Chapter 2

1.2K 99 8
                                    

"Good morning mum!" Harry berteriak riang sambil berlari menuruni tangga.

"Hello Harry, apa yang kau inginkan untuk sarapan hari ini?" Anne bertanya padanya dan dia mengangkat bahu.

"Entahlah mum. Aku berpikir aku akan membuat beberapa cinnamon rolls dan kemudian pergi bekerja setelah makan. It's okay with you, mum?" Harry bertanya, setelah mengeluarkan bahan bahan dari kulkas.

Anne mengangguk dan mendesah lega, "It's okay, selama mum tak harus memasak. Aku merasa lelah dan malas hari ini. Hujan sangat tak membantu, I'm just going to have a lazy day. Mum sudah harus bekerja setelah ini,"

Harry mengangguk dan dengan senang hati mulai memasak sarapan untuk ibunya dan untuk dirinya sendiri. Dia tak benar-benar mengerti mengapa ia sangat menyukai membuat roti dan memasak, tapi ia melakukannya dan mengapa pertanyaan seperti itu malah membuat dirinya senang? That's what he thought about his sexuality too... If he was happy with girls, guys, and everything in between - save from animals - then why question it? Ibunya menerimanya dengan senang hati tapi ayahnya meninggalkan mereka dan tak pernah terlihat oleh keluarganya lagi. Mereka semua merasa baik-baik saja dengan itu. #ahsudahlah._.

"Apakah kau akan langsung pulang atau pergi ketika kau sudah selesai dengan pekerjaanmu hari ini?" Anne bertanya pada Harry.

"Aku dapat melakukan keduanya, mum. Apakah mum ingin aku membuatkan mu makan malam atau mum hanya ingin tahu aku kembali atau pergi ke flat-ku?" Tanya Harry, memberikan senyumannya penuh arti.

"H, you know that any chance I get. I'll get you to cook for me. Maksudku, aku hanya bertanya jika kau datang kembali ke rumah atau pergi ke flatmu setelah kau selesai dengan pekerjaanmu, tapi mendapatkan makan malam bukan ide yang buruk juga," Anne tersenyum pada putranya yang sudah tumbuh besar.

"It's nice to know you love me, mum." Harry berkata sarkastik, memasukan gigitan terakhir cinnamon roll kedalam mulutnya.

"Hey, kau akan terus bekerja di toko roti atau kau akan berhenti sehingga kau hanya akan fokus kepada sekolahmu?" Tanya Anne.

"Aku pikir, aku akan bekerja di toko roti sampai aku merasa itu terlalu memakan waktu untuk bekerja di toko roti dan pergi ke uni," Harry berkata setelah berpikir selama 1 menit.

"I will never understand why you would want to be a lawyer of all things... You could get by with just working at the bakery but instead you choose to go to school for a long time and be a lawyer," rengek Anne. mum-nya memiliki sedikit empty nesters' syndrome, pikir Harry.-.

"You should just get a monkey, mum." Harry tertawa.

"A monkey? Well, mum sudah punya satu. Dia punya rambut keriting, mata hijau, dan makan pisang terus-menerus. His name is Harry." Ujar Anne ikut tertawa, not quite knowing where her beloved son was going with this.

"No... I'm not joking, mum. Aku baru saja menonton sebuah episode lama 'Keeping Up With The Kadarshians' yang tersisa di televisi dan Kim, Khloe, dan Kourtney mendapat monyet peliharaan untuk Kris karena dia berkeinginan besar memiliki seorang bayi. Oleh karena itu, aku mendapat ide agar mum mendapatkan seekor monyet," Kata Harry berlanjut saat ia bergegas membersihkan sisa sisa bahan cinnamon roll yang ia buat di dapur.

"Harry, aku tidak benar benar membutuhkan seekor monyet. Tidak ada gunanya seekor monyet jika mum memiliki mu," Anne bergurau, menyerahkan sepatu Harry untuk diletakkan di dalam mobil.

"Goodbye mum!" Harry berteriak sambil berjalan keluar menuju mobilnya.

Meskipun perjalanan menuju tempat kerjanya hanya memakan waktu 15 menit, Harry bisa mendengarkan beberapa musik Bring Me the Horizon, Sleep With Shirens, dan Falling In Reverse. Dia menaikan volume nya keras namun tanpa membuat gendang telinganya pecah._.

\'/

Dia mengerutkan keningnya ketika ia sampai di tempat kerjanya. Ini tidak berarti bahwa ia tidak ingin bekerja, tentu saja tidak, ia mencintai pekerjaannya,sangat. Ia hanya berpikir ingin mendengarkan musiknya selagi ponselnya full charge. He was definitely one of those -weird- people who would prefer music than friends. Dia lebih memilih bekerja dan sekolah daripada berkumpul dengan orang yang tidak dikenalnya dan mabuk. Harry berbalik total dari tipikal orang berumur 21 tahun.

"Hello Harry! Berpikir untuk menjadi kasir hari ini?" Barbara memanggil dari belakang di mana dia sedang membuat roti.

"Tentu saja, Kau tahu itu pekerjaan favorit ku selain membuat roti." Harry tersenyum pada wanita tua yang sedang menguleni adonan dan memeriksa roti yang telah siap di oven.

"Dua Yorkshire tea, satu dengan dua susu dan tidak dengan gula dan yang lainnya dengan 3 gula dan tanpa susu. Oh! And, can I also have a blueberry muffin?" Lelaki brunette yang baru saja berjalan ke meja kasir bertanya. Harry dengan sopan mengangguk dan mulai bekerja dengan membuat tea, sambil men-genggam muffin blueberry.

"Lou, apa kau ingin yang lain selain ini?" Tanya lelaki brunette itu pelan. Pada awalnya, Harry berpikir bahwa lelaki itu gila karena berbicara sendiri tapi kemudian seorang anak lelaki kecil muncul dari balik orang di depannya dan menggeleng pelan.

"Can I have my blueberry muffin now, Li?" Yang jelas 'Lou' bertanya pada 'Li'.-.

"Ini Yorkshire tea mu dengan gula dan tanpa susu. By the way, I like your shirt," Ujar Harry kepada Lou.

"Thank you---" kata lelaki kecil itu pelan.

"Nama ku Harry. Aku tak tahu di mana name tag ku pergi, tapi nama ku Harry. Aku harus menulis namaku di baju ku sehingga orang tahu siapa aku." Harry berkata dan bagian terakhir sebagian besar untuk dirinya sendiri tetapi Louis dan Liam mendengarnya.

"Itu akan merusak kemejamu. Kau hanya harus menempelkan sticker dan menulis namamu diatasnya or maybe just another plastic tag?" Kata Louis, jelas prihatin dari nada bicaranya demi sebuah kemeja._.

Harry mengangguk, "Akan kulakukan... Terima kasih atas saranmu, dan ini adalah teh mu, Lou."

"Bagaimana kau mengetahui nama ku?" Lou mencicit, siap untuk bersembunyi di balik Liam jika dia ingin.

"Erm, kau tahu ketika kau ditanya 'Li' apakah kau menginginkan yang lain selain ini, dia memanggilmu 'Lou', kan?" Harry bertanya, khawatir jika lelaki kecil ini akan takut lalu pergi atau memanggil polisi. Terdengar berlebihan memang, tapi ya memang begitu kenyataannya.-.

"Oh! Aku lupa tentang itu. Aku cenderung melupakan banyak hal, ku pikir." Lou berbisik sambil menundukan kepalanya memandang sepatu pink-nya. "Nama ku Louis, not Lou, by the way. Ini Liam. Senang bertemu denganmu Harry, tapi kami harus pergi bekerja sekarang. "

Harry mengangguk mengerti dan kembali membuat teh untuk dirinya. Saat ia kembali berbalik melihat pintu, Louis dan Liam telah pergi dan sederet orang sudah mengantri untuk morning tea dan sarapannya. Harry mendesah menerima orderan serta membagikan beberapa muffin, roti, oatmeal, tea, dan kopi untuk orang aneh yang meminum kopi di pagi hari. Ada ada saja._.

.

I'm comeback hehehe di chap 1 belum ada tanda tanda keberadaan Harry kan? Nah disini awal pertemuan Louis sama Harry. by the way cerita ini ada yang baca nggak sih? herman gue-_-

Yang udah baca trimakasih banyak hihi jangan lupa tinggalkan jejak dengan vomment:))

Klik tanda bintang :3


Little Louis☁ larry!ageplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang