Chapter 5

851 76 3
                                    

"Harry, kau berjanji tidak merasa jijik dari apa yang kusukai?" Tanya Louis setelah mereka memulai perjalanan mereka menuju rumah Harry.

"Aku berjanji... I even pinky promise. Kau tak bisa merusak semuanya, kan?" Harry berkata, sambil menjulurkan jari kelingkingnya untuk dikaitkan oleh kelingking Louis.

"HARRY! Kau harus memegang roda kemudi dengan kedua tanganmu! Kau akan membuatku terbunuh! Aku tidak bisa mati dalam keadaan virgin!" Pekik Louis, yang membuat Harry tertawa terbahak-bahak, tapi setelahnya ia meletakkan kedua tangannya di roda kemudi.

Harry memandang Louis ingin tahu apakah ia merasa baik atau tidak, tanpa melepaskan kedua tangannya dari roda kemudi, yang membuat Louis berteriak sebal pada Harry karena pandangannya tak fokus pada jalanan.

"Dimana kau tinggal? Aku ingin pipis," Rengek Louis.

"Kau baru saja pergi ke toilet, Lou," Harry berkata, walaupun terdengar lebih seperti pertanyaan.

"Yeah, Tapi aku harus pergi ke toilet lagi... Berapa lama kita sampai pada tempatmu tinggal?" Louis terus merengek.

Harry kemudian membalik roda kemudi dengan tajam ke kanan, "Alright love, kita akan pergi ke rumah mum ku. Lagipula aku lebih banyak menghabiskan waktu ku disini daripada yang ku lakukan di flatku. Kau tak keberatan bertemu dengan mum ku sekarang, kan?"

Louis menggeleng, tidak benar-benar peduli, ia hanya memikirkan ia harus pergi ke toilet dan tidak membuat sedikit accident pada popoknya. He wanted to be A big boy hari ini. Dia masih merasa tubuhnya sakit sebenarnya. Dia tak memberitahu Liam bahwa ia merasa tubuhnya masih sakit di tempat kerja dan dia tidak akan memberitahu Harry bahwa ia merasa sakit karena Harry mungkin akan berpikir bahwa Louis berbohong.

Louis terkejut melihat seberapa cepat mereka sampai di rumah milik mum-nya Harry, tapi ia tak mengatakan apa-apa selain meminta Harry untuk menunjukkan arah ke toilet. Harry baru saja menuruni anak tangga ketika ia mendengar Louis menangis. Ia tak ingin membuat Louis merasa terganggu namun ia tak tahan mendengar Louis menangis. Jadi dia berbalik mengetuk pintu.

"Lou, what's wrong bud?" Tanya Harry pelan.

Dia mendengar Louis menarik napas dengan begitu berat dan memintanya untuk membuka pintu, namun Louis menolak.

"C'mon Lou, dapatkah kau membukakan pintunya untuk ku? Aku berjanji tidak akan memandangmu jika kau tak ingin. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja, love." Harry mencoba untuk kedua kalinya. Akhirnya Louis membukakan pintu, dengan kerutan murung di wajahnya dan air mata turun dari kedua mata birunya.

"Dapatkah kau mengatakan apa yang salah, baby?" Tanya Harry, berharap bahwa Louis tidak keberatan atas julukan yang ia berikan.

"A-aku tidak membuatnya di toilet," Louis berkata sambil terisak pada Harry.

"Tidak apa-apa, love. Kau baik-baik saja. Apakah kau ingin aku mengganti popok-mu?" Tanya Harry, memeluk Louis pada sisi tubuhnya dalam toilet berukuran sedang tempat mereka duduk. Louis mengangguk dan Harry berjalan menuju mobilnya dan menyambar tas milik Louis dari kursi belakang. Berjalan kembali kedalam rumah, Harry sedikit berlari mendatangi mum-nya.

"Mengapa ada seorang anak laki-laki menangis di dalam toilet ku Harry? Apa yang telah kau lakukan padanya?" Tanya Anne, nada suaranya bercampur antara kecewa dan marah.

Harry berdiri dengan tenang, "Semua yang perlu kau ketahui bahwa aku tak menyakitinya, mum. Jika ia ingin, aku akan membiarkannya menjelaskan apa yang terjadi. Apa dia masih berada disana atau dia sudah berpindah?"

"Ku pikir dia masih berada di toilet. Kau lebih baik menjelaskan sesuatu kepadaku saat kau telah selesai dengan apapun yang kau lakukan, young man." tegas Anne, yang membuat Harry mengangguk dan berjalan cepat menuju toilet dimana ia meninggalkan Louis.

Little Louis☁ larry!ageplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang