Chapter 13

659 48 8
                                    

[Um, little warning for this chapter to underage reader :p ]

'•×
"Babes, kau harus bangun sekarang," bisik Harry pada lelaki kecil yang tertidur disampingnya.

"Ini bukan waktunya untuk bangun!" Louis merengek.

"Baby, sekarang saatnya untuk bangun. Aku membiarkanmu tidur cukup lama melewati makan malam dan snack malammu. join the living, and get some yummy breakfast in your tummy. Come on, let's get up," kata Harry mencoba untuk mengangkat kepala lelaki kecil sehingga ia akan lebih tergoda untuk bangun.

"Well, baby tidak ingin bangun. Biarkan baby tidur. Jadilah dada yang baik dan biarkan baby tidur."

"Baiklah, Kau memiliki waktu sampai aku selesai membuat sarapan dan setelah itu kau harus bangun. Ketika aku kembali, kuharap kau sudah berpakaian dan siap untuk sarapan, mengerti?" Harry bertanya. Louis mengangguk dan Harry tersenyum. Harry membuat sesuatu yang akan memakan waktu cukup lama untuk membuatnya. Dia ingin Louis bangun, tapi ia juga ingin membiarkan Louis memiliki waktu sedikit lebih untuk tidur. Ia memutuskan untuk membuat beberapa sosis, telur, beberapa pancake, kentang, teh dan jus jeruk.

"Loulou, Kau seharusnya bangun, berpakaian dan siap untuk makan ketika aku datang kembali kesini," kata Harry ketika ia berjalan kembali ke kamarnya setengah jam kemudian.

"Aku berpakaian, dada! Eat eat time!" Louis berteriak.

"Louis, Kau tidak diperbolehkan untuk berteriak. Jika kau berterak lagi, aku akan menempatkanmu dalam time-out."

Louis mengangguk, "Jadi kau ingin aku berteriak lagi dada?!"

"Baiklah, sepuluh menit dalam time-out. Kau tak dapat berbicara kepadaku. Kau tak dapat berteriak. Kau tak dapat duduk. Kau tak bisa memandang kemanapun selain dinding didepanmu. Let's go, Louis, up," kata Harry tegas dan mengulurkan tangannya untuk mengangkat Louis.

"Aku tidak ingin melakukan time out!"

"Jangan berteriak lagi. Bangun. Pegang tangan dada sehingga kita dapat kembali kebawah dan menyelesaikan time out mu sebelum kita sarapan."

Louis bangkit dari kasurnya, terlihat sangat murung. Dia seharusnya tidak lagi berteriak saat Harry berkata jangan berteriak.

"Baiklah, dinding mana yang ingin kau tatap Lou?"

"Yang hijau," bisik Louis.

"Lou, warna itu tidak hijau, bukan?"

"Tidak? Itu bilu!"

"Tidak, itu putih, bayi konyol."

Louis mengangguk dan berjalan menuju dinding. Ia menganggap bahwa itu akan menjadi menyenangkan untuk hanya menatap dinding dan membuat gambar cantik dengan bayangan pada dindingnya... sampai kakinya merasa lelah. Ia menoleh dan melihat Harry sedang tidak menatap kearahnya. Dia tak akan tahu jika Louis duduk selama beberapa menit. Sehingga ia melakukannya. Berpikir bahwa ia hanya memiliki lima menit waktu tersisa dan Harry yang tidak melihatnya, ia duduk pada lantai dibawahnya. Ia mendesah lega sekaligus senang saat bokongnya berada pada lantai dan kakinya tidak sakit lagi.

"Louis, jelaskan padaku kenapa kau terduduk di lantai ketika kau harusnya berdiri dan melakukan time out mu karena telah menjadi lelaki kecil yang nakal, huh?" Harry bertanya pada lelaki kecil, ia bahkan tak memandang pada apa yang sedang ia potong, strawberry dan pisang yang akan ia blend untuk makan siang Louis karena setelah ini Louis harus bekerja.

"Kakiku letih dada!" Louis merengek.

"Aku tak peduli jika kakimu letih, kau seharusnya melakukan time-out mu, baby. Sekarang, aku akan memberimu spanking."

"Tidak mau spankies daddy! No get pow pow on bum bum! I sowwy!"

