Chapter 1

2K 113 21
                                    

"Li!" Louis berteriak melalui flat mereka bersama.

"Dia sedang mandi. Apa yang kau butuhkan sweetie? "Eleanor bertanya berjalan ke kamarnya.

"Teddy bear ku terjatuh di lantai dan dummy itu terlalu jauh. Aku tak dapat mencapai nya," Louis berbisik, bibir bawahnya gemetar saat melihat beruang teddy nya di lantai dan dummy nya di meja seberang ruangan kamarnya.

"Oh, poor baby. Apakah kau ingin panda atau dummy pink mu? "Tanya Eleanor sudah mengetahui bahwa mereka itu adalah dua barang favoritnya.

Louis menggeleng, "Aku ingin yang baru. Aku ingin dummy biru baru yang kita dapatkan di toko itu".

"Baby, itu belum kubersihkan lagi," Eleanor berkata pelan seraya berjalan menuju ranjang merah muda milik Louis. Ia sakit hari ini dan sangat mudah menangis, tapi tidak masalah bagi El.

"Tap ... tapi, aku menginginkannya," bisik Louis, sudah mulai menangis.

"Lou, kau Sed- Mengapa kau menangis bub?" Tanya Liam berjalan ke kamar Louis yang di dominasi warna pink pastel dan putih. It would blind you with cuteness jika kau tidak terbiasa melihatnya setiap hari dan tentu saja kau tidak tinggal bersama Louis ;p

"My tumtum doesn't feel good dan dummy biru ku yang baru belum dibersihkan dan Mr. Cuddles terjatuh di lantai dan aku merasa panas sekarang.." Louis menangis, membuang semua selimut yang menutupi tubuhnya.

Liam bergegas mendekati Louis dan mengangkatnya, "Bub, kau harus tetap di tempat tidur hari ini. Kau tidak ingin tambah sakit kan, bukankah begitu?" Louis segera menggeleng. Bibir bawahnya masih gemetar dan membuat ini semua lebih buruk. Tidak ada yang menyukai ketika Louis menangis atau ketika Louis marah. Itu adalah hal yang paling menyedihkan secara menyeluruh.

Louis memiliki cara yang aneh yang dapat mempengaruhi orang. Ketika dia senang, orang-orang disekitarnya senang, tetapi ketika Louis sedih, orang lain pun merasa khawatir. Itu sebabnya semua orang di kedai kopi kecil tempat ia bekerja mencintainya dengan sebegitunya.

"Li, aku akan pergi mencuci dummy biru Louis. Kau dapat terus memeluknya," kata Eleanor saat ia berjalan keluar meninggalkan kamar Louis.

"Li, aku harus bangun. Aku harus pergi bekerja dalam 30 menit," kata Louis yang berusaha untuk bangun untuk bersiap-siap pergi bekerja.

"Apa kau benar-benar berpikir bahwa aku akan membiarkan kau pergi bekerja saat kau sedang sakit?" Liam bertanya seolah Louis baru saja melontarkan lelucon yang sangat buruk. Tak ada lelucon buruk yang tidak lucu, tapi lelucon yang buruk adalah dimana kau tertawa karena itu begitu mengerikan dan semuanya diam setelah lelucon itu dilontarkan (read: garing)._.

"Li, please ... I didn't even pay my share of the rent last month. I had to have you and Ele pays my share. Aku harus bekerja ekstra untuk memastikan bahwa aku membayar kalian kembali dan membayar uang sewa berbagi," kata Louis menarik kemeja putih di atas kepalanya.

"Fine. Kau dapat pergi bekerja. Tapi setelah kau pulang ke rumah kau harus langsung pergi tidur." kata Eleanor dari ambang pintu. Liam menatap Eleanor dengan tatapan membunuh. Eleanor would be so dead._.

"Thankyou El. Liam, tutup mulut mu. Kau akan menangkap lalat di dalam mulutmu jika kau tidak menutup mulutmu," Louis tertawa. Tawa itu cukup untuk membuat Liam dan Eleanor tersenyum karenanya.

Louis menarik sweater merah muda melewati kemejanya dan tersenyum merasakan hangat tubuh bagian atasnya.

"El, kau punya selera mode yang baik. Menurutmu apa yang harus ku pakai untuk bagian bawah ku?" Tanya Louis melihat dari sudut matanya.

"Hmm ... Aku tak tahu bagaimana menjawabnya. Itu tergantung pada bagaimana kau merasakan hari ini. Kau merasa lebih ke--merah muda atau ke biru hari ini?" Tanya Eleanor.

"Um, bolehkah aku meminjam skinny jeans merah muda mu?" Louis bertanya, berharap bahwa dia akan mengatakan ya dan tidak sedang dalam mesin pencuci.

Dia menggeleng, "Nope, love. Aku harus mencuci itu. Bagaimana dengan jeans hitam? Kau tak pernah terlihat aneh dengan skinny jeans hitam dan sweater berwarna pink pastel dengan sepasang sepatu pink berwarna cerah. Umm.. dua pink pastel dipisahkan oleh warna gelap. Dengan begitu, itu terlihat tidak begitu mencolok."

"Alright.. bolehkah aku meminjam skinny jeans hitam mu untuk pergelangan kaki ku, El? Yang tidak memiliki glitter tentunya. Glitter selalu membuat sedikit rasa gatal pada kakiku," kata Louis menekankan tidak. Dia benar-benar membenci glitter. Bukan hanya karena gatal tapi karena menyebar dimana mana.

"Tentu saja kau boleh. Aku masih tidak mengerti kenapa kau masih selalu bertanya padahal kau dapat langsung mengambilnya di lemari ku," Eleanor berkata sambil berlalu keluar dari kamar Louis untuk kedua kalinya pagi itu.

"Dia terlalu memanjakanmu. Seharusnya dia berkata kau tak dapat bekerja hari ini. Kau sedang sakit Lou. Kau harus beristirahat dan salah satu dari kami disini menjagamu," Liam menggerutu sebal.

"Liam, itu tidak seperti--kau tak bisa mengurus ku sementara kita sedang bekerja. Kita hanya menerima orderan, memanggil orderan orang, dan membuat orang-orang bahagia. We are right by each other literally all day," Louis berkata sambil tertawa kecil.

"Dia tetap harus berkata tidak, Lou." kata Liam, melihat Louis menggeleng sebelum menempatkan maskara pada bulu matanya. Louis baru saja selesai memakai eyeliner dan lipstik merah muda dioleskan pada bibirnya yang sesungguhnya sudah berwarna pink alami itu._. dengan Eleanor yang datang membawa skinny jeans hitamnya.

"Careful now, aku tidak ingin jeans nya memiliki kerutan di dalamnya ketika aku memakainya. My bum need to looks good" Louis berkata membuat semua orang tertawa. Louis loved his bum as though it was a real person that had been taking care of him since he was a wee little child, Tapi siapa yang bisa menyalahkannya? Bokongnya sangat indah*-*

"Aku baru saja mendapat klien dalam menit terakhir untuk fashion show. Aku harus pergi sekarang sebelum aku terlambat." Eleanor bergegas. Dia mencium pipi Louis dan Liam bergantian sebelum bergegas keluar dari pintu.

"Apakah kau sudah selesai, Louis?" Liam memanggil Louis dari dalam flatnya. Louis bergegas keluar dengan senyum di wajahnya dengan salah satu tali sepatunya yang belum terikat.

"Louis, jangan berlari. Kau tahu apa yang lebih baik daripada berlari untuk menuruni tangga, apalagi dengan sepatumu yang tak terikat," Liam berkata kesal.

"Yes, Sir Li," Louis tertawa kecil.

"Apakah kau ingin aku mengikat tali sepatumu Lou?" Tanya Liam melihat kembali ke bawah sepatu Louis yang belum terikat dan mengkhawatirkan. Untungnya Louis mengangguk dan duduk di sofa sehingga Liam bisa mengikat sepatunya tanpa harus memaksa dia untuk duduk.

"Alright, we are good now. Waktunya untuk pergi bekerja?" Tanya Louis.

Liam menggeleng, "Apakah kau sudah sarapan, Lou?"

"Yes. I had toast with peanut butter and chocolate sprinkles and banana." Louis berbohong. Louis sebenarnya tidak makan sarapan, tapi tidak apa-apa menurutnya.

"Then, yes, waktu bagi kita untuk pergi bekerja dan menjadi orang yang produktif," Liam meraih tangan Louis dan berjalan beriringan keluar dari flat mereka dan masuk ke mobilnya.

***

YES AKHIRNYAAAA GUE UPDATE CHAPPIE 1 HWEHEHEH :3

(kayak ada yg baca ae -_-)

.

Maaf ya kalo masih banyak kata-kata yang kurang pas / gimana gitu. Maklum lah gue new.___.v (padahal join watty dari 8bulan yg lalu #bhak)

.

Jangan lupa tinggalkan vote dan comment larries! all the love x

Little Louis☁ larry!ageplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang