Aku membuka perlahan mataku. Sinar matahari yang masuk dari sela-sela hordeng membangunkan ku. Aku mengulet sebentar mengumpulkan nyawa.Aku bangun dari ranjang dan beranjak ke kamar mandi. Malas sekali rasanya mandi. Akhirnya aku memutuskan hanya mengosok gigi dan mencuci muka.
Aku keluar kamar menuju ke dapur untuk mengambil minum. Aku melihat ke sekeliling. Sepi. Sepertinya Dimas belum bangun.
Aku menegguk segelas air di water goblet sekaligus. Aku melihat sekeliling kembali. Sepi. Aku berjalan menuju sebuah jendela besar yang tertutupi hordeng berwarna coklat. Ku buka hordeng itu. Pemandangan langsung ke arah pantai. Sepi. Aku menghirup dalam-dalam udara pagi. Sejuk. Aku melirik jam yang terpasang di ruang tv. Pukul 07:30.
Karena rasa penasaran. Aku melangkah ke arah pintu yang kemarin di masuki oleh Dimas. Ku pegang handel pintunya dan ku buka perlahan. Akh, kamar. Benar tebakan ku kemarin.
Aku melihat dimas yang masih tertidur lelap menghadap ke pintu. Terlihat jelas wajah pucat itu dari depan pintu ini. Pucat? Apakah dia sakit?
Aku memberanikan diri masuk dan mendekat. Wajahnya pucat sekali. Ku pegang keningnya dengan punggung tanganku. ASTAGA. Hangat sekali.
Aku buru-buru pergi ke dapur untuk mengambil air dan handuk untuk mengompresnya. Belum sempat aku melangkah. Aku merasa tanganku di tahan. Aku berbalik melihatnya. Matanya masih tertutup. Tanganku di tarik.
CUP...
Aku terjatuh di atasnya dan bibirku menempel padanya. Mata ku mebelalak. Ku coba untuk bangun. Tapi badanku malah ditahan oleh tangannya.
Aku merasa bibirnya mengulum bibirku. Rasa hangat menjulur ke seluruh tuhuhku. Aku mencoba untuk menjauh tapi usahaku sia-sia. Tangan kirinya menahan kepalaku dan tangan kanannya merangkul pinggangku.
Aku memejamkan mataku. Menahan diriku. Bibirnya terus mengulum bibir bawahku. Sangat lembut dan hangat. Aku tak membalasnya.
Jujur ini adalah ciuman pertamaku. Ciuman yang tak ku sangka akan mendapatkanya seperti ini.
Dia melepaskan ciumannya dan malah memeluku erat. Aku mencoba mepaskan lagi. Tangannya malah semakin erat memelukku.
"biarkan seperti ini sebentar saja,please" ucapnya lemah.
Aku tak tega. Lalu aku mengangguk dan membiarkannya memelukku.
Lama juga dia memelukku seperti ini. Dia melonggarkannya dan aku langsung bangun. Berlari keluar kamar menuju ke dapur.
Sesampainya di dapur aku langsung menuangkan air ke gelas dan langsung meneguk habis. Aku menepuk-nepuk pipiku.
"Bangun.... Bangun... Nindy! pasti sekarang lu lagi mimpikan." Aku mencubit pipiku. "Aawwwww" sakit. Berarti aku ngga mimpi.Tadi Dimas benar-benar menciumku. Masih terasa bibirnya mengulum bibirku dengan lembut. Rasanya aneh. Entah aneh bagaimana. Pokoknya aneh.
Aku berusaha menyadarkan diri dari lamunanku dan berfikir sejenak. Dimas sakit. Aku memutar pandanganku berfikir. Beras. Aku melihat tempat beras kecil di atas meja dapur sebelah kulkas.
Bubur. Ya, aku akan membuat bubur. Aku lihat isi tempat beras itu ada sedikit beras. Lalu aku membuka kulkas untuk melihat isinya. Siapa tahu ada sayur atau bumbu dapur. Di dalam kulkas aku milihat ada wortel,kembang kol,paprika,dan kentang. Aku mengambil wortel yang berukuran sedang. Lalu aku melihat di laci bawah ada beberapa bumbu dapur. Aku mengambil 2 lembar daun salam, dan satu batang sereh. Lalu aku menutup kembali kulkas.
Aku mencuci beras, wortel yang telah di kupas, daun salam dan sereh. Aku memutarkan pandanganku mencari panci kecil. aku menemukannya.
