevin memegang satu tangkai bunga mawar merah.

"Happy Birthday Arrash! Semoga tambah cantik, makin pinter, makin istimewa buat gue,semoga apa yang lo inginin tercapai semua, makin dewasa pemikirannya, jadi anak yang dibanggain orang banyak, pokoknya plus plus buat lo deh. Dan ini setangkai bunga mawar buat lo, terima yaa." Ucapan itu terlontar dari bibir Kevin dan gue sebayang semakin gantengnya dia kalo lagi baik sama gue.

"Hemm, wangi banget bunganya Vin. makasih banyak Vin, makasih makasih makasih." Gue menghirup aroma bunga mawar itu dengan penuh arti.

"Tapi sorry gue ga bisa ngasih lo apa apa Rash."

"Ya ampun ini aja gue udah seneng banget."

"Tapi, kenapa tangan kiri lo dibelakang mulu? Lagi nyembunyiin sesuatu lo?"

"Nggak kok, gue lagi megang bucket bunga buat Mirella. Bunga lily khusus buat dia." Dia mengeluarkan satu bucket bunga dari belakang tubuhnya dan menunjukannya ke gue dengan bangga.

"Ohh lo mau ketemuan sama Mirella disini? Bisa pas gini yaa."

"Iyaa Rash gue mau ngasih surprise ke dia." Dia menatap gue dengan mata yang berbinar "Ehh tuh dia udah dateng, gue kesana dulu yaa. Byeee Rash." Kevin melangkahkan kakinya mendekati tempat dimana Mirella mecarinya.

Gue kembali melihat setangkai bunga mawar yang masih gue genggam. Gue membandingkan antara bunga yang dikasih Kevin untuk gue dan untuk Mirella. BERBEDA.

Bunga lily? Itu bunga favorit gue, tapi Mirella juga suka sama bunga itu. Tapi gue tau kalau Mirella lebih beruntung dari pada gue. Kita emang dikasih bunga dari orang yang sama, tapi kita diberi dalam perasaan yang berbeda. Dihari ulang tahun gue ini, apa ini hadiah yang lo kasih ke gue Vin? Apa menurut lo gue bahagia dan bisa nerima selapangnnya hati gue? Gue berharap bunga ini layu secepatnya hilang tersapu angin, pergi tanpa jejak. Sakitnya hati gue, pedihnya air mata ini yang menatap kebersamaan mereka begitu dekat, sedangkan gue disini hanya bisa melihat apa yang terjadi.

"Sorry Vin." Gue meletakan bunga mawar itu di bangku taman, gue pun meninggalkan taman itu dengan berat hati kemudian mengusap air mata di pipi gue.

***

End Of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang