Chapter 6

822 74 2
                                    

"Aku tak percaya kau melakukan itu, Harry!" Louis tertawa lepas saat Harry mendudukan Louis ke dalam mobil.

"Percayalah, Gemma lebih memalukan daripada aku tentang hal itu," kata Harry. Dia merasa senang ketika Louis menikmati cerita yang telah Anne katakan, tapi ia membenci saat mumnya menceritakannya. Terimakasih karena mumnya telah menceritakan hal yang begitu memalukan hari ini.

"Yeah, tapi, aku tak bisa membayangkan bagaimana malunya dirimu saat itu," Louis mendesah, menenangkan diri dari kekehannya.

"Ini lebih memalukan untuk hanya sekedar mendengar cerita itu lagi... Aku tak tahu bahwa mum ku masih mengingat ketika aku bertanya kepada pacar Gemma mengapa miliknya berada pada 'bagian khusus' milik Gemma dan mengapa mereka membuat suara suara berisik yang aneh," Harry berkata sambil terkekeh kecil.

"Bukankah kau sudah cukup umur untuk mengetahui itu?"

"Well... Gemma 14 dan pada saat itu aku sekitar 12-an. Aku mengetahui apa itu seks, tapi pada saat yang sama, aku tak tahu seks itu tampak seperti apa," kata Harry, memandang ke kiri dimana Louis berada.

"Harry, berapa lama lagi kita sampai pada flat mu?" Louis menggeliat di kursinya.

"Tak lama lagi, kenapa kau bertanya baby?" Tanya Harry pelan, berharap Louis tidak buru-buru ingin pergi ke―toilet.

"Aku mengantuk dan aku tak bisa tidur di dalam mobil," Louis mengusap matanya.

Harry mengangguk, "Hanya 10 menit lagi, setelah itu kita dapat cuddle di tempat tidur. Apakah kau ingin tidur di tempat tidur Harry atau di tempat tidur Louis?"

"Aku tidul di temfat tidul Hawwy... dengan Hawwy, pwease?" Tanya Louis, diam-diam ia mengeluarkan ibu jarinya dan mulai mengemutnya. Harry mengangguk, lalu mengulurkan tangannya dan menarik ibu jari Louis keluar dari mulutnya.

"Lou, jangan mengemut jempolmu. Itu buruk untuk gigimu, alright baby?" Harry bertanya sambil menarik tangan Louis dengan lembut kembali ke pangkuannya.

"Kenapa kau membenciku, Hawwy?!" Louis menangis.

"Oh, baby, aku tidak membencimu. Kau ingin gigi yang cantik, bukan?" Louis terisak dan mengangguk.

"Gigi yan' tantik sepeti gigi baba."

Harry memutuskan untuk fokus pada laki-laki kecil yang sibuk menjaga ibu jarinya dari mulutnya daripada pada julukan yang Harry berikan saat ini dan mengangguk, "Good boy, dapatkah kau tetap seperti ini sampai kita sampai pada flat-ku?"

Dengan anggukan dari Louis, Harry terus mengemudi. Dia agak terkejut ketika Louis hanya menghisap ibu jarinya ke mulutnya sekali setelah Harry menyuruhnya untuk tidak melakukannya. Dia tersenyum sambil menarik lelaki kecil yang setengah tertidur dari kursi dan menggendongnya, menyambar tas nya dari lantai. Saat ia berjalan untuk membuka pintu, ia melambai pada tetangganya yang kebetulan berada di luar.

"Lou, apakah kau ingin mengganti popokmu sebelum tidur?" Harry bertanya, mengetahui bahwa jika ia berkata 'night night time' Louis akan mengamuk kesal. Louis pasti tampak seperti seorang monster kecil yang lugu jika marah... Tapi tak seperti balita yang mengamuk lalu melempar segala sesuatu yang berada di dekatnya. Dia tampak seperti orang yang akan marah pada mu setelah itu terjadi. Tapi Harry tidak menginginkan itu sama sekali, ia tak ingin Louis marah padanya.

"Tidak. Terimakasih baba."

Harry mengangguk dan mengangkat Louis menaiki tangga. Harry tak menyukai bagaimana tulang rusuk Louis menusuk pelan perutnya, namun ia tak mengatakan apa apa. Ia bersyukur mendapatkan pelukan tulang dari Louis untuk yang pertama kalinya._. meskipun ia akan jauh lebih senang jika dia seorang bayi, walaupun sebenarnya memang ia lucu seperti bayi. Ia pun meletakan Louis pada tempat tidurnya dan mulai menyelimutinya ketika Louis mulai merengek meminta dummy-nya dan beberapa stuff lainnya yang biasa berada di sampingnya ketika ia tertidur.

"Well, aku membawa dua buah dummy. Eleanor berkata bahwa yang ini adalah favorit mu, jadi aku akan memberikan yang satu ini. Dapatkah kau membuka mulutmu baby?" Harry bertanya, mendorong lembut―dummy biru pada bibir Louis yang sengaja ia katupkan rapat. [dummy : dot bayi aka empeng.-.]

Louis bahkan tidak harus berpikir sebelum ia membuka mulutnya untuk memudahkan Harry menempatkan dummy birunya ke dalam mulutnya. "Peluk aku?" Louis berkata sambil mengantuk, bahkan ia tak memahami apa yang baru saja ia katakan. Harry mengangguk dan menyelipkan dirinya di belakang Louis, membalut lelaki kecil didepannya dengan selimut dan lengannya.

'.- /

Harry mengharapkan bahwa ia akan melewati setidaknya setengah malam ini dengan lelaki kecil di hadapannya. Sebaliknya, ia terbangun tak lebih dari 3 jam oleh suara menangis dan merengek yang berasal dari Louis.

"Lou, apa yang salah, Bub?" Harry bertanya pada Louis sambil terduduk.

"Dimana dummy ku?" Louis bertanya dengan air mata jatuh bebas di pipinya.

"Aku tak tahu dimana dia. Ia pasti masih berada diatas sprei ini. Jangan khawatir bub, aku akan menemukannya untukmu."

"Disini!" Louis berteriak kecil saat Harry mengangkat lembaran merah. Harry meraih dummy biru milik Louis namun Louis lebih dulu meraihnya. Harry tersenyum ketika melihat Louis mendorong rakus dummy birunya kedalam mulutnya.

"Siap kembali ke tempat tidur, love?" Harry bertanya, menggelitik perut Louis lembut.

Louis menggeleng, "Tidak! Aku bangun sekarang!"

"Lou, ini waktunya untuk kita tidur," Harry berkata dengan matanya yang sedikit terkatup berusaha untuk menjaga matanya terbuka memastikan Louis pergi tidur dahulu sebelum dirinya.

"Tidak lelah, dada," kata Louis, ia pun mengepalkan tangannya dan menggosok-gosok matanya, mencoba untuk membuat dirinya tidak lelah lagi.

"Baiklah monyet kecilku yang konyol," Harry bergumam pada Louis sambil menggendongnya dan beranjak dari tempat tidur.

"Kemana kita akan pergi? Bermain?" Louis bertanya, benar benar ingin tahu kemana dada nya membawanya.

"Tidak, tidak bermain sekarang, Lou. Ini waktu waktu tidur. Saatnya untuk mengistirahatkan mata cantikmu sehingga mereka bangun dengan gembira," Harry berkata sambil menuju ke dapur.

Harry sibuk berkutat pada dirinya sendiri apakah ia harus membuatkan Louis susu dingin atau hangat, apakah ia harus menambahkan vanilla atau tidak, apakah ia harus menambahkan lavender atau peppermint, mungkin, apakah ia harus menggunakan microwave atau tidak... Akhirnya ia memasukan segelas susu berukuran medium kedalam panci kecil dan menambahkan sedikit vanilla kedalamnya lalu menyalakan api kecil agar susunya hangat.

Ia mengayun-ayunkan tubuh Louis di dapur sambil menatap mata Louis yang mengantuk. Anak itu masih terbungkus kain selimutnya dan tampak cukup menggemaskan dengan baby-face miliknya yang hanya memandang kearahnya. Mata lelah Louis hampir membuat botol susunya terjatuh dan sesekali Harry menempatkan botolnya kembali ke mulut Louis.

"Sleep well, baby. Aku berjanji akan berada disini saat kau terbangun, love," bisik Harry sambil meletakkan Louis tidur di tempat tidurnya. Dia menempatkan tubuhnya di samping Louis di sisi lain tempat tidur, agar Louis tidak terguling jatuh dari tempat tidur. Ia juga memindahkan bantal bantalnya pada sisi tembok, menghindari accident kecil dimana Louis dengan sengaja menekan wajahnya pada bantal saat tidur.

.

BAM! gue kembali dengan username watty gue yang baru :v 

makin lama yg ngevote gasesuai jumlahnya sama yg nge-read. pwease don't be rude, louis don't like it ahaha\

thanks yg masih setia nge-vote dari 0 reader sampe 300+ readers. gue seneng ternyata cerita ini ada yg baca walaupun banyak dark reader:"" love ya & happy reading!

- Nath.

Little Louis☁ larry!ageplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang