#SEPULUH

10.5K 452 1
                                        

Tak terasa kini matahari sudah kembali kepersembunyiannya dan langit pun menjadi gelap.
Setelah perjalanan yang cukup jauh. Kini aku sampai di depan rumahku.

"Ayo, masuk! istirahat bentar. Pasti lu capek! secara perjalannya kan ngga deket." Aku membuka pagar.

Dimas masuk dan memarkirkan motornya di sebelah motor vixtion merah. Motor kak Rendy.

'untuk apa dia disini?'

Kulihat kak Rendy keluar dari rumah dengan tatapan tajam. Aku berjalan mendekat ke rumah.

"Kemana aja lu, hah?!" Tanyanya ketus. "Baru pulang, bareng sama cowok lagi." Tatap kak Rendy sinis

"Apa peduli lu sama gw hah?" Jawabku mencoba menahan emosi.

"gw khawatir sama lu! gw nyariin lu kemana-mana! dan sekarang lu pulang sama cowo! cewek apaan lu gk pulang 2 hari? Tapi lu pulang malah bareng sama cowo? Di ajarin siapa lu kaya gini? Hah?!!"

"udah??" Tatap ku ke Rendy dengan tajam.

"Gw ngga salah denger? lu khawatir sama gw?" Aku tersenyum sinis

"ngga! Gw kakak lu,ndy! jelas gw khawatir!" Kak Rendy jawab dengan nada tinggi.

"Kalo lu beneran khawatir sama gw, ngga mungkin lu NINGGALIN GW SENDIRIAN di tempat yang baru pertama kali gw kunjungin lagi!" Jawabku emosi.

"Gw ngga ninggalin lu,ndy!"

"LU NINGGALIN GW! Bahkan gw teriak dan kejar mobil lu aja lu ngga berhenti sedikit pun" air mata ku mulai jatuh.

"Gw nungguin lu,kak. Berharap lu balik lagi. Tapi apa yang gw dapet. LU NGGA BALIK LAGI,kak! Gw nunggu lu sampe gw menggigil ke hujanan dan saat keadaab gw yang mebgenaskan Dimas nolong gw. NGGA TAU KAN LU!" Sudah deras kini air mata ku mengalir. Dimas mencoba menenangkan ku dengan memegan kedua bahuku.

"LU UDAH BERUBAH,KAK! LU BUKAN KAK RENDY YANG GW KENAL DULU!" Kak Rendy memegang tanganku.

"Bukan gitu,ndy. Gw masih sayang sama lu. Lu adek gw,ndy." Aku melepas tangan kak Rendy.

"Lu udah ngga sayang sama gw kak. Lu lebih mentingin kak Yasmin dari pada gw,kak."

"Lu jahat,kak... lu jahat..."

"ngga,ndy. Ngga."

"IYA!" Aku berlari masuk ke dalam rumah menarik Dimas. Ku kunci pintu rumah dari dalam.

Lemas. Tak kuat aku berdiri. Aku terkulai di lantai dengan Dimas yang masih menatapku dengan tatapan prihatin.

"Ndy, buka pintunya! bukkk.... buk... bukkk..." kak Rendy mengedor-gedor pintu.

"NINDY ANDIANA, BUKA PINTUNYA!"

"NGGA! PERGI LU! GW NGGA MAU LIAT MUKA LU LAGI!"

"NGGA,ndy! ngga! ndy, maafin gw!" Kak Rendy meminta maaf dengan suara yang parau.

"GW NGGA MAU DENGER DAN NGGA MAU LIAT MUKA LU LAGI! PERGI LU DARI RUMAH GW! hikss..... hiks.... " tangisanku makin deras.

"Nindy..."

"PERGI!! hiksss... hiks... hiks..." benar-benar sesak nafas ini.

Dimas berjongkok mendekatiku. Di tarik aku dalam pelukannya. Ku peluk Dimas dengan erat sambil terus menangis.

"kak Rendy jahat. Kak Rendy udah ngga peduli lagi sama gw. Kak Rendy jahat." aku terus menangis di pelukan Dimas.

Dimas menepuk-nepuk pundakku menenangkanku. Aku terus menangis. Sampai tanpa sadar aku menangis sampai tertidur di pelukannya Dimas.

***

Berat rasanya membuka mata. Tapi aku terus berusaha membuka mata. Aku lihat sekeliling. Tempat yang tak asing lagi bagiku. Kamarku. Aku mencoba mengingat kenapa aku bisa berada di kamarku. Seingatku terakhir aku menangis di pelukan dimas. Akh, Dimas. Aku bangkit dari ranjangku dan keluar kamar.

