#19

22 7 0
                                    

Cerahnya sinar matahari membuat penglihatan gue sedikit kabur, gue terbangun dari tidur gue dan bergegas menyiapkan diri untuk sekolah. Seusainya gue rapih, gue sejenak berhenti di depan cermin. Gue memperhatikan dari ujung kaki sampai ke ujung rambut penampilan gue.

"Emang ada yang salah sama gue yaa? Gue udah feminin kok, tapi kenapa kevin lebih milih Mirella dari ada gue? Kecantikan? Gue emang sadar diri kalo gue ga secantik Mirella sii." Gue mengembangkan rok sekolah gue dan keluar kamar dan menunggu Aska di teras.

***

'Panggilan panggilan ditujukan kepada semua murid ekskul vocal and music segera ke ruang studio.' Loud speaker sudah mulai berkumandang di setiap penjuru kelas.

Gue dan Aska yang mendengarnya segera saja berjalan menyusuri koridor sekolah menuju studio ruangan. baru saja gue membuka pintu, gue udah melihat Kevin dan Mirella sedang asik berbincang sambil memegang lembaran kertas. "Rash. sini!" Kevin memanggil gue mengajak untuk duduk didekatnya bersama Mirella.

Gue sengaja melihat Kevin dengan tatapan sinis, gue menganggukan kepala gue untuk menjawab ajakan Kevin, tapi gue malah menjauh dari mana mereka duduk. "Lho?" Kevin menaikan sebelah alisnya.

Aska yang berada dibelakang gue hanya terbingung dengan tindak tanduk gue, disaat gue memalingkan wajah gue dari Kevin, Aska menyangkal tangan gue. "Lo ngangguk ke Kevin, tapi malah ke ujung sini duduknya?"

"Gue lagi ga mau berurusan sama Kevin ataupun Mirella." Gue menegaskan perkataan gue dengan mengangkat wajah gue dan menarik nafas dalam dalam.

"Kenapa? Lo ada masalah sama mereka? Apa lo disakitin lagi sama Kevin Rash? Cerita ama gue."

Gue langsung memeluk Aska dengan erat, gue menundukan kepala gue dipundaknya. Aska tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka bertiga, tapi Aska tahu kalau suasana hati Arrash sedang kacau.

Beberapa menit kemudian, semuanya sudah kumpul di dalam ruangan termasuk coach Lula. Semuanya terlihat diam dan mengambil posisi sempurna.

"Saya manggil kalian semua kesini karena besok itu ada demo ekskul dan saya mengajukan Kevin dan Mirella untuk pendemo tahun ini." Coach Lula memberitahukan hal itu yang bener bener membuat gue terkejut.

"Coach! Kok--. Ga jadi sorry." Gue berdiri yang awalnya ingin protes seketika saja terhenti melihat sekeliling gue yang memperhatikan gue.

"Ada masalah Arrash?" Coach Lula memainkan pulpen di tangannya sambil melihat tajam ke gue.

"Ignore coach!"

Gue ga terima kalau mereka berdua couple di panggung besok, karena selama ini gue yang selalu di demokan, tapi semenjak ada Mirella hak gue diambil semua? Bagi Arrash, Mirella itu adalah mimpi buruk baginya. Arrash tau kalau Mirella itu nggak punya niat jahat, tapi setiap ada dia pasti ada saja ulah yang membuat mood Arrash memburuk.

"Oke udah segitu aja materi latihan kita kali ini, terima kasih." Semuanya enyah dari studio ruangan terkecuali gue yang berjalan di samping coach Lula.

"Coach kok Mirella sih? Kan dia masih anak baru? Terus kenapa harus sama Kevin? Biasanya kan saya yang diajuin coach?!" Gue meminta jawaban dari coach Lula untuk kepastian.

"Iyaa gapapa, coach mau liat bakat Mirella aja.. kamu sabar, kamu kan senior nih, gantian dulu sama yang junior oke yaa cantik." Ia meninggalkan gue sambil mencubit pipi gue gemas.

Gue membuka pintu studio dan melihat Aska sedang mendengarkan earphone. "Besok lo jemput gue jangan telat." Gue melepaskan earphone dari telinganya sambil berbicara kesal dan berjalan meninggalkannya.

"Rash? gimana? Berhasil ngomong sama coach?" Aska mengejar gue cepat.

"Gagal total udah! Pokonya besok jangan telst jemput gue."

Selepasnya Arrash dan Aska di dalam kelas, kita langsung duduk ditempat. Baru menjatuhkan diri di bangku belum sampai 5 menit. Tiba tiba ada sekumpulan cewe menghampiri gue dan Aska. Iyaa mereka itu adalah Dhea and the gengnya yang famous di sekolah dan Dhea yang sebagai ketuanya itu suka sama Aska.

"Minggir lo Rash." Usir Dhea dan ajudan gengnya dengan tajam.

"Apa apaan lo nyuruh Arrash minggir!" Bela Aska menyuruh Arrash kembali duduk.

"Ihh Aska! Kamu kok gitu sih sama aku?!" Jawab Dhea sangat manja.

"Hihh." Gue menaikan sebelah bibir gue, mendengar jawaban Dhea. "Yaudah lha, kalo mau duduk disini silahkan aja nih." Gue mempersilahkan Dhea duduk sambil membersihkan bangku gue sendiri.

"Nah gitu dong. Bukannya dari tadi juga." Dia mulai duduk sambil berkipas manja dan gue melihat wajah Aska pasrah karena Aska tau kalau Dhea akan ngedeketinnya.

Arrash tidak peduli dengan apa yang dilakukan Aska, Dhea and the geng. Mending gue pergi meninggalkan mereka. "Dasar cewe gatel!" Gue tertawa puas melihat Aska di keroyok cewe cewe ganjem di kelas.

Isengnya gue keluar dari kelas, gue rencananya mau ke kelas Kevin. Tapi, hati gue udah terpatah duluan melihat Kevin dan mirella sedang berpegangan tangan. "Aduh salah liat gue! Anggep lo ga ngeliat apa apa Arrash! You have to strong Rash." Gue beranjak pergi sambil mengipas wajah gue dengan kedua tangan.

***

Luka awal yang tertimpa luka lain semakin susah untuk diobati.

End Of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang