"Hello, ada yang bisa ku bantu?" Harry bertanya tanpa mendongak.
"Hello Harry," terdengar suara cekikikan lembut. Harry membutuhkan waktu sejenak untuk mencari sumber suara dan ketika dia mendongak, ia tersenyum lebar pada lelaki kecil di hadapannya.
"Oh, Hello Louis, apa yang dapat ku bantu hari ini?" Harry bertanya.
"Aku ingin hal yang sama--yang Liam dan aku pesan pagi ini... Bedanya kali ini bukan muffin, aku ingin, hmm .... Apa ada saran untukku, Harry?"
"Well, personally, aku berpikir bahwa donat tidak buruk, atau ham and cheese panini yang dibuat dengan fresh bread" Harry menyarankan setelah mengambil waktu satu menit untuk berpikir.
"Baiklah, I'll take two donuts and a ham and cheese Panini ," kata Louis sambil tersenyum.
"Apakah kau berpikir bahwa Liam ingin yang lain selain teh?" Harry bertanya sambil berbalik untuk membuat the milik Louis.
"Aku akan memberinya setengah dari sandwich dan salah satu donat-ku. Kau pikir aku bisa makan semua itu dan mempunyai pinggang sekecil ini?" Louis tertawa yang membuat Harry tertawa juga.
"Apa maksudmu?" Harry berbisik pelan berharap bahwa Louis mendengarnya.
"Well, aku tak bisa memakan seluruh sandwich, dua donat sekaligus dan tetap memiliki pinggang kecil dan perut yang datar, Harry." Louis berkata dengan senyumnya perlahan memudar menjadi cemberut.
"Kau tidak harus menjadi kurus untuk menjadi cantik Louis. Apakah kau tidak menyadari bahwa kau sudah menjadi―the prettiest one di toko ini?" Harry mengatakan dengan mata yang mengitari seluruh orang di toko roti kecil ini.
"Umm... No. I'm not the prettiest and I do need to be skinny to be even remotely faceable to anyone who isn't either drunk or high." Louis berkata sangat pelan. Hampir tak terdengar, berharap Harry tak mendengar semuanya.
"Baiklah... Ini sudah selesai. Aku akan memastikan bahwa kau makan seluruh donat dan sandwich ini Lou," Harry bertekad untuk membuat Louis makan.
"Lalu apa yang akan Liam makan nanti?" Louis bertanya berusaha mencari jalan keluar dari semua ini. Sa ae loueh :v
"Uh, aku akan memberikan sandwich gratis dan juga donat gratis untuk kau berikan kepada Liam. Dengan cara itu kau juga dapat memberikan Liam donat lain atau menyimpannya untuk kau sendiri," kata Harry dengan senang hati.
Louis mengerang, namun kemudian ia berpikir bahwa ada cara lain untuk menyimpan seluruh makanan dari dalam system tubuhnya. Harry tidak mempunyai alasan untuk membuatnya tetap tinggal dan ia pun dapat kembali ke tempat ia bekerja dan membuat dirinya memuntakan isi perutnya di salah satu toilet. Ah! Itulah yang harus ia lakukan.
"Jangan berpikir bahwa kau akan pergi ke mana pun setelah kau selesai makan. Kau dan aku akan tetap di sini selama 45 menit, setelah kau selesai makan dan menunggu makanan di dalam perutmu untuk dicerna sepenuhnya dengan baik dan setelah itu aku akan mengantarmu kembali bekerja untuk memberikan sandwich ini untuk Liam. Kemudian kita akan menghabiskan sepanjang hari ini bersama-sama," Harry berkata sambil menyeringai yang membuat wajah Louis berubah menjadi shock.
"Aku bahkan tidak mengenalmu!" Louis berteriak.
"Fair point. Kita bisa mengenal satu sama lain selama makan siang. Maka setelahnya kita bisa pergi ke taman untuk berjalan-jalan atau melakukan hal lainnya. There are healthy ways to stay fit. You don't have to not eat, Lou."
"Kau membuatku kesal," Louis menggerutu.
"Itu benar. Aku hanya memperhatikanmu. Kau tak seharusnya tidak makan. Kau harus makan. Jika kau sedikit chubby, it's okay." Harry sedikit licik, ia menambahkan beberapa ham dan ekstra keju kedalam sandwich milik Louis. Louis membutuhkan banyak protein, pikir Harry pada dirinya sendiri.
"Ini sandwich milikmu. Silahkan pergi duduk di meja sebelah kanan dekat jendela," Harry mengatakan sambil mengambil dua donat dari etalase dan sekantung keripik untuk dirinya berbagi dengan Louis.
"Now... waktunya aku mengenal mu dengan baik," Louis memotong sandwich-nya menjadi dua bagian.
"Nama ku Harry. Harry Edward Styles, kakak ku bernama Gemma, mum ku bernama Anne, ayah ku meninggalkan kami ketika aku masih kecil dan mum-ku belum menemukan siapa yang dapat menggantikan ayahku dan tentu saja yang benar-benar ia suka. Aku bersekolah untuk menjadi seorang pengacara. Aku bekerja di sini, di toko roti ini. Sekarang giliranmu!" Harry mengatakannya dengan semangat.
"Namaku Louis William Tomlinson, meskipun aku lahir dulu sebagai Louis Troy Austin tapi tak usah dipikirkan, aku punya 5 saudara, 1 setengah saudara perempuan dan 1 saudara laki laki, nama ibuku Jay, ayah ku pun meninggalkan kami juga saat ayah dan ibuku remaja dan ayahku berkata ingin 'menjalani hidupnya', ibu ku tidak berkencan dengan siapapun dan ibuku baru saja bercerai. Aku keluar dari sekolah tahun lalu. Aku bekerja di kafe di pinggir jalan ini. Ya walaupun sesungguhnya aku ingin bekerja di toko buku yang berada disebelah kanan toko ini. Itulah sebenarnya alasan ku mengapa aku berhenti di sini untuk makan siang. Aku ingin pergi menuju toko sebelah dan melihat apakah mereka membuka lowongan untukku." Louis berkata dengan senang.
"Saudara mu banyak sekali ... rumahmu pastilah sangat ramai," Harry tertawa.
"Kupikir itu bagus karena aku ditendang keluar dari rumah saat umurku 16 tahun," Louis mengerutkan keningnya.
"Oh... bolehkah aku bertanya mengapa?" Harry bertanya, ia mulai menunjukan sisi jahilnya.
"Ini rumit," Louis mengangkat bahu menyelesaikan sandwich nya.
"Alright. Aku akan mencari tahu mengapa, jika itu dapat membunuhku aku tak peduli," Harry ikut mengerutkan keningnya.
"Well, karena jika mungkin itu benar-benar dapat membunuhmu, aku lebih senang kau tidak tahu..."
"Hey! I'm strong and tall... Plus I'm very charming. Tidak satupun yang bisa membunuhku dan tidak ada yang dapat membunuh ku. Aku begitu menawan. Aku dapat membakar mata mereka dengan keindahan dari dalam diriku," Harry tersenyum dengan keyakinannya.
Louis mengejek, "Aku tidak tahu bagaimana bisa kau begitu percaya diri dengan dirimu sendiri but I would love to be you."
"Aku juga berpikir begitu... I'd love to be you and have the amount of beauty inside and outside."
"Mr.Styles, apa kau baru saja menggodaku?" Louis bertanya malu-malu.
"Maybe" Harry tersenyum genit.
"You're way too happy to be real," Louis mengerang.
Setelah Louis selesai dengan sandwich dan dua donatnya, Harry memastikan bahwa lelaki kecil itu duduk diam sementara ia membuat sandwich untuk Liam.
"Waktunya untuk pergi mengantarkan ini untuk Liam and get you out of work!"
***
Maafkan karna chapter ini agak pendek gitu tapi chapter berikutnya panjang deh janji;3
vomment nya yaa jangan lupa hehehe tinggalkan jejak mu wahai para larries;''
.
Hope you like it & Enjoy x!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Louis☁ larry!ageplay
FanfictionOriginal story by: thelarrieswriting Translated in BAHASA by: pee-taah-pan (me) . //Caution : This content full of age age play, cuteness little boy, femboy, boyxboy, daddy dom and many more.\\ 'IF YOU're HOMOPHOBIC PLS GO AWAY, BABEs.' Enjoy & Hap...