"Than!"
Moli langsung menompang kepala Rethan dengan pahanya, menepuk beberapa kali pipi Rethan yang basah karena keringat. Pelipis Moli juga tidak luput dari keringat melihat Rethan jatuh pingsan di hadapannya.
"Lo kenapa sih, ahh?!" Moli menggerutu frustasi, mencoba mengangkat tubuh Rethan namun gagal.
Sekali, dua kali, bahkan yang ketiga kalinya pun, Moli tetap gagal. Nyatanya, badan mungilnya tidak sanggup untuk mengangkat tubuh Rethan yang lebih besar darinya.
Namun sebanyak apapun ia gagal, ia tetap terus mencoba. Tidak perlu celana jeansnya sudah berlumuran tanah -karena sudah beberapa kali gadis itu terjatuh- Yang ada dipikirannya hanya satu; Rethan harus dibawa pergi dari sini. Rethan harus diobati. Rethan gak kenapa-napa.
Akhirnya dengan sedikit menyeret tubuh Rethan dan tergopoh-gopoh, gadis itu berhasil membawa Rethan ke dalam mobilnya, menempatkan Rethan dikursi penumpang, disamping kursi pengemudinya.
"Lo tahan, ya. Gue bakal bawa lo pulang," Moli melepas cardigan yang membaluti tubuhnya -menyisakan baju kaos biasa miliknya- lalu menyampirkannya di tubuh Rethan yang menggigil. "Please, lo jangan sakit, Than.."
Selama di perjalanan, konsentrasi Moli pecah. Pikirannya bercabang, memikirkan Rethan dan memikirkan jalanan yang padat. Bahkan Moli mengklakson-klakson mobil yang ada di depannya, berharap mereka memberi ruang untuk Moli membawa Rethan pulang.
***
"Tolong. Rethan. Di mobil gue." ucap Moli terbata-bata, napasnya tersenggal-senggal dengan keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya. Seolah ia baru saja mengelilingi kota ini.
Agi dan Edgar sempat bertatapan, sebelum akhirnya mereka berlari menuju mobil Moli. Mengangkut tubuh Rethan yang semakin panas suhu tubuhnya juga badannya yang semakin menggigil.
Agi dan Edgar pun sudah tahu siapa penyebab dari semua ini.
Sementara Rethan sudah dibawa Agi dan Edgar ke dalam, Moli mengambil sekotak obat-obatan yang ada di dalam mobilnya, yang selalu ia bawa hanya untuk sekedar berjaga-jaga.
***
"Lo siapa?"
Agi bertanya dengan nada dingin. Moli yang sedang mengganti air kompresan Rethan pun mendadak terhenti.
"Lo gak mungkin orang asing yang baru masuk di kehidupan Rethan." Agi mengimbuhkan, masih dengan nada dinginnya.
Moli meneguk ludah pahit, lalu meletakkan kain basah itu di kening Rethan. Mengelap sisa-sisa air yang mengalir di sekitar wajah Rethan seraya tangan kirinya menaruh sebotol obat penurun demam di atas meja nakas. Lalu, barulah Moli berbalik untuk menatap Agi.
"Maksud lo apa?"
Agi menatap lekat-lekat mata Moli, seolah mengintimidasi Moli melalui tatapannya, "Orang asing kayak lo, gak mungkin sepeduli itu ke Rethan."
Moli tertawa receh, menyeka sisa air matanya lalu menatap Rethan, "Emang gue harus butuh waktu berapa lama untuk bisa peduli sama dia?"
"Gue Cuma gak mau lo main-main sama dia. Kalau lo emang mau main-main, lo salah cari orang!" suara Agi teredam, sedikit samar, karena ia berusaha mengontrol emosinya.
Gadis itu menghela napas, lalu bangkit dari kursinya, menatap Agi nanar.
"Lo kira gue sejahat itu?! Gue gak mungkin main-main sama dia, gue gak mungkin main-main sama cowok kesepian kayak dia!" Moli berteriak di depan wajah Agi, setetes air matanya meluruh begitu saja. "Lo gak perlu berasumsi kayak gitu ke gue, Agi.. Gue gak kayak gitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Les Misèrables
Teen FictionAda begitu banyak orang, yang kita temui dalam hidup. Bermacam-macam; yang datang, yang pergi, yang sekadar singgah, yang masih menetap, yang dijatuhi cinta, yang menjatuhi cinta, yang datang lalu pergi lagi, yang pergi lalu ingin kembali lagi, yan...