#TUJUH

10.5K 436 3
                                    


Tak terasa rintik air mengenai mukaku. Aku mendongak ke langit. Mendung. Pasti sebentar lagi hujan.

'ya tuhan kenapa hari ini aku sial sekali.' Runtukku dalam hati. Tak terasa air mataku mengalir di pipi.

Kini aku berjongkok di bawah pohon kelapa di pinggir jalan. Aku pikir dengan ikutnya aku liburan bersama keluarga kak Yasmin plus kak Rendy akan membuat aku bersenang-senang. Tapi,Kini aku hanya sorang diri. Anyer. Yah, aku dia ajak kak rendy ke Anyer untuk liburan bersama.

Ini pertama kalinya aku keseni. Aku bingung. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan.

'Apakah kak rendy tak sadar? Apakah kak rendy lupa denganku? Apakah kak rendy tidak perduli lagi denganku?' Aku terus menangis sambil menutupi mukaku dengan tanganku.

'kenapa tuhan? Kenapa kak rendy meniggalkan ku disini? Kenapa tuhan?'

Aku mencoba berdiri dan merogoh kantung celanaku. SHHIIITTTTT!!!! Hp ku di tas, dan tas itu ada dimobil. Dan sialnya lagi aku tak mengantongi uang sepeserpun. Aku merutuki kebodohanku. "BODOH..... BODOH.... BODOH.....!!!! BODOH BAANGET SI LU NINDY!!!!"

bagaimana ini? Bagaimana aku bisa pulang? Ini baru pertama kali aku kesini. Dan ini sepi. Tak ada yang lewat, padahal aku di pinggir jalan.

Aku mendongak keatas melihat lagit. Langit sudah mulai gelap. Rintikan hujan juga semakin intes.

Aku berjongkok kembali dan menangis kembali.

Hujan. Yah, sekarang sudah hujan lebat. Dan aku masih sama di posisiku. Terus menangis. Bingung mau melakukan apa. Otakku blank.

Entah sudah berapa lama aku menangis. Rasanya sesak sekali. Dingin. Aku menggigil karena terguyur hujan. Dan bahkan sampai saat ini hujan masih enggan untuk berhenti.

Ku merasa hujan agak reda. Aku mendongak ke atas membuka mataku. Hujan masih lebat. Ku dongak lagi ke atas. Ada seseorang yang merentangkan jaketnya di atas kepalaku. Tapi, wajahnya terhalang oleh jaket itu. Aku berfikir. Siapa orang ini?

"mau sampaikan jongkok disitu ?" Tanya orang itu memecah lamunanku.

Aku hanya menggeleng-geleng dan kembali tertunduk.

"mau sampai kapan hujan-hujanan disini?" Tanya orang itu yang sekarang berada di depan ku dalam posisi yang sama sepertiku. Jongkok.

Aku menghapus air mataku dan melihat orang itu.

"ka... kamu...?!" Ucap ku terbatah karena masih sesak sisa tangisan tadi.

Aku terkejut oleh orang ini. Dia. Dia.

Dia berdiri. Membantuku berdiri dan menarik tanganku. "Ayo ikut gw!" Belum sempat aku menolak.
Di terus menariku.

'Mau di bawa kemana gw? Gw di culik?' Aku menggeng-gelengkan kepalaku. 'ngga-ngga-ngga,,, ya kali gw di culik?!' Aku mengusir fikiran jelekku.

***

"Nih.." dia melemparkan handuk padaku. Aku masih terpaku. Terdiam di depan pintu.

Kini aku berada di sebuah villa di pinggir pantai. Villa ini tidak terlalu besar tau pun kecil. Tapi disini terasa hangat.

"Mao ampe kapan lu berdiri disitu? Sono mandi! ganti baju lu! " dia memerintah ku dan menunjuk ke sebuah pintu.

"hhsssshhh...." dia mendengus kasar. Berjalan ke arahku. Dia mendorongku kearah pintu itu " mandi sana!"

Sampai di depan pintu dia membuka pintu dan mendoronku masuk " sana mandi. Baju ganti ada di lemari. Ngga usah bengong lagi!" Ucapnya lalu menutup pintunya kembali.
Aku melangkahkan kakiku ke kamar mandi. Setelah selesai mandi aku membuka lemari yang katakan tadi. Terdapat beberapa baju atasan, celana dan..... Pakaian dalam wanita. Aku mengkerutkan kening ku. Berfikir sejenak.

Ku ambil kaos tangan pajang berwarna biru dan celana jeans selutut dan pakaian dalam. Aku coba memakainya.

Pas. Tidak kekecilan atau kebesaran. Padahalkan badanku ini tidak termasuk kurus. Dengan tinggi cuma 160cm dengan berat badan 65kg. Tapi ini pas di badanku.

Setelah rapih berpakaian dan mengeringkan rambut, aku keluar kamar. Terlihat orang itu duduk bersandar di sofa sambil meminum sesuatu. Aku menghampirinya dan duduk di sampingnya.

"Terima kasih" ucapku. Dan orang ini menengok sekilas dan kembali fokus pada minumannya.

"Terima kasih. Terima kasih karena udah ke sekian kalinya kamu menolong aku." Aku menunduk sambil memainkan baju dengan jariku.

"Ya" jawabnya singkat.

"Boleh aku bertanya?" Aku memberanikan diri. Mencoba memecahkan masalah yang ada di dalam otakku selama ini.

"hmm" ku anggap dia menjawab iya.

"Kenapa kamu selalu menolongku?" Aku mengambil nafas dan menghembuskannya kembali.

"yang pertama saat tawuran, yang ke dua saat aku hampir kejambret, dan yang ketiga sekarang."

"Kebetulan."

Aku terdiam.

"Kita udah beberapa kali bertemu tapi aku ngga tau nama kamu siapa." Aku menengok ke arahnya.

Di berdiri dari duduk nya. Aku menyerderkan tubuhku di sofa.

"Dimas" aku menengok ke arahnya. Lalu dia melangkah pergi. Aku tertuntuk kembali. Baru beberapa langkah dia berjalan ,dia berhenti.

"oh ya" aku menengok ke arahnya. " ngga usah pake aku kamu. Biasa aja. Gw tau kok lu bukan orang yang sok sopan gitu kan" dia mengerutkan keningnya. Aku hanya mengangguk dan melihat nya pergi jalan menjauh sampai masuk ke dalam kamar. Kamar? Mungkin.

Tak lama aku bangkit dari dudukku dan berjalan ke dapur. Haus. Iya haus. Aku haus sekali. Tenggorokanku kering karena aku menangis.

Aku meneguk habis air di gelas weter goblet. Lalu menghembuskan nafas yang berasa berat. "hhssshhhh...."

Aku berjalan menuju kamar tadi aku ganti baju. Aku naik ke ranjang, tidur memeluk guling dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhku hingga kepala.

Lelah. Lelah rasanya seharian ini aku hanya menangis karena di tinggal oleh kak Rendy. Jahat. Iya, kata-kata itu yang tepat sekarang untuk kak Rendy.
Air mataku pun mengalir kembali.

Segitu tidak penting kah aku sekarang di mata kak Rendy. Dengan teganya dia tak sadar sampai saat ini bahwa aku tertinggal di tempat yang begitu asing bagiku.

Aku terus menangis dan tanpa sadar aku pun terlelap dalam tangisanku.

***

MARRIAGE WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang