Yoona - Sehun
.
.
.Hari ini musim panas. Matahari begitu sombong menampakan wujudnya siang itu. Seorang laki laki berdiri di penyebrangan. Menunggu lampu bewarna hijau untuk pejalan kaki. Dia baru saja pulang dari sekolahnya. Tahun ini adalah tahun keduanya di sekolah menengah pertama. Sehun-- laki laki itu bersiul kecil sambil melangkahkan kakinya menyebarang jalan. Dia melirik jam yang melingkar ditangannya lalu tersenyum kecil.
Ah sudah jam 3 rupanya
Langkahnya ringan. Melewati jalan setapak yang tampak ramai di depannya. Dia berbelok ke sebelah kanan di ujung jalan. Ia terhenti. Di depannya sebuah kedai minuman tampak ramai dipenuhi pengunjung.
Sudah seminggu Sehun tak mampir. Selama seminggu itu ia terus bekerja dari sore hingga malam demi mendapat uang. Ini bukan kedai milik keluarganya, atau milik temannya bukan juga bukan kedai tempatnya bekerja. Sehun bahkan sama sekali tak mengenal siapa pemilik kedai itu. Tujuannya mampir hanya satu. Memperhatikan gadisnya.
Sehun melangkah masuk. Mengambil tempat duduk yang terletak dekat kasir, tempatnya biasa duduk. Matanya meliar. Mencari gadisnya ke segala sudut kedai yang dipenuhi orang orang. Dia tersenyum ketika matanya akhirnya menemukan sosok yang dicarinya. Gadis itu sedang melayani tamunya dengan senyum yang manis. Rambut hitamnya yang lurus di cepol, memperlihatkan lehernya yang jenjang. Sangat cantik.
"Yoona" Yuri yang berdiri dibalik meja kasir memanggil. Gadis dengan kulit kecoklatan itu menatap Yoona yang berjalan menghamprinya.
"Apa?"
"Pelangganmu datang" kekeh Yuri melirik Sehun "Terimalah pesanannya. Kau tahu kan dia tak mau kalau bukan kau yang melayaninya"
Yoona mendesis. Kesal. Dia menghampiri Sehun, laki laki yang selama dua minggu ini terus mengusiknya ketika bekerja. Selalu laki laki itu datang ketika shiftnya. Meminta dirinya secara khusus mengantarkan pesanannya. Yoona tak mengerti dengan tingkah bocah itu. Dia bahkan tak mengenal Sehun secara baik, yang Yoona tahu hanya Sehun adalah adik kelasnya yang berada satu tingkat dibawahnya. Dan juga bahwa laki laki itu tinggal di area ini. Ya, mungkin beberapa blok lagi. Hanya itu. Tak lebih.
"Kau ingin pesan apa hari ini?" Yoona meletakan segelas air mineral di depan Sehun. Nadanya jelas tak ramah.
"Berapa satu porsi ice cream sundae?"
"20.000 won"
Sehun mengeluarkan uangnya. Menghitung perlahan uangnya di bawah meja dengan hati hati.
Ah es krimnya sangat mahal
Sehun sadar bahwa uang yang dimilikinya tak cukup untuk membayar es krim yang diinginkannya. Padahal ia sangat ingin memakan es krim itu sekarang.
"Kalau es krim yang biasa berapa harganya?" Sehun kembali bertanya.
Pada saat itu sedang banyak pengunjung kedai yang baru datang. Mereka juga menunggu antrian untuk dilayani. Yoona pun menjadi tidak sabar dan menjawab dengan kasar “harganya 5000 won"
Yoona memutar matanya. Jengah. Melihat Sehun kembali mengeluarkan uangnya. Menghitungnya sekali lagi dibalik meja "Jika kau tak mempunyai uang. Tak usah mampir kesini. Kau hanya mengganggu pekerjaanku. Kau tak melihat? Jam segini hanya ada berapa karyawan" Yoona tak mencoba menyembunyikan amarahnya. Dia bahkan sengaja menunjukan sikap jengkel seolah ingin meninggalkan laki laki itu karna tak sabar.
"Baiklah aku pesan yang biasa 1 porsi" Sehun tersenyum. Tak menanggapi nada dingin dari cara bicara Yoona.
Tak lama kemudian Yoona kembali. Membawa es krim pesanan Sehun dan meninggalkan bon di atas meja.
"Terimah kasih" ucap Sehun sebelum menikmati es krimnya. Yoona berlalu. Tak menanggapi perkataan Sehun.
Kedai sudah mulai sepi. Beberapa pengunjung sudah mulai pulang, termasuk Sehun yang baru saja membayar ice cream yang tadi dinikmatinya di kasir lalu langsung melenggang pergi meninggalkan kedai.
Sekali lagi Yoona menghampiri meja yang tadinya ditempati Sehun. Saat hendak membersihkan meja, Yoona dikagetkan dengan melihat beberapa lembar uang dengan jumlah 30.000 won dan sebuah note dibalik mangkok es krim.
"Kau bekerja keras hari ini, 10.000 won itu adalah tipmu. Dan 20.000 sisanya gunakanlah untukmembeli es krim mahal itu, kau perlu mencobanya, pasti sangat enak"
Ah.. entah kenapa dia tiba tiba merasa bersalah.