Les Misèrables [14]

655 48 15
                                    

Moli, Rethan dan Abel baru saja sampai di rumah, peluh-peluh keringat menghujam tubuh masing-masing, kulit mereka memerah dimakan sinar matahari. Kalau Rethan tidak berkata tegas kepada Abel untuk menyudahi permainannya, maka sudah dipastikan mereka masih berada di taman itu. Terpanggang sinar matahari.

"Lo mandi duluan sana," kata Rethan seraya menutup pintu utama.

Moli yang sedang melepas sepatu Abel lantas mendongak. "Pengen mandi sih, tapi nggak bawa baju." Moli berdecak. "Padahal gatel banget nih badan gue."

"Pake baju gue aja, ambil di lemari," kata Rethan setelah terdiam selama beberapa detik. "Kalau kegedean, coba baju Agi yang ada disebelah rak baju gue, kayaknya pas ditubuh lo."

Moli lantas berdiri. "Tapi gue nggak bawa handuk," lalu terdiam. "Dan gue juga gak bawa sikat gigi, odol, sabun, sama sampo." kemudian mulai mencerocos.

Mendengarnya, Rethan memutar bola mata, melengsak menuju dapur untuk meneguk segelas air. "Ribet amat idup lo," celetuknya.

Moli mencibir. "Emang." balasnya. "Tapi boleh juga tawaran lo. Gue pinjem kamar mandi, ya."

Rethan menyapu sisa-sisa air yang berkumpul diatas bibir dengan punggung tangannya, menggeleng-geleng melihat punggung Moli yang sudah menjauh. Kadang percakapan mereka sangat tidak penting untuk dibahas, dan terlalu sampah, menurut Rethan.

Tapi sejauh ini, cukup menyenangkan terlibat dipercakapan yang sama dengan gadis itu.

"Kak Moli, Abeeeel ikut mandi!" teriak Abel, tubuh mungilnya berlari cepat menyusul Moli yang hendak masuk ke dalam kamar mandi.

Selagi mereka berdua mandi, Rethan memilih untuk tiduran di sofa panjang, dengan pandangan terpusat ke televisi yang menayangkan gosip artis ter-hot minggu ini. Tapi jika ditilik lebih seksama, pandangan Rethan tidak sepenuhnya terarah pada televisi, pandangannya seolah menerawang.

'Kalau Rethan nilainya tinggi semester ini, nanti Ayah ajak main ke dufan,' satu suara berhasil menelusup ke benaknya. 'Sama Mama juga.'

Saat itu juga, siluet Tabitha yang sedang sibuk dengan ponsel genggamnya tergambar di benak Rethan. 'Mama lagi sibuk. Perginya sama Papa aja, ya.'

'Tha, luangin waktu buat anak juga sekali-kali. Kasian Rethan kalau liburan nggak pernah lengkap karena kesibukan kamu.' Yoga memandang jengah ke Tabitha yang membelakangi tubuhnya.

Saat itu Rethan kecil, hanya sibuk dengan robot-robotan yang baru saja dibeli oleh Yoga. Meski fokusnya kepada mainan, tetap saja indra pendengarannya menangkap suara-suara yang ada disekitarnya. Tanpa sadar merekamnya, menyimpannya dengan apik, dan sekuat apapun Rethan membunuhnya, kenangan itu tetap bertengger di benaknya.

'Aku sibuk, Mas. Kamu nggak liat apa?'suara Tabitha lantang.

'Aku juga sibuk!' sela Yoga. 'Aku jauh lebih sibuk dari kamu, kerjaanku gak terpaku sama ponsel setiap saat kayak kamu, tapi aku masih bisa meluangkan waktu untuk Rethan,' suara Yoga ikut meninggi. 'Apa sih yang kamu lakukan dengan ponsel itu!?'

Tabitha mengibaskan kelima jarinya ke udara, menyiratkan Yoga untuk menutup mulut. Dan segera beranjak dari kursi kebesarannya, kemudian berlalu tanpa menoleh kepada Yoga.

Yoga menghela napas. Kalau tidak ingat ada Rethan, dia pasti sudah lepas kendali.

'Jadinya kita pergi berdua lagi, Yah?' tanya Rethan, mulai mencampakkan robot-robotnya ke lantai.

'Kenapa robotnya dibuang? Kurang bagus ya? Ntar Ayah beliin yang lebih bagus, oke?'

Rethan menggeleng. 'Robot gak asik, kerjanya Cuma diem aja. Cari mainan yang bisa bicara dong, Yah, biar Rethan ada temennya.'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Les MisèrablesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang