Les Misèrables [13]

316 38 3
                                    

Beberapa menit kemudian, Moli menyediakan tiga piring diatas meja, lengkap dengan segelas air putih dingin disetiap sisinya. Mereka bertiga makan dengan khidmat, hanya suara dari televisi yang mengiringi kesunyian mereka, kadang juga dentingan sendok dan garpu yang menabrak piring. Benar-benar hening.

"Huah, enak sekali!" Abel menghabiskan mienya lebih dulu. Lalu bersorak lebih girang, sekaligus memecahkan keheningan. "Kak Moli emang pandai masak!"

Baru saja Moli ingin mengucapkan terimakasih atas apresiasi gadis kecil itu, kalau saja Rethan tidak mengintrupsinya. "Ini Cuma mie instan, Abel. Tinggal direbus, terus dimasukin bumbu. Siapapun yang buat juga rasanya tetap sama."

Laki-laki ini... kenapa menyebalkan? Saking menyebalkannya, Moli sampai ingin melemparkan panci ke kepalanya saat ini juga. Tapi tidak ada panci disekitar sini, jadi gadis itu hanya mendengus saja.

"Tuh, Bel, denger." kata Moli, kentara sekali ia terlihat kesal.

"Tapi emang enak, kok." Abel tersenyum. "Buatan Kak Rethan sama Kak Moli beda. Jelasan enakan punya Kak Moli. Mienya lembut, nggak kayak Kak Rethan, masih keras udah disajiin aja."

Diam-diam Moli tertawa penuh kemenangan.

"Ada yang lucu?" tanyanya dengan nada yang sama sekali tidak bersahabat.

"Lo lucu," ceplos Moli. Dan tersadar bahwa ia baru saja kelepasan berbicara. "Err, ada yang mau nambah air minum?" imbuhnya, berusaha menghilangkan suasana canggung yang ia ciptakan sendiri. Padahal toh, Rethan tampak biasa-biasa saja.

Semakin hening.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Moli, hingga gadis itu semakin salah tingkah. Kedua kakinya bermain dengan gelisah di bawah sana, kalau bisa, sekarang ini ia ingin mengenyahkan diri dari hadapan Rethan saja.

"Abel pipis dulu," Abel memecahkan keheningan, lagi. "Udah nggak ta-haannn!" lanjutnya sambil berlari terkocar-kacir ke dalam kamar mandi.

Selepas Abel pergi, kenapa atmosfer mendadak mencekam begini, sih? Rethan masih sibuk dengan mienya, sementara Moli duduk dengan gelisah. Berduaan dengan seseorang tanpa topik pembicaraan itu jelas tidak keren dan membuat Moli risih.

Rethan tidak ada inisiatif untuk mengangkat topik pembicaraan, apa?

"Bukannya kita janjian jam sepuluh?" tanya Rethan pada akhirnya.

"Memang," jawab Moli, mengangkat wajahnya agar dapat menatap Rethan. "Tapi gue udah kangen sama lo, jadinya jam setengah delapan gue udah sampe, deh. Seneng ga?"

Kebiasaan Moli yang baru itu; menggoda Rethan. Jelas saja, karena siapa yang tidak tahan menggoda Rethan yang tidak bisa diajak bercanda dan kelewat serius itu?

"Apa yang harus gue senengin, jelas-jelas lo ganggu jam tidur gue." jawab Rethan acuh. "Pakai pose yang aneh-aneh lagi. Lo gak pernah liat cowok telanjang, ya?"

Moli tadinya memang ingin Rethan mengangkat topik pembicaraan, tapi bukan berarti Moli meng-sahkan Rethan membawa kejadian yang memalukan tadi.

"Ya jelaslah. Gue 'kan bukan lo yang mungkin tiap malam liat cewek telanjang dengan sukarela buat lo." tukas Moli, lalu dengan cepat-cepat menghabiskan air putihnya, semakin salah tingkah. Ia harus menetralisirkan perasaannya.

"T-tapi, serius, Than, lo bikin gue jantungan tadi." lanjut Moli.

Rethan sempat terperangah mendengarnya, gadis itu begitu gamblang mengutarakan perasaannya tanpa ada rasa malu sedikitpun. Terlebih dia mengutarakannya di depan yang bersangkutan.

Rethan memasukkan satu sendok terakhir ke dalam mulutnya, sebelum bersuara. "Sekarang jantung lo gimana, udah baik-baik aja?"

Jantung gue gak baik-baik aja, asal lo tau!

Les MisèrablesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang