#SEBELAS

9.9K 401 0
                                        


"serius amat neng?" Tanya dimas membuyarkan konsentrasiku yang sedang menonton drama Korea.

Dimas menghampiriku. Duduk disampingku.

"nonton apaan sih?" Tanyanya

"High school love on" jawabku singkat. Masih fokus dengan apa yang ku tonton.

"oh" jawab Dimas singkat.

"yaaahhhh...... bersambung" keluhku saat drama Korea yang ku tonton habis. Keliahatannya nya sih lebay banget. Bagaimana tidak lebay? Pemainnya itu kan idolaku. Nam WooHyun.

"Akhirnya kelar juga" ku lirik dimas yang sedang tersenyum. "laper nih. Makan yok!" Ajak Dimas sambil membalikan badannya ke arahku.

"Ya udah sono makan. Emang ada yang ngelarang?" Tanyaku datar kepada Dimas.

"masakinlah. Gw kan tamu" jawab dimas tanpa dosa.

"trus?" Jawabku singkat.

"Dasar bocah! terus... terus... terus... Mentok!" Dimas berbicara agak meninggikan suara.

"trus gw harus apa?"

"masakin gw. Sebagai calon istri yang baik, lu itu harus masakin buat suaminya"

"idih,,, siapa juga yang mao jadi istri lu. Ogah!"

"yakin ngga mau?" Dimas menatapku dengan tatapan yang menggoda.

"iya" jawabku yakin.

"yakin?" Dimas semakin dekat denganku.

Aku memundurkan dudukku. "I.Y.A" jawabku lebih meyakinkan.

"yakin ngga mau nikah sama cowok seganteng gw?" Dimas semakin mendekatiku. Aku mundur. Mundur. Mundur.

SHIT! mentok tembok. Aku menelan ludah. Jarak Dimas kini semakin dekat denganku. Dekat sekali.

Akh, aku mengambil inisiatif untuk berdiri.
"iya, gw yakin!" Aku berbicara kepada dimas.

Ketika hendak melangah. Langkahku tertahan. Lenganku ditarik dimas. Dan....

BUkkk. ...

Aku terjatuh dalam pangkuan dimas.

"Ikh, apaan sih lu!" Aku mencoba untuk memberontak dan berajak berdiri.

Tapi usahaku sia-sia karena Dimas sudah melingkarkan tangannya ke pinggangku. Dimas menatapku dengan lekat.

Aku menelan ludah. Jantungku berdegup begitu cepat. "Dim...mas lepasin gw! ja.... jangan macem-macem lu sa.... sama gw!" perintahku terbatah-batah. Jujur saat ini aku sangat gerogi.

Dimas hanya diam dan terus menatapku lekat. Aku menarik nafas dan " ekh, om-om mesum lepasin gw !"
Seketika wajah Dimas berubah dan lingkaran tangannya padaku pun mengendor. Tentu aku tidak menyi-nyiakan kesempan. Aku berdiri. Mengambil 3 langkah menjahui Dimas.

Aku melihat Dimas yang tertunduk. Tak lama dia mendongak dan menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan

"Sebegitu buruknya kah gw?" Tanya Dimas yang membuatku binggung. Aku hanya diam tak menjawab.

"Sebegitu menjijikan kah gw sampe lu ngomong gitu ke gw?hah?" Tatapannya berubah. Berubah menjadi tatapan tajam dan dingin seperti pertama kali aku bertemu dengannya.

Aku menyeritkan kening. Berfikir sejenak. Mencerna kata-kata yang dimaksudkan Dimas.

Oh,,, oke... oke... aku mengerti sekarang.

Aku menarik nafas. "Ngga. Lu ngga seburuk itu dan ngga semenjijikan itu."

"jujur. Gw itu emang nggak suka sama orang yang......" kata-katu tertahan. Takut menyinggung perasaan dimas.

"Lu tau kan. Gw ini masih anak di bawah umur yang baru lulus sekolah. Dan lu juga tau selama gw hidup 18 tahun ini gw itu ngga pernah berhubungan dekat dengan laki-laki selain kak Rendy. Dan tiba-tiba lu masuk dalam kehidupan gw meminta gw buat nikah sama lu." Mata menatap tajam kepada Dimas.

"apa menurut lu reaksi gw tadi berlebihan?Hah?" Tanya ku kepada dimas.

Dimas hanya diam. " Reaksi gw jelas wajar lah. Gw tuh ngga kenal lu. Siapa lu? Dan ngga tau alasan lu tiba-tiba ngajak gw nikah?" Tanpa aku sadari air mataku mengalir di pipiku.

Aku mengusap air mataku. "Gw ini wanita. Gw ini butuh penjelasan yang masuk di akal dan gw ini masih anak remaja yang masih ingin mengejar cita-cita gw yang belum gw capai. Gw itu bukan lu, laki-laki dewasa berumur 27 tahun yang udah siap menikah dan udah mengapai cita-cita lu."

Aku melangkah pergi meninggalkan Dimas. Sebelum aku masuk kamar aku berbalik ke Dimas. Bertanya kepadanya.

" apakah yang gw lakuin itu salah? Apa gw bicarakan itu salah? Kalo iya, coba lu jelasin salah gw dimananya" tanpa mendengarkan jawaban Dimas. Aku melanjutkan langkahku kembali ke kamar.

Aku menutup pintu. Lalu aku mendorong meja belajarku untuk menghalangi pintu. Supaya Dimas tidak bisa masuk. Karena pintuku tidak ada handelnya.

Aku duduk di atas ranjang dan bersender pada tembok. Aku memeluk bantal dengan erat.

Ya tuhan, hamba takut. Hamba takut. Lindungi hamba ya tuhan.

***

MARRIAGE WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang