Bunyi ponsel gue menandakan ada BM masuk.
Mirella: Rash, bisa ketemuan di cafe deket taman ga? Gue mau cerita nih.
Arrash Bainir: Bisa Rel, sekarang gue kesana yaa.
Untungnya cafenya ga terlalu jauh dari taman. Saat memasuki cafe gue mencari Mirella dimana ia duduk dan gue melihat Mirella memetikan tangannya mengarah ke gue.
Gue duduk disamping Mirella dan gue melihat senyuman yang menghiasi bibirnya itu sangat manis. "Ada apa Rel?"
"Rash, liat deh. Gue dikasih satu buket bunga lily sama Kevin. So sweet banget." Mirella menunjukan bunga yang sama, bunga yang membuat relung hati gue terbakar.
"Iyaa sweet banget Rel." tiba tiba Mirella memeluk gue erat karena senang, gue hanya termenung di pelukannya. Tanpa terasa air mata gue terjatuh tanpa ada satu kedipan pun.
"Kok lo nangis sih? Lo ga suka yaa?" Pelukannya terlepas dari tubuh gue dan air mata gue tetetes satu per satu membasahi pipi.
"Ini mungkin gue ngantuk, jadi gue sedikit nangis." Ngeles lagi gue.
"Alasan yang ga masuk akal Arrash."
"Ehh iyaa hbd yaa, wish you all the best. Tetep jadi temen terbaik gue yaa Rash." Untung aja Mirella mengalihkan pembicaraan. Tangisan gue berubah menjadi senyuman pilu yang membuat dada gue sesak.
"Makasih ucapanya Rel, uhh my close friend." Waktu berjalan dan berputar, gue dan Mirella melakukan perbincangan dengan buket bunga lily yang diletakan tepat di tengah meja. Yang membuat setiap kalinya gue berbicara ada saja nafas yang gue hela.
"Sorry banget nih Rel, gue harus balik. Gue mau ada acara. Sorry banget." Gue bangkit dari duduk gue dan keluar dari cafe dengan nafas lega.
***
"Kamu kemana aja sih Rash?! Main lupa waktu! Udah tau mau ada acara malah kelayapan." Mamah gue geram melihat gue yang baru pulang. "Yaudah lha, nanti kamu pake long dress yang mamah baru beliin yaa. Terus nanti kamu jalan bareng Aska ke restaurantnya." Suruh mamah gue, ternyata gue pulang kesorean sampe orang di rumah gue udah pada rapih.
"Abis nyari angin mah. Iya iya, ntar aku pake mamahku yang cantik." Arrash mengiyakan perkataan mamahnya biar masalahnya ga panjang.
"Yaudah langsung siap siap sana! Mandi, dandan yang cantik yaa sayang."
"Mandi sayang." Ejek Kak Elvo yang saat itu sudah berpenampilan rapih dan sangat tampan.
"Ganteng juga lo kak kalo dandan gini?!" Gue membalas ejekannya dan langsung ke kemar.
Memasuki kamar kramat gue dengan perlahan, terlihatnya long dress berwarna violet yang terletak diatas ranjang gue. Gue sengaja tidak menyentuh dress itu biar lebih berkesan surprise, gue bergegas mandi dan menyiapkan diri.
Selesai tubuh gue berbalut dress yang menurut gue cocok, gue melanjutkan untuk makeup dan menghias rambut gue sebaik mungkin.
Satu jam lebih gue bertata rias, gue memalingkan tubuh gue didepan kaca kebangsaan gue. "It's really me? Oh my god! Gue cantik banget gilsssss."
"Arrash cepetan! Makeup apa semedi sih lo di kamar?" Aska meneriaki gue dengan nada sedikit jengkel. Matanya selalu melirik kearah tangga menunggu Arrash turun.
Saat teriakannya terdengar ke telinga Arrash, segera lha Arrash keluar kamar dan menuruni tangga dengan perlahan. Aska yang melihat Arrash bener bener terpanah dengan kecantikan Arrash yang membuat bibir Aska tersenyum.
"Lo can..cantik banget." Aska mengungkapnya perasaannya dengan kaku karena Arrash sudah berada tepat di depan matanya.
"Makasih pujiannya Ka." Ararsh menepuk pelan pipi Aska. "Heh udah jam segini, jalan sekarang ayoo."Arrash jalan mendahului Aska yang masih terdiam dalam dirinya. "Aska Ayoooooo!!"
"Iyaa iyaa." Aska mengikuti langkah Arrash dari belakang menuju mobil.
'Tuhan. Dia cantik banget. Sungguh indah ciptaanmu untuk dipandang.' Gumamnya yang semakin terpesona dengan Arrash.
Kecantikannya mungkin bisa dipandang oleh siapa saja, tapi hatinya tertutup untuk siapa pun yang mendekatinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of First Love
Teen FictionGue lebih baik tidak mengenalnya, dari pada gue ngerasain sakit karena cintanya tak berbalas. Cinta pertama yang bener bener buruk banget. Cinta yang membuat gue berubah sama pola pikiran gue. Nyesel banget deh gue punya rasa kayak gini sama dia. Ap...