Aku chop wortel agak kasar. Lalu aku menyalahkan kompor dan menaruh pancil kecil yang sudah ada beras dan air. Aku memasukkan wortel, daun salam , sereh, dan garam secukupnya. Aku aduk terus.
Untuk ukuran villa, kayanya peralatan dapur dan bahan makanan disini lumayan lengkap juga kalo di fikir-fikir.
Aku terus mengaduk agar tidak gosong dengan api kompor yang kecil.
Tiba-tiba aku merasaka ada tangan yang melingkar di pinggangku. Memeluk erat. Aku bisa merasakan nafas hangatnya di leherku. Di menaruh kepalanya di pundakku. Aku memcoba melepaskan tanganya. "Dimas, lepasin gw"
Dia malah mengeratkan pelukanya "Biarkan seperti ini sebentar" ucapnya lemah.
"tapi.."
"Kan gw udah tiga kali nolong lu. Masa gw minta kaya gini aja ngga boleh"
Aku menghembuskan nafasku "hhsssshh,,," aku mengangguk. Aku membiarkan Dimas memelukku dari belakang sambil terus mengaduk bubur hingga matang.
Buburnya sudah matang. Aku mematikan kompor. Aku mencoba mengendorkan pelukan dimas.
"Dim,lepasin. Lu makan dulu ini bubur. Kan lu lagi sakit." Dimas melepaskan pelukannya dan berjalan menuju meja makan yang masih ada di dapur.
Ku pindahkan bubur di panci ke mangkuk. Satu untuk dimas dan satu untukku. Ya, walaupun sebenarnya aku tidak begitu suka bubur.
Aku menaruh mangguk yang berisi bubur dan minum di depan dimas. Aku duduk di depannya.
"Makan, lumayan buat ngisi tenaga." Ku lihat dimas mulai menyendok bubur dan memakannya. Aku pun tersenyum.
Aku melihat Dimas menatapku sendu. Kulihat mangkuknya masih ada buburnya. Dimas tas menghabiskannya. Aku melihatnya kembali. Dimas masih menatapku.
Aku mendekatkan diriku padanya. Memegang keningnya dengan punggung tanganku. "udah ngga begitu panas kaya tadi. Kayanya lu harus minum obat deh." Aku menarik tanganku kembali. Tapi, dimas malah menahannya. Dia menatapku kembali dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan.
Dimas melepas kan tangan ku dan melengang pergi meninggal kan dapur.
Aku berdiri membereskan bekas aku makan dan Dimas dan bekas memasak. Aku melihat Dimas berjalan ke arah sofa ruang tv dan menyandarkan tubuhnya.
Selesai aku mencici piring aku membuatkan dimas secangkir teh manis hangat.
Aku membawakan secangkir teh manis hangat dan menaruhnya di atas meja depang sofa."Minumlah" ketika aku hendah melangkah pergi. Dimas menarik tanganku kembali hingga aku terjatuh duduk di pangkuannya. Dia menatapku dan tak lama memelukku kembali.
Aku bingung. Ada apa sebenarnya dengan dimas. Kenapa begini. Tatapan yang biasanya tajam dan dingin sekarang menjadi sendu dan hangat. Apa mungkin karena dimas sakit?
Dimas menatapku kembali dengan tatapan yang sulit kuartikan. Matanya yang berwarna coklat dengan sedikit warna merah.
"Nama lu siapa?" Tanya dimas yang memecah kan lamunanku.
"hah??" Jawabku kaget. Dimas mengerutkan keningnya dan bertanya kembali.
"Nama lu siapa?"
"oh, Nindy Andriana. Panggil aja Nindy" jawabku lalu terseyum manis.
Dimas terdiam. ketika aku hendak ingin bangun Dimas menahanku dan menatapku lekat.
"Nindy, mau ngga lu nikah sama gw"
"HAHHHM????" reaksi ku kaget.
Dimas menatapku kembali dengan wajah serius. "Nindy Andriana, mau ngga lu nikah sama gw?"
Aku tak menjawab dan menelan ludah.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGE WITH YOU
Novela JuvenilBaru pertama kali ini Nindy Andriana bertemu dengan seseorang yang selalu memenuhi pikirannya. Seseorang yang belum pernah ia,kenal. Tiba-tiba memintanya untuk menikah. Dimas Nugroho, laki-laki itu seketika membuat dunia Nindy berubah.