"Baba ... Baba bangun ... Bangun ... BANGUN BABA!" Louis berteriak untuk yang terakhir kalinya ke telinga Harry.
Duduk dengan telinga yang berdenging dan wajah kesal, Harry memandang Louis, "Mr. Tomlinson, kenapa kau berteriak di telinga baba? Apakah kau berpikir bahwa itu sangatlah bagus?"
Louis menggeleng dan menarik selimut lebih tinggi menutupi dadanya, "No baba. Kau tak bergerak sedikit pun dan saat aku memanggil nama mu kau juga tak bangun. Aku tak tahu kau masih hidup atau tidak."
Harry mencoba untuk tidak berteriak. Dia melakukannya. Ia berusaha sangat keras. Harry belum pernah sekalipun menjaga hal - hal seperti ini. Jadi ia melakukan apa yang tidak ingin ia lakukan dan berteriak kepada Louis "Louis, kau idiot! Aku tidak mati! Aku masih bernapas! Apakah kau berpikir bahwa orang mati masih bernapas hah?!"
Louis menggeleng dan matanya dipenuhi air mata, "Tidak baba.. Louis sorry. Louis tak bermaksud membuatmu marah pada Louis. Please jangan lagi berteriak pada Louis."
Harry mengangguk, "Whatever Louis. Dapatkah kau pergi untuk time-out selama 5 menit? Kau bisa keluar setelah 5 menit."
"Tapi-"
"Tidak ada tapi - tapian, Kau mendapatkan time out 5 menit dan aku akan kembali setelah 5 menit. Jika ini terlalu berlebihan untukmu, maka kau dapat mengatakan RED. Apa kau mengerti padaku, Louis?" Harry bertanya berjalan menuju pintu.
"Ya baba," Louis mengangguk dan membalikkan wajahnya ke dinding, menyedihkan bahwa baba meninggalkannya sendirian.. dalam..gelap.
Hal pertama yang ia lakukan adalah menangis dengan keras dan membenturkan kepalanya ke dinding. Ia tak mau menjadi nakal dan ia tak mau menjadi idiot. Dia nakal dan ia seorang idiot dan dia adalah seorang anak nakal dan dia adalah seorang Louis yang buruk. "Bad Louis. Kau naughty idiot. Kau buruk, lelaki yang buruk. Harry tak akan pernah mencintaimu. You're a bad boy" ulang Louis yang seolah-olah hidupnya tergantung pada hal itu. Dia terus mengulangnya dan menangis sambil menggumamkan nama Harry sampai ia tertidur.
| - /
"Hei, apakah Louis akan pulang hari ini?" Liam bertanya tatkala ia menelpon Harry. Ia mendapatkan nomor laki - laki berambut keriting itu saat mereka bertemu beberapa waktu lalu.
"Umm ... Aku akan menanyakannya setelah ia menyelesaikan time-out-nya," kata Harry.
"Kau memberikannya time out? Kenapa?" Tanya Liam.
"Dia berteriak di telingaku," Harry mengatakan seolah-olah dia telah mengatakan itu sejuta kali sebelumnya.
"Oh... Itu sudah sering terjadi padaku," kata Liam pada handphone-nya.
"Aku punya dua pertanyaan sekaligus."
"Okay?"
"Apa yang ia katakan setelah ia berteriak di telingamu? Dan yang kedua, berapa lama kau memberinya time-out?" Tanya Liam.
"Dia mengatakan... ia berpikir bahwa aku sudah mati karena aku tak bangun ketika ia mengguncang tubuhku dan memanggil namaku. Dia mendapatkan time-out selama... Holy shit! Dia berada dalam time out selama 30 menit. Oh my god! Dia akan membenciku," kata Harry, menyadari bahwa ia lupa bahwa Louis masih dalam time-out yang ia berikan.
"Dia akan sangat marah, pasti, tapi dia tak akan membencimu. Dia termasuk salah satu dari orang-orang yang tidak bisa membenci orang lain. Aku hanya akan meninggalkan itu, terserah padanya untuk memberitahu mengapa ia berteriak di telinga mu dan berpikir bahwa kau sudah mati. It's not something to me to tell" Kata Liam dan menutup teleponnya, memungkinkan Harry untuk pergi mendatangi Louis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Louis☁ larry!ageplay
FanfictionOriginal story by: thelarrieswriting Translated in BAHASA by: pee-taah-pan (me) . //Caution : This content full of age age play, cuteness little boy, femboy, boyxboy, daddy dom and many more.\\ 'IF YOU're HOMOPHOBIC PLS GO AWAY, BABEs.' Enjoy & Hap...