Segelas espresso hangat dan sepotong roti bakar dengan lumuran selai cokelat dibalik warna keemasaan yang mengguri adalah satu kombinasi yang menyenangkan untuk mengawali hari, terlebih di saat cuaca yang lagi mendingin karena guyuran hujan sepanjang malam baru berhenti berapa menit yang lalu ketika espressonya baru saja jadi. Bau tanah basah seperti tercium samar di ketenangan pagi yang sangat disukainya. Masih dengan segelas tangan yang memegang segelas espressonya, Chanyeol menguap dengan mata yang menghitam samar karena aktivitasnya semalam. Mengingat itu, bibirnya terangkat tipis. Membayangkannya saja sudah membuat dadanya bergejolak.Mendengar suara berisik dari arah dapur, laki-laki jangkung yang sejak tadi menatap ke luar jendela itu pun menyesap espressonya kembali sebelum melangkah menuju dapur milik apartemennya. Sudut bibirnya terangkat lebih lebar kala matanya melihat kesayangannya sedang tampak kesusahan untuk mengambil sebuah cangkir yang letaknya berada di rak atas.
"Sudah bangun rupanya." Kakinya sudah berhenti di jarak yang sangat dekat di belakang tubuh yang sedang membelakanginya, yang tiba-tiba saja menegang dan kemudian merileks kembali.
"Jangan mengagetkanku, Yeol," kesal wanita cantik itu yang membuat Chanyeol terkekeh kecil.
Sebelah tangan kekar milik Chanyeol terjulur untuk meraih cangkir kaca yang tadinya coba diraih wanita di depannya. Meletakan cangkiran itu, kemudian melingkarkan kedua tangannya di lingkaran perut wanita itu adalah kesenangannya.
"Menggunakan bajuku, uh?" goda Chanyeol seraya menarik-narik kerah belakang dari kemeja putih yang tampak kebesaran di tubuh yang sedang dipeluknya. "Di mana bajumu, Yoong?"
Yoona mendelik, melepas pelukan Chanyeol dan memutar tubuhnya menghadap laki-laki itu. Ia melipat tangannya di depan dada dan melempar tatapan menajam, "kau yang melempar pakaianku, Park."
Chanyeol tertawa, dan kemudian terdiam saat menyadari tatapan tajam di depannya yang seakan menyuruhnya untuk diam. Wanita yang berada di depannya ini benar-benar menggemaskan saat kesal.
"Lepas pakaianku. Aku tak suka jika ada orang lain yang mengenakan. Cepat, lepaskan sekarang."
"Sinting!" gerutu Yoona sebelum berlalu meninggalkan Chanyeol dengan kakinya yang menghentak kasar.
Chanyeol terbahak di tempatnya. Omongannya yang barusan tentu hanya candaan ringan untuk menggoda wanita itu. Kesukaannya adalah melihat setiap ekspresi dari wanita itu. Tak peduli bagaiamana keadaannya, selama bisa melihat itu, Chanyeol tak apa.
Kakinya sudah membawanya hingga memasuki kamar apartemennya yang memang hanya ada satu saja. Ia menerawang dan menemukan kesayangannya sedang berdiri di depan lemari pakaiannya, menelisik seluruh pakaian itu seperti berharap ada pakaian wanita yang terselip. Tentu saja ada, ini bukan pertama kalinya bagi mereka, dan ia membiarkan wanita itu meninggalkan beberapa pakaian di dalam lemari dan bercampur dengan pakaiannya.
"Seingatku, aku meninggalkan kemeja biruku di sini," Yoona bergumam dengan jarinya yang menegtuk pelipisnya yang sedang mencoba mengingat. Tangannya lalu membuka baju demi baju yang bergantungan dan terhenti ketika mendapati kemeja biru yang dicarinya sedang digantung bersama dengan rok hitam miliknya.
Dengan gerakan cepat, tangan Yoona sudah mengambil pakaiannya itu setelah sebelum kemudian menyambar handuk yang terlipat rapi di lemari.
"Kau sudah mau kerja?" Sejak tadi, Chanyeol duduk di ujung ranjangnya, memperhatikan setiap gerakan Yoona hingga wanita itu sudah berdiri di dekat ranjang dan melempar pakaian yang ingin dikenakan di atas kasurnya.
Wanita itu menatap bola matanya dan tersenyum. Senyum yang sangat ia sukai. Senyum yang membuat seorang Park Chanyeol tak peduli dengan hubungan apa yang sedang mereka jalani. Cinta itu buta. Dan Park Chanyeol setuju akan itu.