Terlihat Dimas sedang terlelap di sofa ruang tamu. Aku mencoba mendekatinya. Ku lihat raut wajahnya. Mukanya ini tampan, tapi masih tampanan woohyun hehehe. Bibirnya berwarna pink, lucu. Hidungnya mancung tapi tak semancung Mesut Ozil. Ukuran badannya juga ngga bisa di bilang kurus. Cukup berisilah. Kalo tingginya. Kayanya tinggi. Soalnya sofa yang biasanys untuk 3 orang ini tidak cukup untuknya. Sehingga dia sedikit meringkuk.

Tapi, apa kemarin dia menggendongku sampai kamar? Emang kuat apa? Badanku kan besar. Ya sudahlah yah.

Aku berjalan kembali ke kamar melirik jam sapi berwana kuning di meja kecil samping tempat tidurku menunjukan jam 07:45 .

Aku mengambil mp3 di meja belajar lalu berjalan keluar kamar ke dapur untuk membuat teh manis hangat.

Setelah membuat teh manis hangat aku berjalan keluar rumah. Duduk di teras bersandar pada tembok. Aku memasang headphone di telinga lalu mem-play mp3 ku.

Dorawajwo, i want you back... back... back.. back...
back... back... back... back...
noewa nae gieok nak sigane matgyeodajima

dorawajwo, i want you back... back... back... back... back... back... back... back... back
gidarilge na yeogi namgyeojin chea doraseon chae
i say save me

infinite - back

Aku teringat bagaimana dulu aku dan kak Rendy yang selalu bercanda, kak Rendy yang selalu perhatian. Sekarang sudah berubah.

"gw pengen kaya dulu lagi,kak. Kembali ke masa-masa dulu lu sama gw... hiks... hikss... hiksss,,,, " aku menangis lagi. Aku sangat merindukan kak Rendyku.

"Nangis lagi?" Suara itu menyadarkanku dan aku langsung menoleh kearah suara. Dimas? Aku langsung menghapus air mataku. Mengalihkan pandangan ke gelas teh manis hangat yang ku pegang.

"ngga" jawabku singkat.

"udah ngga usah bohong sama gw. Katanya anti sama yang namanya bohong" Dimas duduk di sampingku. Merampas teh manis di tanganku.

Aku hanya diam. Dan tanpa sadar air mataku mengalir kembali.

"tuh kan nangis lagi" Dimas memegang bahuku. Memutar badanku berhadapan padanya.

"udah, ngga usah nangis lagi." Ia menghapus air mataku. "Udah jelek, makin jelek aja!" Aku memukul lengannya. Tapi dia malah tersenyum.

Aku melepaskan tangannya kembali berbalik dan bersandar pada tembok lagi. Dimas pun juga bersender pada tembok. Kami berdua terdiam.

"Sebenernya Rendy itu siapa sih? Katanya lu cuma punya ade. Tapi dia bilang,lu adeknya? Apa lu sama dia kakak adean zone? Tapi kok lu ampe lebay segitunya sih?" Dimas bertanya memecah keheningan.

Aku melirik Dimas sekilas lalu kembali memandang ke depan.

"Hhsssssmmmm...." aku menghela nafas berat.

"gw sama kak Rendy itu sepupuan. Tapi kita itu deket banget. Dia itu udah kaya kakak kandung gw. " aku mencoba bercerita. Berharap akan menghilangkan sedikit kesedihan.

"dia itu perhatian pake banget sama gw. Tapi semenjak ada kak yasmin dia berubah. Bahkan dia lupa sama gw. Dia ninggalin gw." Aku meremas bajuku menahan emosi.

"lu cemburu?" Tanya Dimas.

"mungkin" jawabku singkat.

"ngapain coba pake cemburu. Kan ada gw" aku menengok ke arah dimas. Dia menyengir seperti kuda.

"Siapa elu?"

"calon suami lu"

"siapa juga yang mau nikah sama lu?"

"lu"

"kapan gw bilang gw mau nikah sama lu? Idih,,, ge-er gila lu!"

"lah? kemaren lu terima aja gw cium. Berarti lu mau nikah sama gw"

Aku merasa pipiku memerah. Aku memalingkan mukaku.

"jiaahhhhh.... salting dia. Hahahahahaha "

***

MARRIAGE WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang