Yoona - Chanyeol
.Happy reading
..
Desahan kasar keluar dari bibirnya yang dilapisi bahan kosmetik bewarna cheery. Memandang langit Seoul yang mendung membuatnya kehilangan semangat. Langit yang awalnya cerah itu kini berubah kelam karena tertutupi awan-awan yang tengah menggelap. Tinggal menunggu waktu, dan awan-awan itu pasti akan menurunkan rinti-rintik air.
Yoona, gadis yang tengah berdiri dengan kepala mendongak itu adalah salah satu dari orang-orang yang tak menyukai hujan. Aneh? tapi begitulah dia. Bukan karena hujan menyimpan kenangan yang buruk, tetapi karna hujan akan membuatnya sangat kerepotan. Angin kencang yang berhembus dingin menusuk kulit, suara-suara gemuruh dilangit yang menyeramkan, percikan-percikan air kotor dari kendaraan atau pejalan kaki, serta tangannya yang harus selalu memegang payung agar tidak kebasahan, hal-hal semacam itulah yang membuatnya tak menyukai hujan. Menurutnya, hujan itu meroptkan.
Lagi, ia memandang langit yang mendung, berharap hujan tak akan turun sampai ia tiba dirumahnya. Namun, tampaknya, langit tak ingin mendengarkan permintaannya. karena baru semenit ia berdoa dalam batinnya, hujan telah turun mengguyuri kota dengan derasnya.
Memasukan tangannya ke dalam tas sampingnya, ia mencari-cari sebuah benda yang bisa melindunginya dari derasnya hujan. Kemudian menarik tangannya begitu payung yang ia cari sudah berhasil ditemukannya.
Baru saja gadis berambut cokelat sepanggung itu ingin membuka payungnya, namun kegiatannya itu diurungkannya ketika maniknya menangkap sosok pria yang sangat dikenalinya. Pria yang menjadi senior di universitasnya- Park Chanyeol namanya. Tampaknya, pria itu baru saja menyelesaikan mata kulihnya, itu terlihat dari raut mukanya yang tampak lelah.
Lelaki yang masih ditatap Yoona itu melakukan hal yang sama dengan Yoona. Memasukan tangan ke dalam tas, lalu mencari-cari payung yang untuk melindungi tubuh dari hujan.
Yoona masih terus menatap Chanyeol, ia tersenyum senang begitu sebuah ide terlintas dikepalanya. Kembali Yoona memasukan tangannya ke dalam tas selempengannya yang berukuran sedang dan menyembunyikan payung kuning yang sempat dikeluarkannya semenit yang lalu. Merapihkan penampilannya yang mungkin tampak berantakan, ia melangkah menghampiri Chanyeol.
"Ehem.."
Deheman Yoona membikin Chanyeol menoleh dan mengkerutkan keningnya penuh tanya "Ada apa?" tanyanya.
'"Ehm..maaf. Tapi.. apa aku boleh menumpang payungmu? aku tak membawa payung," bohong Yoona dengan nada dibuat selembut dan sehalus mungkin. Memasang tampang panik dan raut agar dikasihi, dan juga tak lupa untuk menambahkan senyum ramah yang ia harap akan mempan. Dalam hatinya, Yoona tersenyum menyadari aktingnya yang sangat bagus dan sangat meyakinkan.
"Tentu saja, mendekatlah," jawab Chanyeol membuat senyum Yoona mengembang penuh kesengan karena rencananya berhasil dengan mudah.
Menurut Yoona, Chanyeol adalah salah satu laki-laki tampan baik hati yang sangat didolakan. Sudah lama sejak ia jatuh hati pada sikap lembut dan suka menolong Chanyeol yang membikin ia berani melakukan kebohongan seperti tadi. Karena ia yakin, Chanyeol pasti akan menolong orang yang kesusahan seperti dirinya saat ini.
"Dimana rumahmu?" pertanyaan itu meluncur begitu keduanya mulai menyusuri jalanan di sekitaran kampus. Berjalan dengan langkah pelan agar tak ada dari salah satu yang kebasahan.
"Hm.. Cukup jauh dari kampus. Kau hanya perlu mengantarku hingga stasiun saja."
Rintik-rintik hujan seperti berlomba memberi instrumen pada percakapan mereka yang ringan. Untuk pertama kalinya, Yoona menyukai suara hujan yang menurutnya berisik ini. Angin yang menusuk kulit tak dirasakannya sepanjang bersama Chanyeol, bahkan percikan air yang mengotori sepatunya tak dipedulikannya lagi.
"Hm.. Aku Park Chanyeol."
Mendengar Chanyeol memperkenalkan dirinya membuat senyumnya terangkat samar. Ayolah, tanpa perlu perkenalan, ia juga sudah mengetahui siapa nama lelaki itu.
"Umm... Sejujurnta, aku sudah mengetahui namamu. Teman-temanku sering menceritakanmu."
"Benarkah? Aku juga memgetahui namamu, Yoona bukan?"
Hanya sedetik Yoona tercengang di tempatnya. Karena detik selanjutnya, senyumya terangkat tipis dengan letupan menyenangkan di dalam tubuhnya yang menghangat. "Kau mengetahuinya? Darimana?"
"Ada seorang yang ku kenal berada di kelas yang sama denganmu. Dan yeah, aku pernah berkunjung ke kelas kalian dan melihatmu. Saat itu, seseorang sedang memanggilmu."
Entah sejak kapan kebenciannya pada hujan meredup sirna seperti air hujan yang terserap habis di tanah. Mungkin, kerena di bawah hujan inilah, ia bisa bersama pria yang dikaguminya, dan bahkan mengobrol dengan jarak yang terbilang dekat. Sungguh menyenangkan.
"Oh yah.... tali sepatumu terlepas." Chanyeol menghentikan langkahnya dengan tangan kirinya menunjuk tali sepatu Yoona yang terlepas, sedangkan tangan kanannya masih memegang payung.
Melihat itu, Yoona membungkuk untuk membetulkan tali sepatunya. Namun naas sesuatu terjatuh membuatnya membeku.
PLUK...
Benda bewarna kuning itu menyembul dan jatuh dari tasnya yang lupa dikancingnya. Mendadak tubunya menjadi kaku dan gugup. Yoona bersumpah ingin menghilang sekarang juga begitu suara Chanyeol membuatnya semakin mati kaku.
"Kau membawa payung, Yoona-ssi?"
Mati kau Im Yoona!
.
.
.