Yuk kunjungi blogku imyoonadeer.wordpress.com untuk ff lebih lengkapnya.
.
.
.Happy Reading
Yoona berdiri. Mata kecoklatan Yoona menatap beberapa anak berseragam yang berdiri sejajar dan rapi. Mereka menunduk gelisah. Tak berani membalas tatapan intimidasi dari sang ketua osis yang disegani. Wajah cantik Yoona seperti topeng. Tenang dan polos. Namun siapa sangka dibalik wajah cantik itu terdapat sosok tegas yang dihormati.
"Ini sudah kesekian kali aku mendapatimu tak mengenakan seragam lengkap. Dimana dasimu?" Im Yoona, gadis yang menjabat menjadi ketua osis itu tak mengalihkan tatapannya sekali pun. Sudah menjadi rutinitasnya mengkritik setiap siswa yang tak menuruti tata tertib sekolah. Berdiri di puncak tertinggi memimpin golongan yang berada di bawah kuasanya.
"Apa dasi begitu mahal hingga tak bisa menggunakannya? Apa perlu aku membelikannya untukmu?" Tao, salah satu anggota osis inti ikut menimpali dengan pertanyaan mengejek. Sosok yang mendapati banyak kebencian dari siswa siswi SMA Kirin karna sifat arogansinya.
"Aku berjanji akan mengenakannya"
"Benarkah?" Tanya Yoona meminta kepastian.
"Ya. aku janji"
Tidak ada yang berani melawannya, setiap kata yang keluar dari mulut Yoona selalu memberi pengaruh. Seseorang yang begitu menyebalkan ketika menyangkut aturan sekolah. Yang paling menjunjung tinggi tata tertib di sekolah.
.
.
.Riuh kelas terdengar hingga keluar. Seorang guru berkaca mata mengintip ke dalam. Pakaian guru itu terlihat rapi dan sedikit terkesan kuno. Dengan perlahan pintu terbuka. Guru yang biasa dipanggil Guru Song itu mendorong pelan pintu ruangan kelas. Bunyi decit pintu yang terbuka menghentikan segala aktivitas yang berada di dalamnya, sekedar menoleh melihat siapa yang membuka pintu. Lalu sedetik kemudian kelas itu kembali bising. Beberapa murid menghambur ke tempat mereka masing-masing dan kembali membuat keheningan. Bertingkah layaknya murid baik yang penurut.
"Im Yoona" Guru Song memanggil Yoona yang duduk pada pojok belakang kelas. Yoona sedang membaca novelnya ketika Guru song melihat ke arahnya. Yoona menutup novel yang tinggal separuh halaman lalu mendesah. Masalah apa lagi sekarang?
"Aku membutuhkanmu"
Tak perlu menunggu lanjutan guru Song untuk mengerti. Bahkan semua teman kelas Yoona pun bisa mengerti dengan baik. Apa lagi jika bukan untuk menangani anak-anak yang berulah. Bukankah ketua osis ikut bertanggung jawab?
"Apa yang terjadi?" Yoona melangkah mengikuti Guru Song. Mereka sudah berada di luar kelas. Koridor tampak kosong. Tentu saja, saat ini masih jam pelajaran. Tak akan ada murid yang berkeliaran di koridor, kecuali jika murid itu tak mengikuti pelajaran.
"Seperti biasa. Beberapa murid lari saat jam pelajaranku akan dimulai"
"Apa kumpulan berandalan itu lagi?" Tanya Yoona seperti sudah memperkirakannya. Yoona sudah bosan dengan tingkah murid kelas 3 E yang diasuh oleh Guru Song. Sudah kesekian kali Yoona harus berurusan dengan beberapa murid dari kelas 3 E yang terkenal paling ditakuti seantero sekolah. Sebut saja kelompok yang diketuai Park itu. Mereka adalah preman sekolah. Menagih anak anak, berkelahi, lari saat jam pelajaran, dan tingkah lainnya yang membuat orang-orang menggelengkan kepala.
"Ya. Mereka melakukannya lagi"
"Tak bisakah menyuruh satpam untuk menangkap mereka. Aku benar benar lelah dengan tingkah kekanakan mereka. Kenapa aku selalu terlibat untuk mengurus mereka?"
Guru Song tertawa pelan "Mungkin karna kau lebih menakutkan dari satpam. Lihatlah, bahkan preman sekolah pun tak bisa melawanmu. Sudahlah, sebaiknya kau mulai mencari mereka. Aku harus mengajar" Guru Song menghentikan langkahnya di depan sebuah kelas. Tangan Guru Song sudah menyentuh kenop pintu "Aku harap mereka tiba lebih cepat'' sambung Guru Song yang kemudian menghilang tepat ketika pintu tertutup.
Yoona mendesah. Menatap pintu ruang kelas dengan pandangan menahan kesal. Yoona mengepalkan tangannya. Bersumpah akan memukul berandalan yang sudah mengganggu waktu membacanya
"Awas kau Park Chanyeol" geram Yoona yang mulai melangkahkan kakinya seakan mencari mangsa yang siap diterkam. Yoona berjalan mengitari koridor, taman, hingga lapangan. Namun Yoona belum juga menemukan tanda-tanda keberadaan laki-laki pembuat masalah itu. Tersisa satu tempat yang belum dikunjunginya. Belakang sekolah. Dengan langkah cepat, Yoona berjalan menuju belakang sekolah. Dan benar saja, mata Yoona langsung menangkap sosok pria dengan tinggi semampai hendak memanjat pagar sekolah. Pakaian Chanyeol berantakan. Baju yang seharusnya berada di dalam celana tak lagi ditempatnya.
"Yak PARK CHANYEOL!" Chanyeol mengurungkan niatnya ketika mendengar suara tak asing dibelakangnya. Chanyeol menoleh lalu memutar matanya malas begitu menangkap sosok Yoona yang menatapnya tajam. Chanyeol melompat, memdarat dengan mulus di tanah. Chanyeol tak jadi melarikan diri. Dia sudah ketahuan.
"Cepat hubungi 2 temanmu itu dan kembali ke kelas"
"Ayolah, aku harus pergi. Ada sebuah pertandingan dan aku harus menontonnya. Aku---"
"AKU BILANG KEMBALI! ATAU KAU INGIN--"
"Oke. Baiklah" Chanyeol langsung memotong perkataan Yoona. Entah kenapa kata-kata Yoona selanjutnya akan sangat berbahaya jika ia tak menurut. Yoona sedang dalam emosi yang buruk. Ada baiknya jika ia segera pergi sebelum gadis itu menjadi lebih menakutkan.
"Menyebalkan. Kenapa ketua osis harus kau" Chanyeol mengomel, sepelan mungkin agar tak didengar. Langkah Chanyeol mulai melambat begitu dirinya semakin dekat dengan Yoona. Secepat kilat, Chanyeol mengecup bibir Yoona lalu berlari.
Yoona mendesis. Sial, kenapa aku harus berpacaran dengan berandalan itu.