"Aku tahu kau menyesal. Kau dimaafkan, namun aku harus tetap menghukum mu untuk itu," kata Harry dan mengangkat lelaki kecil itu dari lantai kedalam pelukannya.

Ia mengangkat lelaki itu menuju sofa dan menurunkannya, "Baiklah, kau hanya mendapatkan lima kali spank karena kau hanya melakukan time-out mu selama lima menit. Kau baik baik saja saat dada menampar bokongmu, kan?"

Louis mengangguk, "Aku baik-baik saja dengan itu, dada." Harry mengangkat lelaki kecilnya dan menaruhnya pada pangkuannya, "Aku mulai sekarang. Kau harus menghitungnya dan mengucapkan trimakasih saat kita selesai."

Harry beranggapan bahwa ini akan menjadi lebih mudah. Jika Louis memutuskan bahwa spanking baik-baik saja sebagai punishment, maka mereka membuatnya sebagai keputusan sehingga dia harus bertrimakasih kepada Harry setelahnya, tapi sekarang, Harry berpikir yang terbaik yaitu melaksanakannya dengan mudah. Cepat, mudah dan sederhana lah yang Harry harapkan. Namun itu tidak seperti yang ia harapkan. Setelah hitungan ketiga, Louis menangis. Ia tidak terlihat sangat sensitif sebelumnya, tapi sekarang saat Harry memiliki Louis membungkuk diatas lututnya mendapat beberapa tamparan keras pada bokongnya, ia melihat betapa sensitif nya dirinya. Harry tidak tahu apakah Louis menangis karena bokongnya terasa sakit atau karena ia merasa malu, atau mungkin keduanya Harry pun tak tahu.

"Alright, you're all done baby. Trimakasih telah melaksanakan punishment mu dengan baik. Apa kau ingin beberapa krim untuk dioleskan pada bokongmu, baby?"

Louis menggelengkan kepalanya yang berada pada bahu milik Harry. Lengan Harry membungkus erat pinggang kecil Louis, membuat Louis merasa aman dan hangat. Ia tak berpikir untuk bertahan dalam posisi seperti ini cukup lama karena Harry membiarkannya bertahan. Harry tidak terlihat berpikir banyak, sehingga membuatnya lebih baik. Namun mereka harus bangun.

"Alright baby, come on, ini waktunya sarapan," Harry berbisik pada lelaki kecilnya saat ia mengusap air mata dari wajahnya.

"Salapan apa dada?"

"Kau hanya harus pergi ke dapur untuk melihat apa sarapannya," Harry menggodanya dan mencium hidung milik Louis sekilas sebelum membantunya bangun dari sofa dan menarik kemejanya turun. Harry melepas popok Louis saat punishmentnya tadi berlangsung dan tidak memakaikannya kembali karena ia membayangkan itu akan sangat tidak nyaman jika dipakai kembali setelah mendapat lima kali tamparan pada bokongnya. ((Emak gue gapernah nge-spank gue kalo gue nakal, palingan ngejer ngejer gue pake sapu :v))

| - /

Dan sebagai imbalan karena telah melaksanakan punishment dengan baik, Harry keluar didalam bokongnya. Itu adalah permintaan dari Louis saat Harry membiarkannya memilih. Louis mendapatkan Harry mengeras diujung puncaknya dan Harry mengusap dirinya sendiri sesaat sebelum ia mengeluarkan seluruhnya pada bokong Louis. Dengan lembut ia mendorong sperma nya kedalam lubang milik Louis dan menggunakan butt plug kecil yang ia ambil dari dalam tas Louis untuk membiarkannya tetap didalam.

.

I'm not sure how to feel about this chapter, though. It's somewhere in between happy with it, proud of it, and just bleh about it. Gue masih gangerti kenapa endingnya jadi smut ngahahaha its started selanjutnya keknya bakal lebih panasss(?):'v dan gua frustasi nyari kata lain selain pantat/bokong sumpah weird abis jing gue bacanya gue mau pake kata pantat keknya gaenak banget dibacanya. Anto those of you that wanted little Louis to get spanked, here you go! I hope you enjoying this chapter xx

$pread the loves!

Larry is real,

Nath

Little Louis☁ larry!ageplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang