Chapter 15

512 45 18
                                    

Louis terbangun 4 jam setelahnya... di tempat tidurnya. Saat itu juga ia baru menyadari bahwa Harry meninggalkannya. Dia benar-benar meninggalkannya. Sendirian. Dengan badai diluar sana. Dan tidak ada seorangpun yang memeluknya. Ia menangis sebelum akhirnya menyadari semuanya. Ia menyelipkan lengannya pada dua bilah tempat tidurnya dan meraih baby monitor yang selalu Liam tinggalkan dikamarnya lalu melemparnya dengan asal. Ia meraih segala yang dapat ia capai lalu melemparnya.

"Lou, kenapa kau menghancurkan kamarmu pada pukul 2 dini hari?" Liam bertanya ketika ia berjalan memasuki kamar Louis.

"Kau membiarkannya meninggalkanku! Kau membiarkannya meninggalkan Loulou sendiri tanpa ada seorangpun memelukku dan terjadi badai di luar sana!"

"Louis, kau ingin aku memelukmu?"

"Tidak denganmu! Loulou ingin kau pergi menelpon Hawwy untuk Loulou sehingga Loulou bisa kembali ke rumah Hawwy!" dan Liam pun pergi. Dia meninggalkan kamarnya sama seperti saat Harry meninggalkannya tadi malam. Dan kini Louis lagi-lagi seorang diri. Walaupun ia sendiri yang menyuruh Liam untuk pergi, ia mulai menangis lebih kencang. Ia berharap Liam segera kembali ke kamarnya dan mengatakan kalau Harry akan datang menjemputnya dan dirinya akan baik-baik saja, namun Liam tak kunjung kembali ke kamarnya. Ranting-ranting pohon di luar rumah tak ayal menampar-nampar jendela kamarnya karena angin, membuatnya semakin takut. Ia meringkukan tubuhnya, menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya dan mengubur wajahnya pada bantal.

"Kau bahkan meringkuk seperti itu dan menekan wajahmu pada bantal, ini bukanlah alasan mengapa aku datang, Lou."

"Hawwy!" Louis menangis dan melompat.

"Tidak, duduk. Tunggu agar Harry berjalan kearahmu, jangan berdiri dari tempat tidurmu"

Louis mengangguk dan mengusap airmata dari wajahnya, "I sowwy"

"Tidak apa-apa, bub. Apa kau ingin aku tetap disini bersamamu atau kau ingin kembali ke rumahku?"

"Rumahmu,"

"Dapatkah kau tetap duduk di tempat tidurmu dan coba untuk kembali tertidur saat aku mengemasi barang-barangmu?"

"Kau tidak pergi?"

"Aku tidak akan meninggalkanmu"

"Pinky pwomise?" Louis mengacungkan jari kelingkingnya untuk dikaitkan pada kelingking milik Harry. Ketika Harry mulai mengemasi barang-barang Louis untuk semalam, Louis kembali memejamkan matanya dan mencoba untuk kembali tertidur. Ia harus berhasil tertidur kembali sebelum Harry selesai berkemas.

Louis tidak terbangun ketika Harry menggendongnya keluar dari tempat tidurnya, ia tak terbangun ketika Harry menempatkannya pada passenger seat dan memaikannya sabuk pengaman, ia bahkan tak terbangun ketika Harry menjatuhkan tubuhnya pada tempat tidur milik Harry dan membereskan barang-barang Louis serta meletakannya didalam lemari pakaiannya.

"Selamat malam Louis, tidur nyenyak bub," Harry berbisik saat ia membaringkan tubuhnya disamping Louis, bertrimakasih karena dirinya akan bekerja besok pada pukul 9.

|-/

"Kau tahu, kita harus pergi kencan..." Louis berkata ketika mereka sudah terbangun dan menyikat giginya.

"Inikah caramu meminta pacarmu pergi berkencan, Mr. Tomlinson?"

"Tidak, tentu saja tidak, aku tidak akan menanyakannya. Orang-orang akan datang kepadaku, aku tak akan melakukannya," Louis tersenyum

Harry menggelengkan kepalanya dan tertawa, "Jadi ini caramu agar aku menanyakan padamu lebih dulu?"

"Mungkin.. mungkin tidak.."

"Baiklah, jadi kau tak akan marah jika aku tak bertanya lebih dulu padamu?" Harry menggodanya.

"Kau tak akan bertanya padaku lebih dulu?" Kedua mata Louis mulai berair hanya karena Harry tidak ingin mengajaknya lebih dulu untuk pergi berkencan.

"Aku tidak mengatakan itu. Aku hanya bertanya apakah kau tak marah jika aku tak menanyakan padamu untuk pergi kencan, karena kau pun tak menjawab ucapanku dengan ya atau tidak," Harry berkata, berjalan mendekat untuk merengkuh tubuh kecil Louis pada dadanya.

"Tapi kau mengatakan tidak!"

"Jangan berteriak padaku, Tomlinson. Aku akan menaruhmu pada time out selama 10 menit jika kau berteriak. Aku bahkan tak mengatakan tidak, aku hanya menanyakan jika kau akan marah. Kau harus tenang."

"Kau tidak mengatakan padaku apa yang harus dilakukan! Aku akan menghubungi Liam!" Louis berteriak pada Harry sebelum melepaskan rengkuhan Harry dan berlari kedalam kamar mandi dengan ponselnya yang berada di belakang kantung celananya.

"Lou, dia sedang bekerja, jangan mengganggunya. Kau akan bertemu dengannya hari ini di tempat kerja dan setelah itu kau bisa berkata apapun padanya. Kau bisa mengatakan betapa menyebalkannya diriku, betapa mengerikannya aku dan bagaimana aku mencoba memberitahumu apa yang harus dilakukan. Tapi jangan kau ganggu dia ketika dia sedang bekerja. Itu termasuk satu hal yang tidak sopan jika dilakukan dan aku pun tahu jika kau sendiri pun tak ingin jika seseorang mengganggumu ketika kau sedang melakukan pekerjaanmu."

Louis berjalan keluar dari kamar mandi dan menjatuhkan tubuhnya pada tempat tidur, "Jangan berbicara denganku. Jangan menyentuhku. Jangan mendekat padaku sampai waktuku untuk pergi bekerja."

"Jika kau ingin seperti itu. aku akan pergi mandi. Jangan kembali tidur, Louis, aku serius. Pilih pakaianmu. Lacimu ada dibagian atas dan kau sudah punya banyak jaket dan sweater menggantung di dalam lemari." Harry berkata ketika ia mengambil boxer dan pakaian kerjanya dari kursi yang berada dekat dengan sebuah meja kayu yang selalu berbau lemon mint dan melangkah masuk kedalam kamar mandi.

Louis terduduk diatas kasur dan memasang wajah cemberut. Harry tak menutup pintunya sehingga Louis tak merasa kesepian, namun ia tetap tak menyukai ketika Harry meninggalkannya lagi. Ia bangkit dari kasurnya dan menyeret tubuhnya menuju lemari untuk mengambil pakaiannya sehingga Harry tidak akan marah ketika ia keluar kamar mandi.

Ia meraih skinny jeans berwarna putih, tanpa glitter gatal dan mengangkatnya. Ia kemudian meletakannya lagi kebawah karena ia ingin menangis melihat dirinya sendiri. Tak ada alasan baginya menggunakan jeans berukuran 6 dengan size wanita dan memiliki paha yang besar. Menurutnya tak masalah menggunakan nomor berapapun namun tidak lagi... Harry datang di hidupnya dan membuatnya harus memakan seluruh makanannya. Ia mengalihkan pandangannya pada cermin dan menatap perutnya yang seperti secara ajaib tumbuh membesar setidaknya 3 inci. Ia terduduk di lantai menenangkan dirinya dan memikirkan sebuah rencana untuk kembali menurunkan berat badannya.

"Louis, kau seharusnya sudah berpakaian sekarang. Rambutku bahkan sudah hampir kering,"

"Aku tahu. Dapatkah kau biarkan aku duduk disini sebentar? Please?"

Harry mengangguk, "Ingin beritahu aku apa yang salah?"

"Tak ada yang salah, aku hanya ingin duduk disini sebentar saja. Tak ada yang salah dengan itu. Berhentilah beranggapan bahwa aku akan diam jika kau mengatakan sesuatu yang salah. Aku mungkin sedikit sensitif dan aku tak suka ketika orang menilaiku atau berteriak kepadaku. Tapi aku bukan sebuah boneka china yang akan diam ketika kau mengatakan sesuatu yang salah, Harry."

"Umm. Okay. Kau ingin mengatakan padaku apa yang salah?" Harry mencoba bertanya lagi karena apa salahnya? Jelas ada sesuatu yang salah. Louis tak akan berteriak padanya jika tidak ada yang mengganggu pikirannya.

"Tidak ada yang salah. Kenapa sulit sekali untukmu mencerna kalimatku?"

"Aku akan pergi mengeringkan rambutku sekarang. Umm. Kau berpakaianlah sehingga aku dapat mengantarmu pergi bekerja" Harry berkata dan melenggang ke dalam kamar mandi. Kali ini, ia menutup pintunya.

///

Hi!!! Setelah sekian lama gue update. sesuai janji gue, gue bakal update cerita ini kalo udah pasang wifi HAHA dan gue udah update. Masih adakah yang nunggu cerita ini? Gaada. okesip.

Buat yang setia menunggu love you lots!

Spread the loves,

Larry is real

Nat, nada.

Little Louis☁ larry!ageplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang