Moli yang baru saja bangun di pagi hari, langsung dikejutkan dengan telepon dari seseorang yang sudah lama ia rindukan. Senyumnya merekah.
"Panji, lo udah dimana?!"
Suara antusias dari Moli membuat langkah Panji semakin mantap. Tidak sia-sia ia mengambil penerbangan ke Indonesia kalau penyambutan gadis itu luar biasa antusiasnya.
"Lagi di bandara, Mo. Baru aja sampai."
Moli nyaris menjerit mendengarnya, rindunya semakin menggebu-gebu. Sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Panji. Panji yang meninggalkannya selama empat tahun karena meneruskan pendidikan ke luar negeri.
"Mau gue jemput?"
"Gak usahlah, Mo. Lagian Nyokap udah jemput kok. Gimana kabar lo, Mo? Masih kangen sama gue?"
Moli tertawa renyah, memindahkan ponselnya ke telinga kiri, "Kabar gue lebih lebih baik setelah denger berita dari lo barusan."
"Kalau gitu, tunggu gue, oke? Kita bakal ketemu."
Moli tersenyum, "Lo harus tau seberapa besar bunyi detak jantung gue buat ketemu sama lo. Gue kangen banget sama lo, Nji..."
"Gue juga, Mo. Gue juga kangen lo."
***
"Kak Rethan."
Rethan yang sedang menyantap bubur buatan Ayu lantas menoleh pada Abel. Memberikan tatapan apa pada gadis kecil itu.
"Kak Rethan disini aja dulu, ya. Jangan kemana-mana. Abel mau Kak Rethan temanin Abel seharian full!" Abel bersorak riang.
Tidak. Permintaan Abel bukan permintaan manja layaknya anak-anak seusianya. Abel hanya mendapat firasat, ada sesuatu yang akan membuat Kakaknya terpuruk semakin dalam. Firasat itu semakin kuat ketika Abel terbangun dari tidurnya pagi ini.
Maka dari itu, ia meminta Rethan untuk tetap tinggal disini, bersamanya.
"Tapi Kak Rethan harus sekolah, Bel," balas Rethan.
Dan saat itu juga Abel menepuk keningnya. Ia lupa hari ini adalah hari sekolah. Jadi dengan cara apa ia harus menahan Rethan agar tidak keluar dari rumah ini?
"Libur sehari aja, gak masalah 'kan, Kak?"
Ini demi Rethan.
Abel hanya tidak mau Kakaknya semakin terpuruk. Abel tidak mau melihat kehancuran yang nyata di kedua mata Rethan lebih dalam lagi.
Rethan bergeming. Tidak memberikan jawaban pasti untuk Abel.
"Abel gak boleh gitu. Masa Kak Rethannya disuruh libur? Main-mainnya 'kan bisa abis Kak Rethannya pulang, sayang.." Ayu memberikan segelas susu putih pada Abel seraya mengelus puncak kepala Abel.
"Oke," jawab Rethan akhirnya. "Kamu yang bikin list kita hari ini."
Abel meloncat girang, berhambur memeluk leher Rethan. Setidaknya ia berhasil melindungi Rethan untuk saat ini.
***
"Apa? Kak Reza batalin gitu aja rencana hangout kita tanpa alasan yang jelas gitu?" Vanya berseru heboh mendengar penjelasan Moli tentang batalnya rencana mereka, dua hari yang lalu.
"Iya. Gak ada angin, gak ada hujan, untuk yang pertama kalinya, Kak Reza larang gue buat pergi." Moli menyeruput milkshake vanillanya, mengaduk-aduknya pelan lalu menghirup aroma yang menguar dalam-dalam. Damainyaa.
"Kayaknya ada yang gak beres," Vanya bermonolog sendiri.
"Lo pikir begitu?"
Vanya mengangguk cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Les Misèrables
Teen FictionAda begitu banyak orang, yang kita temui dalam hidup. Bermacam-macam; yang datang, yang pergi, yang sekadar singgah, yang masih menetap, yang dijatuhi cinta, yang menjatuhi cinta, yang datang lalu pergi lagi, yang pergi lalu ingin kembali lagi, yan...