Terdiam mematung diatas sofa. Sambil terus memandangi tv yang tidak menyala. Sesekali melempar pandangan ke setiap sisi apartemen ini.
Pikiranku kacau. Sangat sangat kacau. Sudah hampir dua minggu, aku tak keluar dari apartemen, ya keluarpun hanya untuk membeli makanan, kemudian kembali lagi. Aku, aku seperti mencoba mengisolasi diriku yang lemah ini dari dunia luar yang kapan saja bisa membunuhku.
Aku lemah? Ya.
Dunia terasa begitu kejam dan dingin kepadaku. Aku tak tahan lagi. Kehidupan di sydney benar benar telah menyiksaku. Sempat terlintas dipikiranku, untuk pergi, pergi sejauh jauhnya, tapi..bagaimana dengan ayah dan ibu?Mereka sudah pindah dari sydney ke daerah pedesaan, sementara aku harus melanjutkan kuliahku disini. Tunggu, kenapa aku tak mengunjungi ayah dan ibu saja? Benar! Masih tersisa dua hari lagi sebelum aku kembali masuk kuliah. Lagipula, aku sudah cukup bosan dengan kehidupan kota, yang selalu identik dengan gedung tinggi, kendaraan yang padat, gaya hidup, party, dan alkohol. Oh dan juga seks. Mengunjungi ayah dan ibu bukan suatu kesalahan bukan? Aku ingin menenangkan pikiranku yang sudah sangat kacau ini. Hm baiklah.
Aku beranjak dari sofa, untuk membereskan barang barang juga baju baju yang akan aku bawa. Aku mengabil sebuah tas dan memasukan beberapa bajuku kesitu, alat kecantikan dan barang barang lainnya. Setelah dirasa cukup, aku kemudian mengganti pakaianku, mengenakan skinny jeans hitam, kaus raglan hitam-putih, sepatu kets.
"Selamat tinggal kota sialan, aku akan kembali dalam dua hari, dengan pikiran yang lebih tenang dan jernih" aku bergumam sendiri. Aku memang benar benar kacau.
Ketika hendak membawa tas, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu apartemenku.
"Sial! Siapa lagi sih!" Gerutuku kesal.
Kemudian aku membanting tasku ke atas sofa dan membuka pintu apartemenku,
"Ashton? K-kau kenapa?" Aku memandangi temanku ini dengan iba, ia datang ke apartemenku dengan penampilan kacau, tidak kalah kacau dengan ku sebelum berganti pakaian, dan dengan raut wajah yang sedih.
"K-kau har-rus menolongku cassy, kumohon" ashton terisak.
Ya tuhan, ada apa lagi ini?
"Mmh, masuklah, kita bisa bicarakan ini ash.."
Ashton kemudian masuk dan menghempaskan bokongnya dia atas sofa. Kepalanya tertunduk kebawah, oh sial. Dia frustasi.
Aku menutup pintu, kemudian menyusulnya dan duduk di sebelah ashton.
"Kau ini kenapa ash?"
"Semua begitu rumit cassy. Ini tak masuk akal"
"Tak masuk akal? Apa maksudmu?"
Ashton menarik nafas dalam-dalam,
"Bryanna, dia..dia telah menipuku. Dia membohongiku"
Bryanna? Ada apalagi dengan dirinya. Ya tuhan. Ashton sering menceritakan masalahnya dengan bryanna, dari mulai masalah mudah kaya kuis di tv sampe yang rumit bikin dahi mengerut kaya jeruk purut. Jadi, bryanna itu adalah kekasih ashton, selama 2 setengah tahun mereka bersama sama, terakhir kali dia bercerita, iya bercerita tentang rencana pernikahannya dengan bryanna, sebelum akhirnya sekarang ia kembali bercerita kepadaku, namun yang ini sepertinya sangat rumit. Aku sudah sering mendengar ocehan ocehan ashton serta curahan curahan hatinya yang bisa kubilang sangat klisè karena rata-rata hanya masalah percintaan. Dia bilang, cuma aku yang bisa mendengarkan curhatan dirinya yang tidak bemutu, dan membantunya menyarikan solusi.
"Ada apa dengan bryanna ash? Kalian baik baik saja kan?"
"Dia berselingkuh cassy. Dia selingkuh dengan laki-laki konglomerat sialan itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Boyfriend [L.H Imagine]
FanfictionAfter being separated for almost 15 years, finally you met him at a cafe, since that day, your life is change and he makes your world more colorful,painful, and stressful than before. ⚠ TRIGGER WARNING ⚠ THIS STORY CONTAINS NASTY MURDER SCENE, PYSCO...